Bab 8

4.5K 257 2
                                    

Selamat Membaca..
.

.

Setelah cukup lama mereka terdiam. Akhirnya satu persatu dari mereka mencari kesibukan. Ada yang berkutat pada ponsel, ada juga yang melakukan pekerjaan melalui laptop yang mereka bawa.

>>>>>>>>>>>>>>

Sore hari tiba..

Bintang terbangun, dengan jiwa milik Bintang asli. Ketika dia melihat sekeliling. Ia melihat keluarganya yang sedang mengelilinginya. Tapi ada satu orang yang tidak ada. Dan orang itulah, yang saat ini ia inginkan. Ia masih merasa bersalah pada orang tersebut.

"Daddy." lirih Bintang

Masih bisa didengar oleh seluruh Fernandez.

"Daddy. Maafin Bintang. Daddy. Daddy. Daddy." lirih Bintang berulang ulang dengan pandangan kosong menatap langit langit ruangan

"Adek, adek dengar mommy."

"Adek, ada abang Asa lo ini."

"Adek gak mau liat mama."

"Oma, juga datang mau jenguk adek lagi."

Dan masih banyak lagi ucapan mereka. Tapi tetap saja tidak Bintang hiraukan. Dan masih menatap kosong pada langit langit sambil menggumamkan daddynya. Hingga saat mommy mengatakan sesuatu, dan itu membuat Bintang histeris.

"Adek, jangan takut ya. Daddy sedang pergi-

"Tidak. Daddy. Jangan pergi." racaunya, lalu menegakkan tubuhnya

"Bintang mau ikut daddy. Jangan pergi. Bintang mau ikut."

"Daddy. Daddy. Daddy! Jangan pergi! Maafin Bintang daddy!" teriaknya memanggil daddy Aron

Bahkan dia juga ingin beranjak dari ranjang dan dengan paksa melepas jarum infus yang ada di punggung tangannya. Tentu saja tindakannya langsung dihentikan oleh para pria Fernandez.

Mereka masing masing menahan tangan, kaki dan anggota tubuh Bintang yang lain. Untuk para wanita, mereka sebisa mungkin menenangkan Bintang melalui ucapan mereka. Tapi tidak satu pun dari mereka yang berhasil membuat Bintang tenang. Malah mereka membuat Bintang semakin tertekan dan histeris.

Tanpa Bintang dan mereka sadari. Jika sedari tadi Bintang sudah menangis. Bukan tangisan dalam diam seperti sebelumnya. Tapi benar benar tangisan seorang anak, yang ketakutan.

Daddy Aron dan papi Samuel yang kebetulan ingin masuk ke ruang rawat Bintang pun terkejut mendengar teriakan di sertai tangisan seseorang dari ruangan Bintang. Mereka langsung saja membuka pintu dengan tergesa gesa.

Dan bisa mereka lihat, jika Bintang sedang dipegangi oleh para pria dan ditenangkan oleh para wanita.

Mereka berdua mendekat pada Bintang. Bisa mereka lihat, Bintang yang sedang menangis dengan berteriak memanggil daddynya, Aron.

Bintang pun yang melihat seseorang yang ia cari sejak tadi. Kembali berkata, "Daddy- Daddy, Bintang minta maaf. Daddy, jangan tinggalin Bintang daddy. Daddy boleh marah atau pukul Bintang. Tapi jangan tinggalin Bintang. Daddy jangan diam aja. Ayo daddy pukul Bintang. Cambuk Bintang kalo perlu. Hukum Bintang sampai daddy puas dan tersenyum lagi, seperti mereka."

Mereka semua yang mendengarkan dan menyaksikan Bintang meracau sambil menangis pun ikut menangis.

Untuk para wanita sebisa mungkin menahan isak tangis. Untuk para pria, menangis dalam diam tanpa sadar.

Bintang yang melihat mereka semua menangis, terutama sang daddy. Menjadi marah dan semakin tidak terkendali.

"Jangan menangis! Berhenti! Bintang bilang berhenti! Pukul Bintang! Hukum Bintang! Jangan menangis! Jangan diam!"

Ternyata aku anak kandung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang