Di sebuah kafe, seorang gadis memainkan es cendolnya yang sudah mencair, ia sangat bosan. "Kok lama? Kemana sih mereka?!" Kesalnya.
Namun, beberapa detik kemudian orang yang ia tunggu akhirnya datang dengan terburu-buru. "Maaf ya, Hyeon," ujar Ruka kemudian duduk di kursi diikuti oleh Jay.
Gadis itu, Ahyeon, Menatap Jay dengan tatapan penuh selidik. "Sudah lima belas menit aku menunggu, eonni," ucapnya kesal.
"Ya, maaf-maaf. Aku masih menjemputnya," ujar Ruka melirik Jay di samping.
Ahyeon akhirnya pasrah. "Baiklah. Langsung saja ke topik utamanya," ujarnya memperbaiki cara duduk, "Kak Jay, bukannya tidak mempercayai kalian tapi...,"
Brak!
Bugh!
Srekk!
Seseorang tiba-tiba terlempar ke dekat mereka dan memecahkan dinding kaca kafe itu. Seketika orang-orang langsung berdiri dan panik. "Apa yang terjadi?" Tanya salah satu wanita di dekat kasir.
Jay melihat pemuda yang meringis kesakitan itu, berdiri dan memegang bahunya. Pemuda itu menoleh membuat Jay membelalakkan matanya.
"Heeseung?!" Kagetnya, ia tak menyangka melihat seseorang yang ia kenal sejak kecil itu babak belur seperti ini. Hidungnya terus mengalirkan darah yang deras.
"J-jeongsong...," seketika mata pemuda bermata rusa itu pingsan tak sadarkan diri.
Jay dengan cekatan mengangkatnya. "Ada kamar?" Tanyanya pada Ruka.
Ruka yang masih cengoh tiba-tiba disadarkan. "Eh, kesini," ia menuntun Jay menuju kamar khusus di kafe ini. Oh ya, ngomong-ngomong ini adalah kafe Kim Jeonghan, Kakak Ruka sendiri.
"Ahyeon, tenangkan para pelanggan ya," pintahnya pada gadis bermata bulat bak boneka itu.
Mereka tiba di kamar, Ruka segera merapikan tempat tidurnya dan Jay membaringkan tubuh Heeseung dengan perlahan.
"Apa yang terjadi?" Tanya Ruka di dalam kesunyian.
"Entahlah," jawab Jay mengedikan bahunya pertanda ia tidak tahu apa-apa.
Ruka diam tapi ia perlahan menatap Heeseung dengan selidik. Matanya terpaku pada sebuah tatto di bagian leher pemuda itu.
Ia segera mengeceknya dan menemukan sebuah tatto berbentuk bintang dan tengahnya salip.
"I-ini...,"
"Ada apa, Ruka?" Tanya Jay.
"Tatto ini..., ini milik seorang Jenderal yang ada di dalam mimpiku," ucapnya memberitahu.
Semacam ingatan abstrak kembali memasuki kepala Jay.
"Jenderal Lee? Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanyanya pada seseorang yang dipanggil Jenderal itu.
"Berlatih. Seperti biasa, Yang Mulia Pangeran." Jawabnya sopan.
"Oh, Ya ampun. Ethan-ah, kita teman. Kau tidak perlu memanggilku pangeran." Ujarnya.
Jenderal Lee hanyalah tersenyum. Tapi sesaat kemudian Jay menunjuk ke belakang leher.
"Tatto? Sejak kapan kau punya tatto?" Tanyanya.
"Putri Atlantis dan adikku yang memintanya," jawabnya.
Kembali pada kenyataan, "Selena?" Gumam Jay.
"Siapa itu?" Tanya Ruka tajam.
Jay tersenyum geli menatap Ruka kemudian tertawa yang membuat reaksi gadis itu semakin penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL NEXUS || ENHYPEN × BABYMONSTER
Fantasy"Jika ingatanku hilang, kau harus berjanji untuk mengembalikannya." "Aku berjanji!" *** "Dia, pemuda itu, kenapa terasa familiar? Siapa dia?" "Mata itu, apa aku pernah bertemu dengannya?" *** "Sialan! Kenapa harus ingatan kami yang dihapus?" "Jika i...