13; rencana Giri

275 14 0
                                    

Don't forget to like this part ⭐

~HAPPY READING~

Giri tutup ponselnya, dan segera ia masukkan lagi kedalam saku celana. Hal itu membuat tiga orang lainnya disana menatap heran,

“Siapa?” Bumi bertanya.

“Bukan siapa siapa,” Jawabnya cepat, ntah kenapa setelah membaca pesan singkat dari Ayahnya itu perasaan Giri jadi tidak enak.

Ga mungkin 'kan? Batinnya terus bertanya, memohon supaya apa yang ada dipikirannya tidak benar-benar ada. Jika sialnya benar, Giri tidak tau lagi, mau ditaruh dimana mukanya kalau mereka berempat berkumpul seperti sekarang ini.

“Woy!” Bima sentak keterdiaman Giri, “kesambet lo, tau rasa.”

“Ck, kaget bego!”

“Lagian, kenapa deh? Di chat rentenir lo? Langsung diem begitu,”

“Ah, engga. Cabut dulu ya gue,” tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya, Giri langsung bangkit dan membereskan barang-barangnya.

Segera remaja itu berpamitan ala ala dan pergi menjauh dengan motor besarnya, meninggalkan tiga sosok yang masih mencerna perubahan drastis remaja labil itu.

“Beneran rentenir apa ya?” Bumi bergumam.

“Baru login broken home udah dikejar-kejar rentenir gitu, kesian amat,”

°°°
Deru motor besar yang dikendarai Giri berhenti tepat didepan sebuah kontrakan kecil yang kini menjadi tempat tinggal Ibunya. Belakangan semenjak orangtuanya bercerai, memang Giri sedikit lebih banyak habiskan waktunya dengan sang Ibu. Awalnya memang hanya sebatas tebus rasa bersalah Ningsih, namun siapa sangka mereka jadi dekat sungguhan.

Tok tok tok

“Bunda..,” Giri sedikit mengencangkan suaranya, takut-takut Ibunya yang hobi memasak di dapur itu tidak dengar.

“Masuk aja nak!”

Giri buka pintu didepannya setelah mendapatkan izin, kakinya memasuki bangunan petakan yang cukup jika hanya ditinggali oleh Ningsih. Lalu langkahnya ia bawa menuju dapur, dimana letak pasti Ibunya itu berada.

Benar saja, sosok Ningsih itu tengah berkutat dengan berbagai jenis kue kering yang sebagian sudah ia susun rapi dimeja makan. Giri melongo, sebanyak ini Ibunya buat sendiri?

“Bunda, banyak banget?”

Ningsih tertawa melihat raut terkejut anaknya, ia cuci bersih tangannya di wastafel sebelum mendekati putra semata wayangnya itu.

“Kenapa loh? Kok kaya kaget gitu si,”

“Ya Bunda seriusan bikin kue sebanyak ini sendirian? Nanti kalo kecapean gimana? Nanti Bunda sakit loh,”

Ningsih tersenyum, putranya ini ternyata sangat mengkhawatirkannya toh.

“Anak Bunda lagi khawatir ini ceritanya, hm?” Goda Ningsih sambil dua tangannya mengunyel unyel pipi gembil anaknya.

“Bunda.., orang lagi serius juga,”

“Iya iya, ish galaknyaaa,”

SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang