+__Irrelevance-Perpisahan[END]__+

54 3 0
                                    

*

*

*

*

*

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

*

*

*

Tatapan Jeno menatap jauh pemandangan di hadapannya__rimbunan dedaunan kering berserakan bersama rerumputan liar yang tumbuh lebat menghiasi pandangannya. Aroma-aroma khas bak di alam liar memasuki indera penciumannya bersama pohon-pohon beringin yang telah tumbuh selang beberapa puluhan tahun berlalu menghiasi tempat di hadapannya.

Angin dingin mulai berhembus menusuk masuk ke tulang-tulang kala mengingat sebentar lagi cuaca akan memasuki musim dingin. Langit senja secara perlahan mulai berganti bersama dengan terbenamnya matahari yang terbit dari balik danau yang terlihat.

Dalam kesunyian yang menemani bersama dari seluruh ingatannya yang membawa jauh mengenang akan masa lalu__Jeno hanya bisa mengingat akan 1 sosok yang telah membuat hatinya terjebak sejak ia kecil.

Huang Renjun

Nama yang takkan pernah ia lupakan namun tak pernah lagi terucap dalam bibirnya.

"hai, mungkin sudah lama sekali sejak itu__tapi aku tak pernah bisa melupakanmu, maaf dan terima kasih" kalimat lirihnya yang sama selalu kembali terulang__dalam kegiatannya yang selalu berkunjung ke tempat yang sama selama 25 tahun terakhir, Jeno takkan pernah melupakan kalimat maaf dan terima kasihnya pada sosok yang telah mengubah pandangan dunianya.

Tempat di mana dirinya berdiri sekarang adalah tempat di mana Jeno pernah membuat kenangan bersama sosok Renjun saat dunia belum tahu akan arah pandangan ketertarikannya pada sosok berbadan mungil tersebut. Tempat di mana hanya ada saat-saat untuk mereka berdua saja jauh dari pandangan orang-orang.

"dunia mungkin memandang kita salah, tapi hati kita adalah murni dan tulus, jika dunia memiliki norma, maka kita hanya cukup memiliki cinta satu sama lain" bunga Daisy yang sedari tadi ia genggam, kini ia jatuhkan di atas danau berlumut yang telah kotor tak terurus.

Bersama dengan sisa harapan kehidupan yang ia miliki untuk di bawa jauh pergi tenggelam bersama bunga Daisy__Jeno kini hanya hidup bak raga tanpa jiwa yang berarti. Jiwa Jeno telah terikat bersama sejak Renjun meninggalkannya. Dan kini Jeno hanya hidup untuk kebutuhan tubuhnya saja__bukan hatinya.

"Jeno!"

"ayah!"

Seruan merdu yang memanggilnya dengan lembut membuat pria tersebut menoleh__dan jauh dari pandangannya di sana, telah berdiri sosok wanita yang cukup cantik bersama seorang anak laki-laki dalam gendongannya memanggil dirinya. Senyumannya seketika terbit bersama dengan kakinya yang mulai melangkah mendekati dua sosok permata yang sekarang menjadi prioritas hidupnya.

Irrelevance [NoRenMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang