12; notifikasi

203 12 2
                                    

Don't forget to like this part ⭐

akan aku cekokin trus klean dgn cerita gajelas ini🙏🏻

~HAPPY READING~

Sesuai rencana mereka semalam, kini dua kembar kesayangan Agung itu baru saja sampai di pintu masuk pemakaman umum kota.

Sebelum menyusuri blok blok pemakaman, Bima lebih dulu membawa Bumi untuk mampir ke sebuah toko bunga di samping pemakaman itu.

“Pagi Rega, bunga seperti biasa ya? Kebetulan baru di drop yang baru nih,” Sapa salah satu orang yang agaknya sudah mengenal baik Bima.

Hal itu buat Bumi yang berjalan dibelakang Bima sedikit terheran, sesering apa Bima kesini sampai si penjual bunga saja hafal?

“Iya Kak, yang kaya biasa. Oh iya, kenalin ini Regi—Bima tarik pergelangan Bumi untuk mendekat—Bum, ini Kak Syifa, yang punya toko ini.”

Bumi bersalaman dengan wanita dewasa yang katanya bernama Syifa itu, “Bumi, Kak.”

“Waduhh, aku panggil Regi aja gapapa ga? Soalnya ke Bima juga aku biasa manggil Rega,”

“Ah iya, gapapa kok,”

Tak berselang lama, salah satu pegawai di toko itu hampiri mereka dengan sebuket mawar putih ditangannya.

“Mas, ini bunganya,”

Bima menerima bunga pesanannya itu, lalu segera membayar dan berpamitan keluar.

Diluar toko, Bumi lagi-lagi dikejutkan dengan kehadiran Gemi dan Giri yang sepertinya sudah menunggunya juga Bima.

“Kok lo ngajak mereka?” Tanyanya pada Bima heran.

“Gue cuma ngajak Gemi karna dia yang udah bantu kita akur, tapi kayaknya si newbie broken home itu kesepian jadi ngikut juga.”

Bumi hela nafasnya, niat hati ingin bercerita ria di pemakaman kakak kembarnya nanti, justru malah didatangi makhluk slengean macam Gemi dan Giri.

“Oyy bro,” Bima lakukan tos ala ala dengan dua temannya itu.

“Sorry ya jadi kalian yang nunggu,”

“Gapapa elahh, udah 'kan?”

Bima angguki ucapan Gemi, lalu mereka berjalan beriringan menyusuri blok demi blok gundukan tanah yang ada.

Setelah sekiranya lima menit menyusuri tempat sepi itu, akhirnya mereka berhenti di sebuah gundukan tanah yang atasnya sudah ditumbuhi rumput rumput segar.

Bima jadi yang pertama jongkok menghadap gundukan tanah bertuliskan Regina Senandung Bumantala binti Agung Abraham itu, lalu dirinya letakkan sebuket mawar putih yang sejak tadi dibawanya.

“Jongkok aja,” titahnya pada tiga orang disana. Jadi Bumi, Gemi dan Giri sama-sama jongkok seperti Bima sebelumnya.

“Re, Abang bawa Bumi kesini,”

Bumi yang namanya disebut itu bergerak mendekat, ia usap batu nisan didepannya sebagai bentuk perkenalan.

“Hai Kak, sorry ya gue baru sempet kesini.” Kata Bumi, masih setia mengusap batu nisan itu. “Gue baru tau lo semalem, jadi sekarang nyempetin kesini sama Bima sama temen-temen gue juga,”

SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang