extra chap 1

317 13 0
                                    

yuhuu spada

udah di ujung cerita nih, sekarang tinggal tak kasih bahagianya aja soalnya hwhwhw🙏🏻

~HAPPY READING~

Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak terakhir kali dua sosok remaja itu saling bertukar frasa. Kini keduanya sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang berhasil meraih sukses di usia muda. Rega Sendu Bimasakti, dan Regi Sejuk Bumiraksa.

“Lo langsung balik apa ikut dinner sama gue?”

Bumi, pria dengan setelan jas hitam rapih itu menoleh ke arah kembarannya yang tengah berdiri di ambang pintu ruangan kerjanya.

“Gue masih ada satu meeting lagi, kayaknya dinner sendiri sendiri aja.” Bima mengangguk.

“Yaudah, jangan lupa kabarin Cecep gue, dia suka ngedumel mulu kalo lo ga ada kabar.”

Bumi layangkan tatapan sinisnya, “playing victim banget lo, lo kan yang sering ngomporin anak gue biar posesif begitu.”

Mendengar itu Bima cekikikan, lalu segera meninggalkan ruangan Bapak Bumiraksa yang terhormat itu sebelum amukannya semakin menjadi-jadi.

Iya, benar. Mereka berdua sudah memiliki keluarga masing-masing. Bumi dengan teman satu almamater nya itu menikah kurang lebih lima tahun lalu, dan kini sudah dikaruniai seorang putri kecil yang begitu cerewet. Sedangkan Bima, baru menikah tiga tahun lalu, juga memiliki satu orang putra.

Sungguh, mereka sudah dikelilingi bahagia sekarang. Doa yang selalu mereka panjatkan, turut diaminkan semesta.

Sedangkan di belahan Jakarta yang lain, tampak dua orang dewasa yang tengah menasehati putri putri mereka. Senopati Giri dan Zelina istrinya itu tidak habis pikir, kenapa dua bocah kecil didepannya bisa se keras kepala ini.

“Ayah ga lama, Ucel Ucil. Boleh ya?” Percayalah, ini sudah ke seratus dua puluh lima kali Giri mengucapkan kalimat itu.

Frustasi juga mengurusi titisan benihnya, dua sekaligus. Mimpi apa Giri sampai sampai dikaruniai dua orang anak kembar yang sifatnya plek ketiplek dirinya. Versi cewek.

“Yaudah boleh, tapi Ucel mau ke Disneyland yang ada di Jepang.” Ujar si kecil dengan dua rambut dikepang nya.

“Ucil juga, Ucil juga. Tapi yang di Hongkong.” Sahut si kecil satunya tidak mau kalah.

Jika sudah seperti ini, Giri dan Zelina hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah.

Bekerja menjadi seorang pilot memang kadang mengharuskan Giri jauh dari jangkauan anak-anaknya, jadi mereka juga seringkali meminta ganti waktu Ayahnya itu dengan liburan ke tempat tempat yang jauh. Seperti tadi contohnya. Agaknya dua titisan Abu Lahab seperti Giri itu tau jika Ayahnya tidak akan mengeluarkan uang sedikitpun saat mengajak mereka jalan-jalan, sebab semua ditanggung maskapai tempat Giri bekerja. Jadinya ngelunjak.

Lain lagi dengan situasi di apartemen mewah milik Gemintang. Pria yang pernah berjanji akan mendedikasikan hidupnya untuk sang Ayah dan Adiknya itu kini masih memegang teguh janjinya.

Gemi sedang merawat Wiratama Ayahnya yang sedang sakit, faktor usia yang semakin sepuh itu.

“Tinggal minum obat ya, Yah. Nanti dulu aja, dijeda soalnya Ayah baru makan.” Wiratama terbitkan senyum di wajah keriputnya.

“Adik mu belum pulang?”

Gemi melihat jam tangan di lengannya lalu menggeleng, “belum, paling ekskul basket kaya biasa.”

Sejenak mereka terdiam, hingga tiba-tiba Gemi rasakan hangat ditangannya. Pria itu menoleh, dan dapati tangan kurus Wiratama sedang menggenggam tangannya.

SEMESTA DAN CERITA [ End✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang