SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]

2; kecewanya mereka

Don't forget to like this part ⭐

Absen disini anak anak!!

~HAPPY READING~

“Eum.. Kalau Gama berikan untuk Ibu, boleh?”

°°°
Semua orang disana terdiam sesaat, menyisakan raut bersalah Gama yang mungkin merasa salah bicara.

Bumi jadi yang pertama sadar situasi, ia tertawa canggung. “Kalau buat Mas Gem dulu gimana? Soalnya Ibu lagi ga ada disini.” Katanya coba beri pengertian.

Gama pun mengangguk ragu, bocah itu melangkah mendekati sang kakak. Dengan tangan mungil yang membawa sepotong kecil kue, ia usahakan senyum terbaiknya didepan semua orang.

“Mamas, ayo buka mulutnya..” Gama sadarkan Gemi yang sejak tadi terdiam.

“Eh, iya.”

Satu suapan penuh cinta akhirnya berhasil Gama berikan pada kakaknya. Hingga acara kecil itu berlanjut sampai sekiranya pukul 5 sore.

Semuanya kini bergotong royong membersihkan sebagian kecil tempat tinggal Gemi, memunguti sampah, juga membereskan dekorasi tidak seberapa itu.

Mereka sibuk sendiri, sampai tidak sadar akan Gemi yang ternyata hanya diam menatap kosong kedepan. Jiwanya seperti hilang, padahal biasanya mereka akan berbagi canda dan tawa.

“Udah beres Gem, lo mau nongkrong ga ntar malem?”

Suara Giri kembali menyadarkan Gemi, “di simpang lima? Ayo aja gue mah.”

“Engga, engga. Ngawang gitu lo, mending istirahat aja. Besok Senin woy, upacara.”

Ah, Senin. Hari menyebalkan itu ternyata akan tiba besok.

Jadilah mereka menuruti perkataan Bima, beberes seadanya, pamit pada Gama yang sudah hendak tidur, lalu pulang ke kediaman masing-masing.

°°°
“Lo lagi ga ada masalah 'kan?”

Bima yang hendak memasuki kamarnya itu mengurungkan niatnya, ia berbalik dan menatap Bumi sang kembaran yang juga tengah berdiri didepan pintu kamarnya sendiri.

“Kenapa nanya gitu?”

“Gue bukan lagi anak kecil yang bisa diboongin sama tampang pura-pura lo itu.” Bumi bersedekap dada.

Buat Bima diam sesaat, memikirkan jawaban apa yang cocok supaya manusia kepo modelan kembarannya itu percaya.

Namun, hal itu justru buat Bumi semakin yakin, bahwa banyak sekali rahasia yang Bima simpan sendiri tanpa mau berbagi padanya.

“Kenapa? Lo seenggak percaya itu buat cerita sama gue?”

Bima menggeleng cepat, “enggak Bum, apaan sih.” Jawabnya agak ketus, apa-apaan pikiran jelek Bumi itu.

“Terus kenapa akhir-akhir ini lo kaya males ngomong sama gue? Kita serumah loh Bim, ga mungkin juga gue ga sadar.”

Lagi-lagi Bima diam, mulutnya seolah enggan terbuka untuk sekedar buat Bumi percaya padanya.