Part 1

11 0 0
                                    

Healdsburg, California, United States.

Sinar matahari yang semakin tinggi di desa kecil Healdsburg terasa mengganggu, hingga membuat kedua mata Patricia mengejap.

Menyadari jika ternyata matahari sudah tinggi, tubuh Patricia langsung bergerak. Mencoba bangkit dari posisi tidur tidak nyamannya.

Lehernya terasa pegal, dan kedua tangannya terasa keram. Hal itu terjadi karena semalam, setelah seperti biasa selama berjam-jam meratapi sebuah foto Patricia tertidur di atas kursi di depan jendela kamar.

Patricia mencoba menggerakkan leher serta sedikit memukuli kedua lengan. Berharap jika rasa tidak nyaman di leher dan kram di kedua tangannya cepat menghilang.

Setelah rasa keram di tangannya mulai menghilang, Patricia bangkit berdiri. Ia melangkah menuju nakas di samping ranjang untuk meletakkan benda paling berharganya. Sebuah foto yang menjadi bukti jika Patricia memang pernah sempat menjadi sempurna.

Membuang nafas panjang saat melirik ranjang kamar yang masih rapi, Patricia lagi-lagi teringat tentang suaminya.

Tangan Patricia meraba bibir ranjang yang terasa dingin. Entah berapa lama ranjang yang dulu selalu dihuni dua orang itu, kini tidak pernah lagi digunakan hingga terasa dingin.

Ranjang yang selalu menjadi tempat ternyamannya, kini sudah tidak pernah lagi memberikan kenyamanan untuknya.

Kenyaman itu hilang karena tidak ada lagi yang memeluknya saat tidur, tidak ada lagi acara berbagi cerita kesibukan di atas sana. Dan selama hampir dua tahun ini, sudah tidak ada lagi kegiatan percintaan dari gairah dan rasa sayang yang ditumpahkan.

"Darren ... maafkan aku." Bibir Patricia tanpa sadar bergumam lirih. Meminta maaf dengan setulus hati, ketika sadar jika selama ini ia sudah merusak hubungan mereka. Hubungan ia dan suaminya yang seharusnya ia jaga dengan baik, seperti sebagaimana Darren yang selama ini selalu sabar mencoba menjaga hubungan mereka. Meski beberapa bulan ini, Patricia akhirnya menyadari jika Darren sudah semakin menjauh.

Suaminya berubah. Tepat setelah satu hari Patricia melakukan dan melontarkan kata-kata yang pasti melukai Darren dengan sangat dalam.

"Maaf, Darren. Mulai sekarang aku berjanji akan menjadi lebih baik lagi." Lagi-lagi Patricia tanpa sadar bergumam lirih sambil menatap foto pernikahannya dengan arah pandang buram.

"Aku berjanji jika mulai sekarang, akulah yang akan berusaha untuk memperbaiki hubungan kita," sambung Patricia dengan kedua sudut bibir tertarik tipis.

Sekarang, dengan harapan besar, ada niat bulat dan tekad yang kuat di dalam hati Patricia. Ia sadar, jika selama ini sudah sangat egois dan jahat kepada suaminya. Bahkan, berulang kali Patricia dengan enteng melontarkan kata perceraian di depan wajah Darren. Melanggar janji dan sumpah pernikahan yang pernah mereka ucapkan. Melukai hati seorang suami yang sangat mencintainya.

***

"Patty, Darling ...."

Patricia yang sedang mengepak pakaian ke dalam koper, langsung menyudahi kegiatan ketika suara seorang wanita yang sangat ia kenal menggema di dalam rumah sederhananya.

"Patty, Nak ...."

Patricia tersenyum saat sudah keluar dari dalam kamar, dan melihat Julie, tetangga terdekatnya yang sedang mengisi meja makan.

"Apa itu, Julie?" Patricia bertanya saat memperhatikan kegiatan Julie.

Julie yang sedang mengeluarkan beberapa botol wine dan kotak-kotak berisi makanan langsung menjawab tanpa menoleh. "Ini untuk kau bawa." Julie menunjuk dua bungkus kotak botol wine yang menjadi merek brand terbaik dari perkebunan pribadi miliknya.

Between Love And LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang