Asa memasuki perkarangan rumah minimalis itu. Disini ia hanya tinggal berdua dengan kakak perempuannya, Isa, yang telah lulus SMA tiga tahun yang lalu dan memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah karena masalah ekonomi dan harus membiayai adik satu-satunya. Kakaknya itu bekerja sebagai kasir minimarket terdekat yang akan pulang saat pukul sembilan malam.
Orang tuanya sudah pisah saat usianya enam tahun dan kakaknya waktu itu baru dua belas tahun. Ayahnya pergi entah kemana, ibunya menikah lagi dengan seorang pengusaha sukses dan ia dan kakaknya hanya mengikuti neneknya yang meninggal dunia saat usianya sepuluh tahun.
Ia menggantung tas ranselnya yang berwarna biru itu di gantungan dan mengganti pakaiannya menjadi lebih kasual. Setelah selesai berganti, ia menuju ke dapur untuk melihat apakah masih ada kimchi untuk dimasak.
Ia membuka lemari penyimpan dan menemukan sebungkus kimchi, ia tersenyum dan berjalan menuju kompor dan memasaknya. Sambil menunggu kimchi tersebut masak, ia memainkan ponselnya hingga bau air mendidih tercium olehnya, segera ia masukkan bumbu-bumbu itu ke dalam panci dan mengaduknya. Setelah dirasanya sudah matang, ia segera mengambil kain dan mengangkat panci panas berisikan kimchi yang baru matang itu.
Ia mengambil sumpit kemudian air minum dan duduk di kursi, melipat kedua tangannya dan berdoa. Ia membuka matanya dan langsung mengambil sumpit itu dan menyumpit kimchi tersebut sambil meniupnya.
Tok, tok, tok
Suara ketukan pintu menghentikannya menyuap kimchi tersebut ke mulutnya, ia berdiri dan berjalan menuju pintu dan membukanya. Seorang preman yang entah darimana langsung masuk dan memporak-porandakan ruang tamunya.
"Hey! Siapa kalian? Beraninya memasuki rumahku dengan tidak sopan!" Ujarnya tegas.
Preman itu mendekatinya, "Kau gadis kecil, ayahmu memiliki hutang pada bos kami! Jadi, dimana uang yang kau sembunyikan itu?!" Tanya preman itu dengan suara keras.
Asa mendorong preman itu dan memukulnya, memelintir tangannya ke belakang sambil berkata, "Aku dan kakakku sudah tidak punya hubungan dengan orang itu! Jadi, pergilah sebelum tanganmu kupatahkan!" Ancamnya sambil mendorong preman itu, sejujurnya ia bahkan tak tahu kenapa bisa sekuat itu.
Preman itu melihat gadis dihadapannya dengan wajah takut kemudian perlahan-lahan berdiri dan keluar dari rumah dengan kaki pincang. Sedangkan Asa masih menatapnya dengan tatapan tajam, bisa-bisanya dia mengganggu waktu makan seorang gadis yang baru pulang sekolah.
Ia kemudian berbalik ke dapur dan menemukan kumchinya sudah lumayan dingin. Dengan cepat ia segera menghabiskannya.
Tanpa sepengetahuan Asa, seorang pemuda tersenyum setelah melihat semua apa yang dilakukan gadis itu. "Aku bahkan belum melatihmu, tapi kau sudah bisa mematahkan lengan dan kaki preman,"
"Kurasa aku melupakan peraturan kerajaan," gumamnya.
Sebuah tangan menyentuh pundaknya membuatnya tersentak, "Eh, hyung, apa yang kau lakukan disini?" Tanya terkejut setelah melihat Jay.
"Aku curiga kemana saja maknae kita akhir-akhir ini, ternyata ia ke rumah seorang gadis," ujar Jay, "Haruskah aku yang bertanya begitu, apa yang membuatmu datang kesini?"
Pemuda itu tidak menjawab melainkan menatap rumah minimalis milik Asa dan kakaknya sambil bertanya, "Hyung, bisakah aku memilih menjadi penghianat kerajaan demi seseorang yang kucintai?"
"Jika itu membuatmu bahagia, maka lakukanlah. Aku akan mendukungmu, karena aku juga mengalaminya. Di kehidupan ini, maupun dulu," ucap Jay pada pemuda itu.
***
Ruka tiduran dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya sambil memainkan ponselnya. Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL NEXUS || ENHYPEN × BABYMONSTER
Fantasy"Jika ingatanku hilang, kau harus berjanji untuk mengembalikannya." "Aku berjanji!" *** "Dia, pemuda itu, kenapa terasa familiar? Siapa dia?" "Mata itu, apa aku pernah bertemu dengannya?" *** "Sialan! Kenapa harus ingatan kami yang dihapus?" "Jika i...