*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Waktu terus berjalan, sudah 2 minggu berlalu sejak Jaemin menjauh dari mereka. Semua anak terlihat menikmati kehidupan yang mereka jalani, mereka masih bisa terlihat bercanda ria akan banyaknya hal lelucon yang di lontarkan satu sama lain. Namun itu tak berlaku untuk Renjun yang telah menikmati waktunya di atas pohon beringin yang cukup rindang seorang diri__menatap langit biru cerah yang terpancarkan. Suasana hening yang cukup menenangkan membuat Renjun dapat bernafas dengan tenang__menjauh dari keramaian yang menyesakkan.
Entah apa yang Renjun pikirkan__yang pasti, dari sudut pandang Jeno yang saat ini sedang duduk di atas rerumputan yang bertepatan tepat di bawah pohon rindang yang Renjun tempati duduk, ada banyak hal menyakitkan yang Renjun pendam dari balik tatapan kosongnya yang terasa begitu hampa.
Renjun terlalu banyak menyimpan rasa sakitnya seorang diri hingga ia merasa tak pernah ataupun perlu memberitahukan seseorang akan apa yang ia rasakan. Renjun memilih untuk memendam semuanya.
"Ren...." panggilan Jeno yang terdengar lirih masih dapat Renjun dengar, hingga kini sang empu menolehkan kepalanya__menatap ke bawah di mana sosok Jeno masih sentiasa menunggunya di sana.
Seutas senyuman teduh terbit di bibir Renjun__bergerak melompat ke bawah mengingat tinggi pohon beringin yang tidak terlalu menjulang dengan tinggi, Renjun dengan mudahnya tanpa terluka sedikitpun dapat mendarat dengan mulus tepat di atas rerumputan hijau yang lebat.
Bruk
Renjun pun mendudukkan dirinya tepat di samping Jeno__pandangan mereka kini bertemu, sesaat keduanya terhanyut dalam keheningan yang tercipta satu sama lain, menikmati paras masing-masing yang memancar dari pandangan sedekat ini. Ujung hidung keduanya saling bersentuhan__nafas keduanya saling berhembus dari dekat. Keduanya seakan tak ingin menghentikan keadaan intim yang terjadi sekarang.
Jeno benar-benar di buat terpana akan paras Renjun dari sedekat ini__kulit wajah Renjun ternyata jauh lebih putih dari yang harusnya terlihat, bulu matanya melentik dengan cantik, alisnya cukup tebal dengan ujung hidung mancungnya yang bersentuhan dengan ujung hidung milik Jeno__dan jangan lupakan bibir merah cerah tipisnya yang cukup err Menggoda? Entahah__pikiran Jeno mulai jadi tak jernih sekarang.
"Renjun......" dalam seruan lirih itu__Renjun memejamkan matanya tepat saat Jeno menyebut namanya dalam jarak sedekat ini. Renjun cukup terbuai akan apa yang terjadi sekarang. Suara Jeno dari waktu ke waktu rasanya mulai terasa memberat__cukup membuat bulu-bulunya meremang kala suara anak itu berseru memanggil namanya, nafasnya mulai terdengar memburu. Seakan ada aliran listrik yang aneh membuat suatu dari tubuhnya bergejolak.
"Jeno....." panggil Renjun, tangan kirinya reflek memegang telapak tangan kanan Jeno yang sedikit lebih besar darinya itu erat. Deru nafas Renjun mendadak terasa ikut memburu.
Jeno yang melihatnya semakin tidak bisa berfikir dengan jernih__seruan Renjun yang memanggil namanya dengan suara merdu miliknya, keadaan mereka yang terbilang cukup dekat nan intim saat ini. Jeno merasa menginginkan sesuatu yang lebih.
"Renjun, aku....."
"ya!! apa yang kalian berdua lakukan?!!"
Dan tepat di waktu yang bersamaan, keduanya seakan di tarik keluar akan kenyataan__dan detik itu juga keduanya akan menghadapi penghakiman dari orang-orang yang berfikir akan hal tabu yang mereka berdua perbuat.
Aku hanya ingin kita berdua
Kenyamananku hanya ada di saat kepalaku telah bersandar di pundakmu*
*
*
TBC (。•̀ᴗ-)✧
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Irrelevance [NoRenMin]
Short Story[Complete] Jeno tidak akan pernah melupakan sosok mungil yang pernah menempati isi hatinya di kala ia masih terus mencari jawaban atas apa yang ia rasakan pada sosok Huang Renjun. Bersama Na Jaemin, sang sahabat__Lee Jeno, di usia terdini mereka sud...