10; Regina Senandung Bumantala

262 20 0
                                    

Don't forget to like this part ⭐

Absen dong nak anakk, sedih nih

~HAPPY READING~

“Gue udah denger, jadi ga perlu repot-repot ngomong lagi.”

°°°
Bima dan Gemi saling tatap, mereka tidak menyangka bahwa sejak tadi ada sosok lain selain mereka disana.

“Gue.. selemah itu ya Bim?” Tanya Bumi menginterupsi dua orang itu, buat Bima balik menatap kembarannya yang kini berdiri tidak jauh dari tempatnya berada.

Bima berdiri, lalu hampiri Bumi yang justru melangkah mundur.

“Stop sampe disitu! Jawab pertanyaan gue dulu Bim, gue beneran selemah itu?”

“Bum, engga! Apaan sih lo kalo ngomong.”

Bumi tidak hiraukan kembarannya, ia justru menatap Gemi yang masih duduk di ayunan, hendak minta penjelasan remaja itu daripada sosok didepannya ini.

“Minggir.” Bumi lewati Bima begitu saja, lalu benar-benar hampiri Gemi yang kini sudah menatap keduanya.

“Gem–”

“Duduk sini, selesein bedua, gabisa kalo cuma salah satu yang ngalah. Bim, duduk.” Gemi perintahkan dua kembar itu untuk duduk sejejer dihadapannya.

Akhirnya si kembar mengalahkan ego-nya, mereka duduk berdampingan dihadapan Gemi.

“Suit, siapa dulu yang mau ngomong.” Perintah Gemi lagi, yang dengan bodoh langsung dilakukan oleh Bumi juga Bima.

Mereka jadi seolah-olah anak baiknya Gemi, dasar kembar.

“Nah, lo kalah Bum.” Bumi berdecak, “lo yang ngomong Bim, jelasin se apadanya.”

Bima hela nafasnya sebelum menjelaskan, ia harap Bumi pahami bahasanya tanpa tersulut emosi seperti biasa.

“Tadi.. lo denger mulai darimana?” Tanya Bima dulu, memastikan penjelasannya nanti tidak ngalor ngidul tidak jelas.

“Semuanya, intinya gue penyakitan.”

Bima berdecak, “kalo gitu sebenernya ga ada lagi yang harus gue kasih tau, lo sendiri juga udah tau punya riwayat lemah jantung 'kan?”

“Rahasia nya, apa?”

“Stop dulu.” Gemi menengahi, “gini Bum, seperti tadi yang udah lo denger. Lo sendiri tau konsekuensi yang lo dapet kan seandainya lo denger rahasia ini, jadi gue mau mastiin, lo bisa untuk ga terlalu kaget yang nantinya malah micu riwayat lemah jantung lo?”

Bumi terdiam, dirinya juga tidak bisa mengontrol kalau saja nanti bisa jadi begitu terkejut. Sebenarnya ya, semua tergantung sebesar apa rahasia yang keluarganya simpan.

“Gimana? Lo bisa pastiin?”

Bumi menggeleng, “gue ga yakin.”

“Tuh, itu jawaban lo. Lo ga yakin, dan Bima juga sama ga yakin nya.”

“Tapi sampe kapan gue harus nahan ga tau rahasia ini?” Bumi tatap Bima intens.

“Gue juga ga tau, coba telfon Mama Papa, lo oke?”

“Iya, telfon aja.”

Setelah mendapat persetujuan dari Bumi, Bima segera ambil ponselnya disaku dan cepat-cepat hubungin orangtuanya.

Arumi yang pertama di telfon, ternyata wanita itu sedang bersama Agung juga.

“Mama Papa bisa pulang secepatnya?”

SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang