Selamat Membaca..
.
.
Dokter Samuel keluar dari ruangan Bintang.
"Kenapa Aron tidak ikut keluar bersamamu?" tanya papa Bagas, anak pertama opa Rick. Bagas Frederick Fernandez
"Dia berkata ingin bersama anak Damian. Ah ralat, maksudku dia ingin bersama dengan anaknya sekarang."
"Dilihat dari responnya tadi, sepertinya kalian juga berfikiran yang sama sepertinya.
"Apa maksud ucapanmu yang sebenarnya?" tanya papa Bagas
"Aku rasa kalian harus menyelidiki kembali kasus penculikan mendiang istri dan anak Damian. Baik yang sedang dirawat maupun putrinya."
"Sekedar informasi tuan tuan. Anak bungsu Damian itu seorang putra bukan putri. Bagaimana bisa kalian percaya begitu saja, berita hoax itu. Apa ketika bungsu lahir, kalian tidak memastikannya terlebih dulu."
"Lagi pula dilihat dari wajah saja, bungsu sangat mirip dengan mendiang istri Damian. Sorot matanya juga sama tajamnya seperti milik Damian, tapi versi sayunya."
"Jangan heran bagaimana aku bisa tau. Karna dokter yang membantu persalinan waktu itu adalah temanku. Dia mengatakan jika yang lahir itu seorang putra bukan putri."
"Dan juga dia menambahkan tentang tanda lahir bungsu yang seperti rasi bintang. Lalu untuk sorot matanya. Aku tau, ketika tadi saat bungsu sempat sadar sebentar. Sebelum benar benar dinyatakan koma."
"Kalian sudah dibodohi oleh putri Damian itu atau jangan jangan ada orang lain di baliknya."
"Bukan kami, tapi Damian." ucap mereka
"Kami tidak pernah menerimanya. Dan kami juga baru pertama kali bertemu dengan putra bungsu Damian ini. Jadi kami tidak tau wajahnya." ujar papa Bagas
"Baiklah baiklah. Itu saja yang ingin ku sampaikan. Aku kembali dulu, jika terjadi sesuatu segara hubungi aku."
"Dan untuk saat ini, biarkan Aron sendiri menemani anaknya di dalam. Hampir saja tadi dia mengamuk setelah melihat tubuh bungsu. Yang sudah dia klaim sebagai putranya." ucap dokter Samuel hendak pergi tapi ditahan oleh opa Rick
"Tunggu dulu Sam. Apa maksud ucapanmu terakhir. Beritahu ayah dan abangmu. Jangan main pergi saja. Atau kupukul kau nanti."
"Ck, sukanya ngancem mulu. Gak asik ah ayah." ucap dokter Samuel sedikit bercanda sebelum akhirnya dia tersenyum sendu
"Lagian, kenapa tidak ayah tanyakan saja pada putra bungsu ayah itu. Tanyakan padanya, apa kesalahan anak manis yang sekarang terbaring koma itu. Apa kesalahannya sangat fatal."
"Hingga harus mendapatkan begitu banyak luka di tubuh kurusnya. Bahkan anak itu juga kekurangan gizi. Sepertinya dia jarang diberi makan dan selalu mendapat kekerasan."
"Yang membuat pertumbuhannya melambat. Bisa jadi dia akan berhenti tumbuh. Karna dia sudah mendapatkan kekerasan itu sedari dia kecil."
"Mengingat banyaknya bekas luka yang sudah menghitam. Ada juga yang sudah mengering dan masih basah."
"Aku sebagai dokter yang sudah banyak menangani pasien. Untuk pertama kalinya tubuhku bergetar saat menangani pasien. Asal ayah tau, tanganku sempat bergetar saat menggantikan pakaiannya tadi dan saat menanganinya." ucapnya sambil mengangkat kedua tangannya yang masih bergetar
"Sebegitu banyak luka yang dia miliki. Andai saja Damian adikku, sudah lebih dulu ku balas perbuatannya. Tapi kurasa kalianlah yang lebih berhak. Mengingat kalian yang merupakan keluarga kandungnya."
"Jika kalian ingin mengetahui bagaimana kondisinya. Masuklah tapi jangan sampai mengganggu Aron. Lalu jangan lupa untuk mengganti pakaian dan sterilkan tubuh kalian. Aku kembali keruanganku untuk menenangkan diri. Sebelum melihat kondisi para pasienku." ucap dokter Samuel lalu beranjak pergi
"Bagaimana ini ayah. Kita masuk sekarang atau menunggu Aron keluar."
"Sebenarnya ayah agak takut melihat wajah adikmu tadi. Di tambah dengan ucapan Sam. Tapi kekhawatiran ayah lebih besar dari pada rasa takut. Jadi ayah memilih untuk masuk. Ayah yakin adikmu tidak akan marah."
"Baiklah, aku juga akan masuk."
Ayah dan anak itu memasuki ruangan icu. Dimana terdapat cucu atau ponakan mereka yang sedang dirawat. Ditemani oleh anak atau adik mereka.
Setelah mengganti pakaian dan mensterilkan tubuh. Mereka mendekati pasien yang sedang koma tersebut.
Dapat mereka lihat mulut anak itu tertutup oleh masker dan di punggung tangannya terdapat infus yang mengalir darah.
Merasakan kehadiran dari seseorang, Aron menoleh ke samping. Ditatapnya ayah beserta abangnya dengan tatapan kosong, sarat akan kesedihan bercampur amarah.
Mereka berdua juga melihat wajah Aron yang masih terlihat datar itu. Tapi fokus mereka pada aliran air yang mengalir di wajah Aron.
"Apa dia sadar jika saat ini dia sedang menangis." batin papa Bagas
"Sepertinya dia tak sadar jika menangis." batin opa Rick
Opa mengusap rambut sang anak. Lalu berkata, "Kenapa kau menangis Ar, ceritakan pada ayah. Ayah tidak ingat kapan anak ayah ini menangis."
"Aku tidak menangis ayah. Aku kesal, tapi saat ini aku tidak berdaya. Saat ku lihat dengan kedua mataku. Bagaimana kurusnya tubuh putraku dan banyaknya luka yang dia dapat. Tubuhnya putih pucat, seperti tidak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya. Tangannya sangat dingin."
"Ayah tau bukan, aku bahkan tidak berani untuk sekedar membentak anakku sendiri, apa lagi mengangkat tanganku."
"Tapi lihat! Ayah lihat sendiri tubuh putraku. Aku pasti akan membalas perbuatan Damian." ucap daddy Aron yang diliputi oleh amarah
"Iya nak. Bukan hanya kau, tapi ayah dan juga abangmu sudah memiliki rencana untuk membalas adik brengsekmu itu." ucap opa Rick
"Boleh aku melihat tubuhnya?" tanya papa Bagas yang sedari tadi diam
Daddy Aron tidak menjawab dan juga tidak menolak. Dengan hati hati ia membuka pengait pada pakaian milik Bintang. Hingga terbuka sepenuhnya dan terlihatlah banyak luka di tubuh putih pucatnya.
Melihat itu respon opa Rick dan papa Bagas sama seperti saat daddy Aron melihat pertama kali. Terkejut, sedih dan marah menjadi satu.
"Setelah kondisinya stabil, kita bawa ke Inggris. Cucuku akan tinggal bersama kita di sana."
"Iya ayah. Sepertinya kita batalkan saja keberangkatan bunda dan yang lain. Kita yang akan balik ke sana. Tapi, apakah kita beritahukan kondisi bungsu pada mereka. Atau-" ucap papa Bagas menggantung
"Beritahukan saja. Jika mereka tidak diberitahu secepatnya dan mencari tau sendiri. Takutnya bunda, istri dan anak anak kalian akan marah jika mengetahuinya sendiri."
"Baik yah."
Di revisi...
N.P
MooN
Kamis, 29 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata aku anak kandung [Terbit]
Fiksi Remaja: : : Gimana jadinya jika sedari kecil ia hidup dengan seorang nenek yang bukan nenek kandungnya. Neneknya itu menemukannya dekat tumpukan sampah. Saat ia berumur 5 tahun, neneknya meninggal dunia. Lalu dia diserahkan ke panti asuhan dan mendapatkan...