*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Langkah kaki itu berjalan beriringan tiap jengkal kakinya menuruni anak tangga satu persatu. Melihat bagaimana keluarganya kini masing-masing sibuk pada aktivitasnya sendiri__sang ayah yang sibuk membaca korannya di sofa, adik perempuannya yang sibuk menonton tv yang menayangkan kartun favoritenya, dan sang ibu yang terlihat sibuk di dapur__wanita paruh baya itu terlihat sibuk mengepak beberapa makanan yang di masukkan kedalam tempat bekal yang entah di peruntukkan untuk siapa.
Hari sudah malam__baik ayah, adik atau dirinya tidak ada rencana untuk keluar pada malam-malam begini. Jadi untuk siapa persiapan kotak bekal itu dibuatkan? Lee Jeno bingung.
"ibu?" panggil Jeno tatkala anak tersebut melangkah menuju dapur mendekati sang ibu.
"ah kau sudah turun? ibu baru saja akan memanggilmu" penuturan sang ibu membuat sang anak mengeryit kebingungan.
"kenapa?" tanya Jeno kebingungan.
Tak langsung menjawab, wanita itu justru tetap sibuk mengemas kotak bekal yang di tata cantik sedekian rupa, lalu menutup kotak bekal tersebut dan langsung memberinya pada sang anak yang semakin kebingungan akan tingkah sang ibu.
"untuk siapa?" bingung Jeno.
"anak tetangga sebelah, Renjun, berikan ini padanya oke?" balas sang ibu yang tentu membuat Jeno sedikit terkejut dan kebingungan akan bagaimana ibunya tahu sosok Renjun? sejak kapan mereka bertemu?
"ibu tau Renjun?" tanya Jeno.
"hmm, tadi sore saat ibu dari supermarket, ibu bertemu dengannya, dan Renjun menolong ibu membawakan beberapa belanjaan ibu" penuturan sang ibu membuat Jeno kini mengganguk paham. Dalam benaknya, mungkin ini kesempatan untuk bisa berkenalan secara resmi dan lebih layak dengan anak tetangga samping rumahnya itu.
"kalau begitu Jeno pergi sekarang" setelah kalimat itu terucap, tanpa menunggu balasan lagi, Jeno langsung melenggang pergi keluar dari rumahnya__dengan langkah sedikit lebar Jeno berjalan memasuki perkarangan rumah Renjun yang jaraknya memang hanya membutuhkan 5 langkah dari rumahnya yang terletak tepat di samping rumah anak itu.
Jeno sedikit mengeryit melihat teras rumah Renjun yang gelap__lampu teras anak itu tidak di nyalakan. Dan belum lagi sangat jarang Jeno melihat adanya tanda-tanda kehidupan dari rumah Renjun. Terlihat sangat kosong dan sepi. Seketika, dengan hati yang sedikit ragu__Jeno pun mengetuk pintu rumah Renjun. Berharap ada sahutan dari dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irrelevance [NoRenMin]
Short Story[Complete] Jeno tidak akan pernah melupakan sosok mungil yang pernah menempati isi hatinya di kala ia masih terus mencari jawaban atas apa yang ia rasakan pada sosok Huang Renjun. Bersama Na Jaemin, sang sahabat__Lee Jeno, di usia terdini mereka sud...