21: Peta

287 32 12
                                    

Malam itu, bulan purnama bersinar terang di langit yang gelap gulita. Cahaya motor yang datang dan berhenti di depan gerbang rumah minimalis nan megah.

Ruka turun dan membuka helmnya kemudian memberikannya kepada Jay. "Makasih. Sampai jumpa besok." Ujarnya kemudian berbalik dan memasuki halaman rumah.

Ia melewati pos satpam sambil menerka-nerka. 'semoga pak satpam sudah pulang' doanya dalam hati.

"Nona?"

Ruka terkejut tiba-tiba seorang bapak berusia awal empat puluh tahunan itu menghampirinya. "Tidak biasanya nona Ruka pulang tengah malam. Dengan laki-laki juga," ucap Pak Satpam.

Ruka menempelkan jari telunjuknya di bibir. "Sst ... Tolong jangan laporkan pada siapa-siapa ya, Pak. Terutama ibu dan kak Jeonghan." Ucapnya sedangkan bapak tersebut hanya mengangguk. "Kalau begitu, Ruka masuk dulu, Pak. Terima kasih."

Ia langsung berlari memasuki rumah dengan perlahan. Membuka pintu dengan perlahan tanpa suara pintu bergeser.

Setelah pintu benar-benar terkunci. Ruka menormalkan kembali detak jantungnya. Tapi ...

"Kemana saja kau?"

Itu ibunya. Ruka menatap ibunya sambil menelan ludah, gugup. "Hai, ibu," lambainya pada ibunya yang sedang duduk di sofa sambil menonton drama.

"Hai, hai, hai..., duduk!" Pintah ibunya tegas.

Ruka perlahan berjalan dan duduk di sofa di seberang. Ia bisa merasakan atmosfir yang intens, sangat intens.

'kurasa aku akan diinterogasi' pikirnya kalut.

"Kemana putriku yang penurut?" Tanya ibu, mendekat dan memegang tangan mungil dan lentik Ruka.

Ruka menjadi bingung. Kenapa ibunya seperti ini? Apa ibunya tau apa yang terjadi tadi? Tapi, bagaimana bisa?!

"Kenapa ibu? Ada apa?" Hanya itu yang keluar dari mulut gadis tujuh belas tahun itu.

"Kau mengingkari janjimu untuk pulang pada jam 9, tapi sekarang sudah pukul 11. Dan membawa motor sebelum waktunya." Ucap ibunya mengingatkan.

Seketika Ruka langsung menghembuskan nafas lega. Tapi itu tanpa ia sadari membuat ibunya semakin curiga.

"Dan ... Berhubungan dengan non-manusia,"

Deg

Beku. Itulah yang dirasakan Ruka. Bagaimana ibunya tau?

'kenapa ibu bisa tau?' pikirnya.

"Kau penasaran bagaimana ibu tau?" Tanya ibunya kemudian memegang tangannya, "Sayang, dengarkan. Ibu ingin kau jujur, apa yang terjadi di hidupmu? Tolong katakan Ruka. Ibu mohon."

Ruka menelan ludah sendiri dengan terpaksa. Ludah malah terasa pahit. Bagaimana jika jujur? Apa ibu bisa membantu? Pikir Ruka semakin bingung.

"Ruka...," panggil ibunya dan gadis itu menoleh, "Sebentar," ibunya beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya.

Sesaat kemudian ibunya kembali membawa selembar kain dan duduk kembali. Ibunya melebarkan kain itu di atas meja. Ternyata itu sebuah peta.

"Ini adalah peta turun-temurun dari keluarga kita. Ibu tau, kau kesulitan dan merasa bingung. Ruka, dengarkan ibu," ibunya kembali menatap manik mata gadis bermata sipit itu, "Simpan peta ini selama perjalananmu dan...,"

Ibunya mengeluarkan sesuatu dari saku dan memberikan sebungkus kain, "Jaga benda ini baik-baik, kelak akan berguna." Ujar ibunya sembari meneteskan air mata.

"I-ibu..., kenapa ibu menangis? Seolah aku akan pergi jauh. Aku bahkan tidak tau siapa yang bisa membantuku," ujar Ruka.

"Jenderal Lee. Tanyakan padanya, dia tau semua hal itu. Dia ada di sekitarmu." Ujar ibunya membuat Ruka tiba-tiba terpikirkan seseorang.

ETERNAL NEXUS || ENHYPEN × BABYMONSTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang