Bab 21

3.3K 144 1
                                    

Selamat Membaca....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Cieee. Ada yang nyariin abang ni kayakanya. Baru di tinggal bentar, udah kangen aja." ucap Jingga yang baru saja datang dari arah pintu mansion. Bersama bodyguard yang membawakan barang barangnya.

"Ya kan adek khawatir takut abang kenapa napa. Soalnya abang pergi sendiri, gak bareng kita."

"Abangkan sama bodyguard dek. Lagian siapa yang berani nyakitin abang."

"Aku" batin seseorang

Nah loh. Siapakah itu. Yok tebak tebak buah manggis yok?

"Huh. Abang gak tau aja. Tadi adek sama yang lain hampir aja celaka di bandara. Ada penyusup rupanya." ucap Bintang

"Kok bisa. Gimana ceritanya. Tapi kalian gak apa apakan. Adek gak lukakan?" tanya Jingga khawatir

"Adek dan semuanya gak apa apa kok. Untung aja mereka bisa di taklukkan. Tadi ada satu dari mereka yang masih hidup dan dibawa sama paman Ian. Buat di introga-

Tiba tiba datang paman Adrian dengan langkah tergesa gesa. Mereka semua melihat kearah paman Ian.

"Ada apa?" tanya opa Rick

"Maaf tuan. Tapi tawanan tadi berhasil melarikan diri. Saat di jalan kami dihadang oleh puluhan orang dan mereka membawanya."

"Hais, bagaimana kerja kalian! Mengurus satu orang saja tidak becus." ucap kakek Bastio yang terlihat kesal

"Sudah opa. Kek. Jangan salahkan paman Ian. Mungkin musuh sudah bisa membaca pergerakan kita. Atau mungkin... ada penghianat diantara kita." ucap Bintang dengan penekanan dan tatapan mengarah ke seseorang. Jangan lupakan matanyanya yang tersenyum.

"Apakah bocah ini mengetahui sesuatu. Tapi ku rasa tidak mungkin. Dia terlalu polos dan mudah di bodohi. Dan aku tidak sabar, ingin memilikimu untukku sendiri. Saat semua keluargamu mati. Maka kau akan menjadi milikku seutuhnya." batin seseorang dengan seringai di hatinya

"Manusia bodoh dan serakah. Kita, lihat siapa yang akan mati. Menjijikan! " batin orang lain

Dan bintang pun menceritakan apa yang sudah terjadi pada Jingga. Tanpa ada yang di kurangi dan di lebihkan mengenai kejadian di bandara dan saat Damian datang ke mansion, juga tentang alter egonya King. Jingga pun mendengarkan cerita sang adik dengan tenang. Setelah Bintang selesai bercerita, Jingga pun akhirnya bicara,

"Syukurlah adek tidak apa apa. Apa kita perlu melakukan mediasi."

"Tidak perlu bang. Adek udah lebih baik. Lagi pula bang King, juga sudah tenang."

"Oh iya. Tentang alter ego kamu, King. Boleh abang mengenalnya. Bisa minta ia untuk keluar."

"Tidak bisa bang. Bang King akan keluar jika keinginan membunuhnya mendominasi. Dan saat ini bang King sedang tidur."

"Kau ini apa apan Jingga. Kau tidak tau seberapa kuatnya King itu. Bahkan abang dan yang lainnya saja kalah. Saat menahannya." ucap papi Samel sedikit kesal mendengar permintaan jingga.

Mereka saja dengan susah payah menenangkan sosok King. Dan Jingga dengan mudahnya meminta Bintang untuk mumcul dan menguasai raga Bintang.

"Hehehe, maaf bang. Akukan tidak tau sekuat dan seemosional apa King itu. Akukan hanya ingin berkenalan dan membaca karakter King itu. Mana tau bisa di kendalikan."

Ternyata aku anak kandung [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang