1; boleh?

1.1K 34 0
                                    

Don't forget to like this part

Ayo absen anak anak!!!

~HAPPY READING~

Gemi sudah puluhan kali menghembuskan nafas beratnya, dan sebanyak itu juga satu sosok paling mungil diantara mereka itu tidak peka peka. Gemi itu lelah, baru bangun langsung disuguhi berbagai macam bentuk balon untuk ditiup secara manual seperti ini.

“Udah kek, lagian buat ulangtahun doang udah kaya mau buka toko balon aja.” keluh Giri, buat Gemi tersenyum cerah. Akhirnya ada yang menyuarakan suara hatinya.

“Iya tuh liat si Gemi — Semua pasang mata menoleh kearah si bongsor — mulutnya udah kebas itu.” Bumi mengakhiri sahutanya dengan tawa yang disusul oleh tawa besar Giri.

Mereka itu memang tidak bisa dipisahkan dalam hal semenyenangkan ini—membully Gemi.

Kini sisa Bima yang masih asyik meniup balon balon dihadapannya, tidak menghiraukan tiga orang tidak berguna yang hanya bisa mengeluh itu. Bima rasa dirinya lebih baik segera menyelesaikan ini semua, dan acara impian Gamaliel akan terwujud.

Omong-omong soal Gamaliel, dia itu buntelan bocah kesayangan Bima, lebih tepatnya adik dari Gemi. Hari Minggu ini memang si buntelan tengah berulangtahun, makanya empat dayang dayang pribadi bocah itu sudah sibuk disini.

Sepersekian detik terlewat, Bima mendorong balon balon yang sudah berhasil ia tiup—ke arah teman-temannya. “Pasang nih, pake selotip yang udah gue beli.” katanya, lalu bangkit meninggalkan area ruang tengah yang sudah seperti kapal pecah itu.

Tiga orang sisanya saling pandang, merasa janggal dengan Bima yang se-kalem itu. Tidak biasanya si mungil dengan sumbu amarah yang pendek itu tidak mencak-mencak sedari tadi.

“Kenapa itu orang, tumben amat.” Giri menjadi yang paling pertama bersuara, buat Gemi dan Bumi sontak menggeleng bersama. “Iya anjir, aneh banget, dahal pagi tadi baru aja mengguncang organ dalam gue.”

Bumi setuju dengan Gemi, ada apa dengan kembaran tak identiknya itu?

Sebenarnya dari semalam suntuk ia sudah curiga pada perubahan mood sang kakak beda 7 menitnya itu. Apa ia ada berbuat salah? Atau mungkin Gemi dan Giri?

Ah, Bima itu sulit ditebak.

“Lu jangan ikut diem bego Bum, ini cepet pasang.” Ucapan Giri buat Bumi tersentak dari pikirannya, laki-laki Agustus itu akhirnya turut membantu Giri dan Gemi mendekor ruang tengah tak seberapa milik Wiratama, alias bapaknya Gemi Gama.

Mereka sibuk sendiri, melupakan atensi Bima yang harusnya juga ada disana. Namun, siapa sangka, ternyata si mungil sumbu pendek malah tengah duduk berdua dengan sosok Gamaliel didalam kamar bocah 5 tahun perhari ini itu.

Gama sebenarnya masih tidur tadi, tapi sebab sensitif suara yang ia miliki—ia jadi terbangun oleh suara pintu yang dibuka Bima beberapa menit lalu.

“Berarti Gama bakal rayain ulangtahun Gama ya, Mas Bim?” tanya bocah itu dengan muka bantalnya, mata sipitnya mengerjap lucu.

Bima tersenyum, diusapnya rambut Gama dengan lembut. “Iyaa, maaf ya? Kalau nanti acaranya sederhana banget, ga ada tamu undangan juga soalnya Mas Bim aja dadakan pagi tadi.” Ia coba beri pengertian, meskipun si kecil sebenarnya juga pasti mengerti.

“Mas Bim, gapapa kok. Gama sudah senang karna Mas Bim ingat yang Gama ingin, terimakasih ya Mas Bim.”

“Sama-sama bocah.”

°°°
Kembali pada tiga orang yang baru saja selesai mendekor itu, mereka kini tengah selonjoran dan sibuk masing-masing di posisi nyamannya. Gemi dengan posisi hp miring yang tengah menembak musuh disebuah game online, Giri yang tengah menonton kartun di televisi milik Gemi, juga Bumi yang hanya diam ntah akan melakukan apa.

SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang