Satu hari setelah pernikahan Aksama dan Kaluna, Lemba masih berada di rumah itu. Lemba mendapatkan cuti kerja selama dua minggu, selama bekerja, Lemba tidak pernah mengambil jatah liburnya, selalu menerima pergantian shift teman yang ingin berlibur—dia tidak pernah mempermasalahkan. Jadi, ketika tiba dia minta jatah cuti, semua menerima dengan lapang dada. Asal Lemba kembali.
Lemba tersentak kaget ketika di hadapannya terpampang wajah Bayung sangat dekat, tersenyum begitu lebar.
Melihat keterkejutan kakaknya, Bayung tertawa keras. "Bayung mengagetkan kakak, ya?"
"Tidak kok," Lemba mengusap puncak kepala adiknya. Dia sempat tertidur di ruang tengah lantai bawah, padahal televisi menyala, dia malah tertidur. "Ada apa?"
"Mau ajak Kak Lemba lihat pasar malam di lapangan ujung di dekat dermaga," Ucap Bayung dengan wajah penuh permohonan.
"Sana pergi, daripada di rumah tidak ada kerjaan." Ucap Renjana yang sedang menonton sinetron, seingat Lemba, tadi dia menonton berita, kenapa sudah berubah? Renjana menatap Kaluna yang tengah membaca novel milik Lemba. "Ajak Kaluna juga tuh, dia pasti bosan."
"Eh?" Kaluna menutup bukunya, dia menatap Renjana. "Luna di rumah saja, Kak. Mas Aksama juga belum kembali,"
Renjana mendengus, bibirnya mencibir kesal. "Dasar pengantin baru, mau apa-apa saja harus laporan. Lebay kamu."
Kaluna terkekeh, dia tidak terkejut dengan kalimat ceplas-ceplos Renjana. Dia sudah paham bagaimana sifat kakak iparnya itu.
"Ayo, kak." Bayung menarik tangan Lemba, memintanya untuk segera bangkit. "Bayung mau sama kak Lemba saja! Nanti kalau ajak Kak Luna, bisa repot dicari Kak Aksama."
Lemba terpaksa bangkit, mengikuti sang adik yang memaksanya dengan menarik tangannya sangat kuat—seakan dia hanya ingin pergi berdua. Bahkan ketika hendak keluar rumah, dia terburu-buru berpamitan dengan kedua orang tuanya yang tengah duduk di pelataran bersama beberapa warga yang sedang mengobrol santai.
Perlu berjalan kaki untuk sampai ke pasar malam yang akan berlangsung selama sebulan di dekat dermaga, ini adalah hari ketujuh pasar malam berdiri. Sepanjang perjalanan, Lemba menatap genggaman tangan mereka. Kedua sudutnya tertarik karena sebuah genggaman? Lemba pasti sudah gila … Gila karena saking bahagia hanya berkat sebuah genggaman. Akan tetapi, senyuman merekah Lemba memudar kala Bayung melepaskan genggaman dan mengangkat tangannya, untuk melambaikan—menyapa Adindra yang berdiri di halaman depan rumahnya.
"Kak Dindra!!" Teriak Bayung.
Perempuan anggun itu tersenyum tipis, dia mengenakan dress selutut bermotif bunga dan tas kecil yang di selempang pada bahunya. Rambutnya yang bergelombang kali ini diikat satu, dia terlihat cantik malam ini. "Eh, Bayung. Malam Mas Lemba …."
"Malam," balasnya singkat, dia meraih tangan Bayung lagi untuk digenggam. "Yuk, nanti kemalaman."
"Eh, sebentar kak," Bayung menahan tangannya, "Kak Dindra juga mau ke pasar malam ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (Short Story-END)
RomantizmSeharusnya Lemba tahu, bahwa mencintai adiknya sendiri itu adalah hal yang salah. Itulah sebabnya ia melarikan diri untuk membuang perasaan terlarang itu. Sialnya, ia harus kembali dengan perasaan yang semakin membesar. Bisa tolong bantu Lemba unt...