25: Istana

236 20 7
                                    

Sekelompok gadis dan pemuda itu akhirnya tiba di depan gerbang istana. Jay maju paling depan dan berbicara sebentar dengan seorang pengawal penjaga gerbang. Setelah beberapa saat, ia kembali dan berkata, "Ayo, masuk. Aku akan memandu kalian," ujarnya.

Mereka mengikuti Jay dan Heeseung yang memimpin mereka memasuki gerbang istana. Di sepanjang jalan, Ruka terus mengamati hiasan-hiasan dinding yang terbuat dari batu permata yang diukir dengan sangat indah.

"Kalau dijual, berapa harganya ya kira-kira?" celetuk Ruka dengan rasa ingin tahunya yang tinggi.

Pharita, yang berjalan di sampingnya, menjelaskan, "Entahlah, biasanya 1 karat emas bisa bernilai lebih dari seratus won. Dan jika ini permata, harganya pasti jauh lebih tinggi."

"CK, sultan tahu segalanya!" ucap Rora dengan nada sinis.

"Rora-ya, bisakah kau diam?" pinta Ruka sambil tersenyum. "Btw, terima kasih, mprit." ujarnya pada Pharita.

"Mprit? Itu apa?" tanya Jake dengan bingung.

"'Mimi Peri Rita'," jawab Ruka dengan santai.

"Gak! Gak! Itu salah," Chiquita tiba-tiba menyela dengan ekspresi mengejek. "Yang benar itu, 'Mimi Peri Rita'." ujarnya dengan gaya menggoda.

Pharita mengangkat sebelah alisnya dan bertanya dengan polos, "Siapa Mimi Peri? Seorang putri kah?"

Chiquita tersenyum bangga lalu mengeluarkan ponselnya dari tas selempangnya. "Kalian harus berterima kasih padaku. Aku membawa ponsel."

"Bawa ponsel tapi nggak berguna. Bisa apa?" sahut Niki dengan nada sinis.

"Si anjir! Mau ku tinju mukamu biar semua orang lihat wajah sisi kiri mu?" Chiquita mulai berancang-ancang.

"Canny, perhatikan ucapanmu!" tegur Ruka dengan tegas, sementara Chiquita hanya terkekeh.

Chiquita menatap tajam ke arah Niki yang tertawa. "Apa ketawa-ketawa? Cowok anti left side!"

"Sudah-sudah, kita mau sampai. Bisa diam kan? Kalau tidak bisa, biar ku suruh pelayan untuk mengantar orang yang tidak setuju ke kandang hewan peliharaan," ucap Jay dengan nada tegas.

"Biar apa?" tanya Chiquita dengan polos, karena dia tidak tahu.

"Biar dimakan buaya," jawab Niki menakut-nakuti.

"Kita kan sedang bersama buaya," sahut Jungwon dengan nada santai.

Semua mata menatapnya heran. "Hah? Dimana?" salah satu dari mereka, Asa, bertanya dengan bingung.

Jungwon menunjuk pemuda di depan mereka, Heeseung. "Heeseung hyung kan siluman buaya."

Heeseung yang sejak tadi diam saja menoleh ketika namanya disebut. Jungwon hanya tertawa dan mengatakan, "Buaya kan hebat seperti hyung."

Heeseung hanya diam dan terus fokus ke depan. Ia sempat melirik ke arah Ruka, dan mata mereka bertemu secara tidak sengaja. Heeseung segera memalingkan wajahnya ke depan lagi.

Saat mereka semakin dekat dengan bagian dalam istana, suasana semakin megah. Langit-langit yang tinggi, lampu-lampu kristal yang berkilauan, dan dinding yang dihiasi dengan karya seni yang rumit menambah keindahan tempat tersebut.

Jay berhenti di sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu ukiran. "Ini adalah aula utama. Di sini kita akan bertemu dengan pihak istana yang akan membahas tujuan kedatangan kita."

Ruka memperhatikan ke sekeliling dengan penuh kekaguman. "Aku belum pernah melihat tempat semegah ini sebelumnya," gumamnya.

Pharita tersenyum, "Tempat ini memang luar biasa. Tapi, hati-hati dengan etiket istana. Kita harus menunjukkan rasa hormat yang tepat."

Jay mengangguk dan membuka pintu. "Ayo masuk," katanya, dan mereka semua melangkah memasuki aula yang megah.

---

Ketika mereka memasuki aula utama, mereka disambut dengan tatapan penasaran dari beberapa anggota istana. Ruka merasakan ketegangan yang menyelimuti ruangan, dan ia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah mereka semua duduk, seorang pejabat istana yang berpakaian mewah dan anggun melangkah masuk. Ia mengenakan gaun yang berkilauan dengan hiasan permata di sekelilingnya, dan wajahnya menunjukkan sikap yang sangat sopan.

"Selamat datang di istana kami. Saya adalah Lady Evelyne, dan saya akan memimpin pertemuan hari ini," ucapnya dengan suara lembut namun penuh kewibawaan.

Ruka dan yang lainnya berdiri sebagai tanda penghormatan. "Terima kasih atas sambutannya, Lady Evelyne," ucap Jay mewakili kelompok mereka.

Pertemuan itu dimulai dengan pembicaraan yang serius, dan Ruka hanya bisa menunggu sambil memikirkan kejadian-kejadian selanjutnya.

Di tengah pertemuan yang berlangsung, Ruka merasa ada sesuatu yang tidak beres, seolah ada sesuatu yang lebih besar sedang menunggu mereka di balik semua keramaian ini.

---

BERSAMBUNG

Setelah sekian lama akhirnya aku publish!😌

Mau gak aku buat novel dengan aku bakal sisipkan cerita real life aku?

ETERNAL NEXUS || ENHYPEN × BABYMONSTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang