"Anda butuh ponsel baru, Pak?" tanya Jimmy saat mengikuti Aksel masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang terkenal sebagai tempat penjualan telepon seluler.
"Aku tidak sengaja merusak ponselnya." Aksel memberi tanggapan saat mereka masuk ke dalam lift menuju toko langganannya.
"Anda ingin membelikan ponsel untuk Gaharu, Pak?"
"Apa itu nama dia?"
Jimmy mengangguk. "Ya, kita sempat bertemu di kantor polisi, dan saya masih mengingatnya."
Aksel juga masih ingat dengan pertemuan mereka di kantor polisi, dia bahkan masih bisa mengulang kalimat apa saja yang dilontarkannya pada gadis amor fati. Perasaan bersalah tiba-tiba muncul ketika raut wajah perempuan itu berubah, apakah dia sudah sangat keterlaluan berbicara.
.
"Jimmy?"
"Iya, Pak?"
"Aku akan menemui Marcella sendiri. Kamu carilah anak bernama Gaharu itu dan berikan ponsel ini kepadanya." Aksel benar-benar membeli ponsel keluaran terbaru seperti yang dia miliki, lalu memberikannya pada Jimmy saat mereka sudah sampai di parkiran mobil.
"Jika dia tidak mau?" tanya Jimmy.
Mendengar itu Aksel tertawa. "Apa ada kemungkinan seperti itu? Tampaknya mereka tidak berasal dari keluarga kaya, maka benda ini pasti akan sangat berharga."
Jimmy menatap tuannya tidak suka, jika seperti itu Aksel akan menyadari kesalahannya.
"Apa anda pikir orang miskin tidak punya harga diri?" tanya Jimmy.
Aksel berdecak sebal, kalimat itu entah kenapa sungguh sangat menohok hatinya. Tapi dia yakin anak itu pasti akan menerima pemberiannya. "Kamu mengenal saya, kamu pasti tahu maksud saya bukan seperti itu."
Tatapan Jimmy bertambah sinis. "Justru karena saya begitu mengenal anda, saya tahu maksud bapak memang seperti itu."
"Oh ya Tuhan." Aksel mendesah putus asa. Kenapa kalimat yang kelur dari mulutnya selalu membuat oranglain salah sangka. Padahal dia hanya mengungkap fakta.
"Baiklah, saya akan mencari anak itu dan memberikan ini untuknya. Tapi saya tidak bisa memastikan dia atau anggota keluarganya yang lain akan menerimanya."
"Saya berani bertaruh untuk itu," tantang Aksel.
Jimmy menyeringai tidak mau kalah. "Saya akan bertaruh sebaliknya."
*
"Bagaimana? Apa kamu setuju?" tanya perempuan bernama Marcella, ketika mereka tengah makan siang bersama di restoran tempat perempuan itu membuat janji.
Aksel masih memikirkan keuntungan yang dia dapat dari kesepakatan tersebut. Ketika dulu Marcella mengajaknya berpacaran, dia bertanya apa tujuan dan fungsi dari hubungan itu. Begitu juga yang dia tanyakan ketika saat ini perempuan itu mengajaknya bertunangan.
"Cuma pura-pura kok, Sel. Aku belum ingin menjalin hubungan dengan siapapun. Dan status pertunangan kita akan membuat orangtuaku berhenti memaksaku mencari seorang pria. Pliss, ayolaaah," rengek Marcella, seolah hanya pria itu saja harapan dia satu-satunya.
Setelah berpikir beberapa lama, Aksel kemudian mengangguk. Dengan menjadi tunangan Marcella, semua urusan bisnis dengan keluarga besar wanita itu pasti akan dipermudah jalannya. Maka daripada itu, uangnya tentu akan bertambah. "Ok," balasnya.
Marcella tampak tidak percaya, perempuan itu terlihat senang dengan persetujuannya. "Aku tidak salah jika hanya kamu pria yang kukenal dengan baik, kamu pasti bisa membantuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Fati
ChickLitPengalaman buruk di masalalau membuat Akselio begitu takut dengan kemiskinan. Kenyataan bahwa dirinya sudah terlepas dari masa itu nyatanya tidak bisa membuatnya merasa tenang. Hingga kedatangan seorang gadis bernama Sarah, banyak mengajarkan tenta...