*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Dentingan lonceng itu berbunyi bersama dengan masuknya seorang wanita cantik tak lupa dengan seorang anak laki-laki yang di genggamnya tangan mungil itu terus menerus berjalan sambil memasuki toko tersebut. Sosok yang di awal sibuk menyirami bunga-bunga yang di rawatnya tersenyum simpul menampilkan senyuman sabitnya tatkala ia menoleh mendapati dua sosok harta berharga dalam hidupnya berkunjung.
"tidak menghubungiku? aku bisa menjemputmu" sambutnya sambil mengambil alih sebuah tas paper bag yang di bawa wanita tersebut.
"jangan berlebihan, hanya butuh 15 menit untuk sampai kemari dari rumah" timpal wanita tersebut sambil memilih duduk di tempat yang tersedia. Tak lupa menatap anak kecil yang sedari tadi terus menerus menampilkan senyuman lebar tatkala mereka memasuki toko bunga beberapa menit yang lalu.
"bagaimana Ryo? sekarang kau senang?" tanya wanita tersebut yang langsung mendapat anggukkan semangat dari anak laki-laki tersebut.
"Ryo senang akhirnya bisa bertemu ayah sekarang!" riang anak tersebut. Bersamaan dengan seorang pria yang kini berjalan mendekati kedua sosok yang faktanya merupakan sang anak dan juga istrinya.
"jadi kalian kemari karena merindukanku?" ucapnya setelah mendudukkan diri tepat berhadapan dengan sang istri, tak lupa paper bag yang di bawakan sang istri pun ia keluarkan isinya.
"bukan aku, hanya Ryo sedari tadi merengek terus ingin bertemu ayahnya, jadi aku membawanya kemari" balasan sang istri membuatnya merengut murung dengan bibir maju beberapa senti. Merajuk atas ucapan sang istri.
"jadi kau tidak merindukanku?" murungnya. Makanan yang sang istri bawapun seketika membuatnya yang di awal berselera seketika tak berselera.
"jangan merajuk begitu, kau bukan anak kecil lagi, itu tidak cocok untuk wajah tuamu" decak sang istri malas melihat tingkah suaminya yang masih suka bertingkah kanak-kanak bahkan di hadapan anak mereka.
"hihihi, wajah ayah seperti bebek kalau merajuk begitu" tawa sang anak menggelegar melihat perdebatan kecil antara kedua orang tuanya.
"heii, kalau kau mengatai ayahmu bebek, itu artinya Ryo juga anak bebek" balas sang ayah sedikit tak terima atas julukan sang anak.
"Ryo bukan anak bebek!" balas sang anak tersebut kesal.
"iya, Ryo anak bebek karena mengatai ayah bebek"
"tidak!"
"iya!"
Sang istri yang melihat perdebatan keduanya hanya mengehela nafas__kedua sosok di hadapannya benar-benar tidak ada yang mau mengalah baik ayah maupun sang anak. Tapi tak lama setelah itu__sebuah senyuman tipis terbit di bibirnya. Jauh di lubuk hatinya, ia senang karena keluarga mereka terlihat layaknya keluarga umum yang bahagia walau hanya dengan hal-hal kecil. Meski faktanya, orang-orang di luar sana takkan pernah tahu apa yang sebenarnya ada di hati mereka__dirinya dan juga Jeno.
"Jeno, terima kasih telah mencoba menerimaku, dan terima kasih telah berdamai dengan masa lalu mu" ucapan Karina tentu membuat ayah dan anak itu menoleh bersamaan.
"ibu kenapa?" tanya Ryo dengan ekspresi kebingungannya. Berbeda dengan Jeno yang seketika terdiam mendengar atas ucapan sang istri.
*
*
*
*
*
TBC
*
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Irrelevance [NoRenMin]
Short Story[Complete] Jeno tidak akan pernah melupakan sosok mungil yang pernah menempati isi hatinya di kala ia masih terus mencari jawaban atas apa yang ia rasakan pada sosok Huang Renjun. Bersama Na Jaemin, sang sahabat__Lee Jeno, di usia terdini mereka sud...