"Saya sudah membeli apa yang anda inginkan, Pak." Jimmy masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi, setelah memberikan paperbag pada atasannya.
Aksel yang duduk di jok belakang dan fokus pada ponsel kemudian menerima benda itu. "Habis berapa semuanya?" dia bertanya setelah memeriksa isinya.
"Satu kemeja lengan panjang, celana dan sepatu sekitar satu jutaan, Pak." Jimmy menjawab dengan mulai melajukan kendaraannya.
Nominal itu membuat Aksel meringis. Sungguh murahan, pikirnya. Satu sepatu yang biasa dia kenakan minimal seharga motor baru. Meski memang banyak yang lebih mahal dari itu, tapi tidak semurah ini juga.
Seolah mengerti apa yang Aksel tengah pikirkan, Jimmy kemudian berkata, "banyak baju yang lebih mahal dari yang biasa anda kenakan, Pak. Sama seperti baju yang saya beli itu, banyak lagi yang lebih murah. Bagi sebagian orang, satu juta untuk sebuah pakaian, itu terlalu mahal bahkan," ungkapnya.
Aksel tahu hal itu, dia bahkan pernah mengenakan baju yang tidak layak dikatakan sebagai pakaian. Dan dia benci jika kembali mengingatnya.
"Berapapun harga pakaiannya, yang terpenting adalah tingkat kenyamanannya." Jimmy kembali menambahkan saat Aksel sudah menukar baju yang dia pakai, begitu juga sepatunya.
Aksel tidak tahu kenyamanan apa yang Jimmy maksud, karena pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini, benar-benar membuat perasaannya tidak karuan. "Apa saya terlihat–,"
"Anda tidak terlihat miskin, Pak," potong Jimmy.
"Saya tidak bisa pakai baju ini." Aksel kembali melepaskan kancing kemeja yang sudah terpasang di tubuhnya.
"Katanya ingin belajar terbiasa." Jimmy mengingatkan. "Masa baru awal sudah menyerah," sindirnya.
Sindiran itu tidak membuat Aksel mengurunkan niatnya untuk melucuti pakaian yang sudah terpasang dengan sempurna. Dia tidak bisa berpenampilan sederhana, karena itu akan menunjukkan sebuah kekalahan dalam hidupnya. Dia tidak ingin kembali ke masalalu, hidup dengan serba kekurangan dan kesakitan dalam hatinya.
"Non Marcella tidak akan mengira bahwa baju yang anda kenakan itu murah, saya yakin dia tidak akan peduli dengan hal itu."
Setelah menemui Kenzo dan membicarakan pekerjaan dengan pria itu. Siang ini Aksel memang akan bertemu dengan Marcella untuk memenuhi janjinya.
Aksel dapat melihat Jimmy meliriknya lewat spion dalam, pria itu terlihat lelah dengan keputusan atasannya.
"Saya merasa tidak nyaman," gumam Aksel sembari menggulung lengan kemeja yang baru dia kenakan.
"Mungkin anda hanya merasa tidak percaya diri. Tapi sebenarnya baju yang sebelumnya itu lebih cocok untuk anda," hibur Jimmy, tapi entah kenapa terdengar seperti penghinaan bagi Aksel.
"Maksudmu?"
Bukannya merasa bersalah, Jimmy malah tertawa. "Maksud saya, apapun pakaian yang anda kenakan, anda terlihat keren," puji pria itu.
Aksel merasa sedikit terhibur, pasalnya Jimmy terbiasa menghina. Jadi saat keluar pujian darinya, Aksel cukup percaya.
"Saya biasa mengenakan outfit yang lebih murah dari itu. Tapi belum pernah ada orang yang memberi saya sumbangan untuk ongkos pulang," ucap Jimmy.
Sindiran itu membuat Aksel teringat dengan kejadian memalukan dengan si gadis amor fati, sialan.
Aksel berdecak sebal. "Kamu sudah terlalu banyak berbicara, aku sudah cukup mendengarnya," omel pria itu.
"Baiklah," balas Jimmy santai.
Mobil yang dikendarai Jimmy berhenti tiba-tiba, Aksel terkejut karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Fati
ChickLitPengalaman buruk di masalalau membuat Akselio begitu takut dengan kemiskinan. Kenyataan bahwa dirinya sudah terlepas dari masa itu nyatanya tidak bisa membuatnya merasa tenang. Hingga kedatangan seorang gadis bernama Sarah, banyak mengajarkan tenta...