Bab 9

4.3K 240 0
                                    

Selamat Membaca...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Malam hari pun tiba..

Persis seperti apa yang papi Samuel katakan. Tubuh Bintang terserang demam tinggi. Dan seluruh keluarga Fernandez dibuat panik dan khawatir dengan kondisi Bintang. Padahal papi Samuel sudah mengatakan jika demam yang diderita Bintang adalah hal wajar. Efek dari kelelahan dan terlalu lama menangis. Dan demam tersebut tidak akan lama.

Tapi ya mereka tidak percaya, apalagi melihat betapa lemasnya Bintang saat ini. Bahkan untuk sekedar membuka matanya saja, kelihatan berat.

Untuk Bintang sendiri. Ia tidak mengeluh ataupun menangis. Ia hanya diam menikmati rasa sakit dan pusing yang mendera tubuh serta kepalanya. Ia juga diam saja menikmati usapan serta dekapan lembut sang daddy. Ia akan menjawab berbagai pertanyaan yang keluarganya lontarkan dengan gelengan atau anggukkan kepala. Karna, tenggorokkannya saat ini sangat sakit jika di gunakan untuk berbicara.

Daddy Aron dan mommy Aurelia dengan setia mengusap rambut dan dada Bintang. Karna saat ini Bintang duduk dengan posisi bersandar pada dada bidang sang daddy. Padahal tadi daddy beserta mommy sudah menyarankan agar Bintang berbaring saja dengan nyaman di ranjang. Tapi Bintang menolak dan menginginkan duduk bersandar pada sang daddy seperti ini. Tentu saja keinginan Bintang tidak dapat mereka tolak.

Mereka semua hanya diam. Hingga, "Maaf" ucapnya lirih

Mereka bisa mendengar ucapan Bintang yang terdengar lirih itu.

"Kenapa adek minta maaf, hm."

"Karna Bintang merepotkan mommy dan semuanya."

"Siapa bilang mommy dan yang lain repot. Kami malah senang melihat adek yang bersikap manja seperti ini."

"Jadi adek jangan merasa bersalah, oke.."

"Dan cepatlah sembuh. Mommy dan yang lain menunggu kesembuhan adek."

"Iya mommy. Adek akan segera sembuh." jawabnya lirih

"Good boy. Ini baru putra mommy. Sekarang adek tidur ya."

Di balas gelengan oleh Bintang

"Tapi adek perlu istirahat sayang."

"Tapi adek gak bisa tidur mommy. Adek takut dengan mimpi itu. Adek takut mengganggu tidur mommy dan daddy lagi. Jika tiba tiba adek terbangun karna mimpi itu."

Mereka semua terdiam mendengarkan ucapan lirih Bintang.

Melihat keterdiaman mereka. Bintang kembali berucap dengan maksud mengalihkan pikiran mereka.

"Tidap apa apa. Mommy, daddy serta semuanya bisa istirahat. Adek tidak apa apa, biasanya jika kejadian seperti kemarin terjadi. Maka adek baru bisa kembali tertidur setelah 2 hari. Karena setelah itu, adek baru bisa pasrah tertidur karna benar benar mengantuk."

Mereka semua hanya diam tidak ada yang mau menjawab ucapan Bintang. Mereka juga tidak mengindahkan ucapan Bintang yang menyuruh mereka untuk istirahat terlebih dahulu.

"Adek tenang aja. Karna sekarang ada mommy dan daddy yang akan menemani adek saat tidur. Jadi adek tidak perlu takut."

"Adek juga bisa tidur sama abang Asa. Abang seneng kalo adek juga mau tidur sama abang."

"Mama dan papa juga senang. Kalo adek mau tidur dengan kita juga."

"Papi juga."

"Abang Adit juga"

"Abang Al apalagi"

"Abang El juga akan senang kalo adek mau tidur sama abang. Biar abang ada teman ngobrol sebelum tidur.

Bintang hanya diam menatap mereka yang berbicara satu persatu. Saat ini dia bingung bagaimana menggambarkan perasaannya.

Melihat keterdiaman Bintang, membuat sang mommy angkat bicara,

"Adek dengar sendirikan. Mulai sekarang kita gak akan ninggalin adek sendiri dalam ketakutan. Yang membuat adek tidak dapat tidur dengan nyaman. Jadi, ayo mulai membiasakan diri dengan tidur bersama kami."

"Saat di mansion nanti. Adek tidak boleh tidur di kamar sendirian. Akan ada jadwal setiap harinya, dengan siapa adek akan tidur. Dan adek tidak boleh menolak atau pun merasa canggung lagi. Adek mengerti ucapan mommy."

"Iya mom. Terima kasih semuanya. Adek senang." ucap Bintang tenang, tapi terlihat dari kedua matanya yang menunjukkan kesenangannya

Dan itu membuat anggota keluarga Fernadez ikut senang dan bersyukur. Walau wajah Bintang tidak menunjukkan perubahan ekspresi, tapi mereka bisa melihat kejujuran dari mata Bintang. Yang terlihat seperti tersenyum dengan pandangan teduh.

"Nah, sekarang adek udah merasa tenang dan baikan bukan?"

"Udah mom."

"Kalo begitu adek udah bisa tidur dong." ucap mommy Aurelia

"Tapi mom-"

"Dicoba dulu ya dek. Kan ada daddy dan mommy yang akan menemani adek tidur."

"Tapi daddy, bagaimana jika nanti adek terbangun dan mengganggu tidur daddy dan mommy."

"Tidak apa apa. Daddy dan mommy merasa tidak keberatan."

"Jadi sekarang adek tidur ya."

"Iya dad."

Bintang dengan patuh merebahkan tubuhnya, dibantu oleh sang daddy. Di susul oleh daddy dan mommynya yang ikut tertidur di sisi kanan dan kiri Bintang.

"Yah, bun dan semua. Sebaiknya pulanglah ke mansion dan beristirahatlah. Ini sudah sangat larut." ucap daddy Aron

"Tidak mau. Asa/El mau menemani adek."

"Lagi pula besok sekolah libur." ucap asa

"Benar. Untuk kali ini El setuju dengan ucapannya."

Memang terkadang untuk di situasi dan kondisi tertentu. Kedua putra Aron dan Bagas itu akan terlihat akur.

"Al juga setuju dengan kedua bocah itu."

Mereka berdua yang dikatai bocah oleh aland, mendengus kesal menatap Aland. Aland hanya mengangkat kedua bahunya acuh sebagai jawaban.

"Adit setuju. Besok weekand dan adit juga tidak memiliki kelas."

Adit anak kuliahan.

"Huh. Baiklah terserah kalian saja. Tapi kalian akan tidur di mana."

"Daddy tenang saja. Gak usah khawatir soal itu. Kami sudah menyiapkannya. Kami sudah minta tolong papi Sam untuk menyiapkan kasur lipat untuk kami." ujar Asa dan Elvis, saling bersautan

Awalnya semua cucu Fernandez, memanggil dokter Samuel dengan sebutan paman. – anak Damian dan Bintang

Tapi setelah papi Samuel menyuruh Bintang memanggilnya dengan sebutan papi. Tentu saja semua cucu Fernadez di wajibkan memanggilnya dengan sebutan papi juga. Dan semua cucu Fernandez tidak keberatan, karna selama ini mereka juga cukup dekat dengan papi Samuel.






Di revisi...


N.P

MooN

Kamis, 29 Februari 2024

Ternyata aku anak kandung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang