4; seperti apa?

305 17 0
                                    

Don't forget to like this part ⭐

Absen sini anak anak!!

~HAPPY READING~

Kata orang, kasih Ibu sepanjang masa, dan kasih Ayah sepanjang jalan. Iya, Gemi akui itu. Dulu.

Gemi kecil itu manja, sangat. Tumbuh di lingkungan keluarga yang harmonis, siapa yang tidak bahagia.

Bangun pagi disuguhi Ibunya yang tengah memasak, juga Ayahnya yang tengah membaca koran.

Gemi kecil percaya cinta orangtua tidak ada duanya, hingga ia beranjak remaja dan dapati ketidakcocokan Ayah dan Ibunya.

Nyatanya, membangun rumah dengan dua isi kepala yang berbeda itu sulit sekali. Terkadang mengalah juga tidak ada yang mau, seperti kedua orangtuanya.

Mereka mulai egois, tidak lagi memikirkan Gemi yang baru lulus sekolah dasar, juga Gama yang masih berbentuk bayi kecil nan merah.

Hari itu, sepulang ujian kelulusan, Gemi tidak dapati Ibunya di rumah. Hanya sang Ayah, juga si kecil yang berada digendongnya.

“Ayah, Adek, Mamas dapat nilai tinggi semua loh..” Ucap Gemi kecil begitu bangga, turut menunjukkan beberapa lembar kertas dengan coretan nilai yang cukup memuaskan untuk seukuran anak kecil seperti Gemintang.

“Mamas mau nunjukin ke Ibu, Ibu mana Yah?”

Gemi kecil menatap sekeliling rumahnya, siapa tau dapati sosok Ibunya yang tidak ada diantara mereka.

Namun nihil, tidak ada siapa-siapa disana selain mereka bertiga.

Gemi kecil nampaknya bingung, kenapa Ayahnya hanya diam? Hingga ia beranikan mendekati Ayahnya dan mengguncang lengan kokoh itu.

“Ayah? Ibu mana?” Tanyanya, lagi.

Ayahnya masih diam, hingga satu tangan yang tadi diguncang oleh Gemi, ia gunakan untuk mengusap kepala putra sulungnya itu.

“Mulai hari ini, cuma akan ada Ayah, Mamas, dan Adek. Gapapa 'kan?”

“Soalnya Ibu udah cari bahagianya, Ibu milih jalan sendirian, udah gabisa sama kita, Mas.”

“Jadi, Mamas tolong bantu Ayah jagain Adek ya?”

Percakapan siang itu sangat membekas di ingatan Gemi, hingga saat ini dirinya menaruh sepercik benci. Bukan untuk Ibunya, namun semesta. Pikirnya, kenapa semesta biarkan Ibu bahagia tanpa membawanya?

Gemi ingat betul, bagaimana raut sedih sosok Ayah yang menjadi panutannya. Gemi juga yang jadi saksi, sekuat apa Ayahnya berusaha menghidupi dirinya dan Gama.

Gamaliel Wira Pranaja, wajah polos bocah 5 tahun yang begitu mirip Ibunya buat Gemintang tanamkan kesal yang tak tertera. Bajingan kecil, katanya.

Jika ingat itu Gemi tertawa, bagaimana dengan asal ia sebut adiknya seperti itu. Tidak ada penolakan, sebab Gama juga belum paham.

Tekadnya kini ingin bahagia hampiri Ayah dan Adiknya, meski ia tak bahagia, asal mereka bisa.

Gemi tanamkan pada dirinya, supaya bisa yakinkan semesta. Setidaknya untuk saat ini, jaga dua dunianya.

SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang