Part 2

12 0 0
                                    

London, England, United Kingdom.

Masih dengan nafas terengah, Darren meraih ponsel yang terus bergetar. Hampir dari setengah jam yang lalu ponselnya terus bergetar, namun Darren yang sedang sibuk dengan kegiatan panasnya, tidak peduli. Tidak akan.

Lagi pula siapa pun yang menghubunginya sekarang, ia yakin pastilah bukan orang-orang yang akan memberitahukan tentang masalah pekerjaan. Karena ponsel yang terus berdering itu, adalah ponsel pribadinya.

"Halo, Sir." Suara di seberang sambungan langsung menyapa Darren.

"Kenapa?" Dengan nafas terengah Darren bertanya. Ia bergerak memperbaiki posisi, sambil mempersilahkan Alicia untuk menempel ke tubuh polos basahnya dengan tubuh Alicia yang tidak jauh lebih baik, mereka penuh peluh dengan hanya menggunakan pakaian kelahiran. Sambil mengatur nafasnya yang masih terengah, Darren menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.

"Sir, besok sore Mr. William akan kembali dari Tokyo dan akan menyempatkan diri untuk ke kantor," jelas suara di seberang panggilan.

Kabar yang baru saja dikatakan tangan kanannya, membuat Darren langsung membuang nafas panjang sambil berpikir. Sebelah tangannya yang tidak memegang ponsel, bergerak lembut membelai punggung polos Alicia. "Aku akan ke kantor besok siang," balasnya, sambil menatap langit-langit kamar.

Setelah menyatakan keputusannya, Darren langsung mematikan sambungan ponsel. Bahkan pria itu juga langsung mematikan ponsel. Ia tidak ingin lagi ada yang mengganggunya hingga besok. Lagi pula, tidak akan ada keluarga yang akan menghubunginya di ponsel khusus itu.

"Kenapa?" Dengan terampil tangan Alicia mulai menjalar dan bergerak sensual. Untuk membelai milik Darren yang sudah tertidur separuh setelah pertempuran panas mereka barusan.

Darren langsung ikut masuk kedalam permainan. Pria itu ikut meremas dan membelai kedua dada sempurna Alicia secara bergantian. "Besok aku harus ke kantor. Dad akan berkunjung."

Bibir Alicia langsung mencebik tidak suka. "Kita bahkan belum ada tiga hari libur, Sayang."

Darren menarik separuh bibirnya ke atas, kemudian mengangkat wajah Alicia dengan satu tangannya. Lalu menuntun kepala Alicia yang sudah terangkat, agar segera menuju ke arah miliknya.

"Karena itu kita harus menggunakan waktu sebaik mungkin, Ali," goda Darren penuh rayuan, sambil membuka kembali selimut yang belum ada dua menit menutupi pakaian kelahirannya.

Alicia memutar kedua bola matanya dengan malas. "Ck!" Lalu mulai membelai perlahan, hingga menciumi ujung kepala milik Darren yang sudah setengah siap.

Darren hanya diam sambil menikmati layanan serta pemandangan erotis yang Alicia berikan. Wanita itu memang sangat sensual. Seluruh hal yang ada di dalam dan luar diri Alicia memang sangat mengundang dan erotis.

Tidak hanya itu, Alicia juga bukanlah seorang wanita cantik membosankan. Wanita itu sangat cerdas dan menyenangkan. Alicia juga wanita yang sabar dan dewasa. Kelembutannya juga selalu bisa membuat Darren nyaman, dan itu juga yang membuat Darren akhirnya terus menikmati setiap hubungan mereka.

Hubungan mereka yang akhirnya mulai semakin jauh, tepat dari tiga bulan yang lalu. Tepat saat Darren akhirnya memutuskan untuk menyerah pada cinta dan pernikahannya.

"Aku akan selalu menyenangkanmu, Darren," bisik Alicia tulus, penuh janji kenikmatan.

"Aku tahu." Darren menjawab dengan separuh bibir terangkat ke atas, ia menyeringai senang. Kedua iris hijaunya ikut berkilap nakal penuh godaan dan undangan.

Sebelah bibir Alicia ikut terangkat, bersamaan dengan posisinya. "Kau tahu, jika staminamu benar-benar gila, Darren," puji dan juga sindir Alicia secara bersamaan

Between Love And LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang