Salah

1.3K 292 66
                                    

Sarah menurut saja saat Jimmy memintanya mencoba beberapa pakaian yang dia suka. Sembari memilih, Sarah mengintip tulisan harga yang membuatnya syok tidak menyangka.

Bahkan sepotong celana dalam saja harganya lebih mahal dari gamis couple yang dia beli bersama ibunya saat lebaran. Sarah memilih baju yang sekiranya pantas dengan harga itu meski masih terbilang sangat mahal baginya.

Keterkejutan Sarah akan semua harga di tempat ini meyakinkan dirinya bahwa dia memang benar-benar miskin.

"Ini, gimana?" Sarah meminta pendapat untuk ke empat kalinya pada Jimmy tentang baju yang dia coba, sepotong gaun yang panjangnya sedikit di bawah lutut dengan lengan seperempat brukat berwarna hitam yang sangat elegan. Dia suka dengan bajunya.

Setelah sempat mendongak dari ponselnya, Jimmy yang duduk di sofa itu tampak tertegun. Senyum kecil tercetak di bibirnya, namun lagi-lagi pria itu berkata bahwa Sarah harus mencoba yang lain saja.

"Kamu aja lah yang pilih!" keluh Sarah, dia sudah lelah. Perempuan itu pasrah dengan pilihan Jimmy dan berkata pasti akan memakainya.

Jimmy beranjak berdiri, setelah memasukkan ponsel ke saku jasnya, pria itu memilih beberapa gaun yang digantung di sana.

"Ini saja," ucap Jimmy dengan memberikan baju pilihannya pada Sarah. Tidak terlalu buruk, Sarah suka. Dia lalu setuju saja.

"Wah, pacar kakak ternyata pinter milih yah, baju ini bagus banget loh. Edisi terbatas juga, yakin deh nggak ada yang nyamain baju kakak." Salah satu karyawan butik itu memuji, dia memang sejak tadi setia membantu sarah bergonta ganti baju tanpa menunjukkan raut jengkel di wajahnya. Bagaimana tidak, satu harga baju ini saja pasti sudah bisa untuk membayar gajinya.

Sarah yakin perempuan itu memuji hanya agar dia tidak menolak pilihan Jimmy, mereka sama-sama sudah lelah.

"Ini." Sarah keluar dari ruang ganti dan menunjukkan penampilannya pada Jimmy.

Pria itu mengacungkan kedua ibu jari. "Sempurna," pujinya.

Sarah melengos sebal. "Dari tadi ke kamu yang pilih," sungutnya.

Jimmy hanya tertawa, dia lalu mengambil kotak berisi sepatu hak tinggi dan menyuruh Sarah untuk memakainya.

"Di film-film, si pria akan membantumu memakaikan sepatu dan hal romantis terjadi setelah itu, tapi aku tidak mau melakukannya padamu." Jimmy mengoceh sendiri.

Mendengar hal itu Sarah berdecih sinis. "Kamu pikir aku ngarepin hal seperti itu dari kamu?"

"Ya siapatau."

"Ish." dengan sedikit kesal, Sarah memakai sepatu mewah pemberian Jimmy. "Ini semua buat aku apa cuman dipinjemin?" tanyanya.

"Buat kamu." Jimmy memanggil pelayan yang sejak tadi membantu Sarah mencoba pakaian. "Tolong bungkus semua baju yang dicoba perempuan ini, saya akan membayarnya."

Sarah terlongo tidak percaya. "Kenapa semuanya?"

"Karena kamu suka."

"Ih, buat apa coba."

Jimmy mengangguk. "Buat ganti-ganti kalo kamu ketemu sama Pak Aksel nanti."

"Nggak akan ada pertemuan selanjutnya setelah ini," yakin Sarah.

"Inget ya, kamu masih punya utang cincin satu miliar," ancam Jimmy sembari berlalu ke arah kasir.

Sarah mendesah khawatir. "Duh, iya lagih."

***

Sesampainya di tempat kerja Jimmy, atau perusahaan milik pria bernama Akselio, Sarah terkagum-kagum dengan betapa megah dan tingginya gedung tersebut.

Amor FatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang