Part 5

6 0 0
                                    

Punggung besar dan lebar. Bahu tegap kekar. Setelan mewah licin. Sepatu kulit mengkilap. Kedua tangan yang terselip di kedua saku.

Pria itu, masih berdiri di sana. Berdiri diam entah menatap apa.

"Permisi ...." Sambil membawa keranjang penuh hasil panen, Patricia memberanikan diri untuk menyapa. "Ada yang bisa kami bantu, Sir?" Ia penasaran, karena pria kaya misterius itu selalu datang, dan hanya berdiam diri menatap ke arah rumah kecilnya.

Bahu tegap itu berputar. "Ms. Anderson?" Lantas menatap langsung, tepat ke dalam iris amber Patricia.

"Huh?" Memperbaiki keranjang yang melorot dari kedua tangannya, Patricia mengangguk meski bingung. "Benar, Sir." Ia membalas tatapan kedua iris sehijau daun musim semi pria kaya di depannya.

Bibir tebal cerah itu melengkung tinggi ke atas. "Selamat siang, Ms. Anderson," sapanya sopan, dengan suara berat tanpa getaran, tanpa keraguan. Menjelaskan seberapa percaya dirinya pria itu.

"Iya. Benar?" jawab Patricia semakin bingung.

Kembali memperbaiki keranjang berat penuh hasil panen buah anggur yang melorot dari kedua tangannya, Patricia kembali bertanya, "Apa Anda membutuhkan sesuatu, atau––"

"Mencari seseorang," potong pria itu cepat. Pria itu kembali menarik ke atas kedua sudut bibirnya. "Mencari Anda, Ms. Anderson," lanjutnya.

Kedua tangan Patricia hampir menjatuhkan keranjang penuh anggur milik tuan tanah. Hampir saja, jika pria kaya misterius itu tidak segera menangkap. "Biar ku bantu," tawar pria itu dengan sangat lugas.

Menggeleng cepat, Patricia langsung menolak. "Tidak perlu, Sir."

Akan tetapi penolakan Patricia percuma, karena ternyata keranjangnya sudah berpindah tangan. "Perlu dibawa ke mana?" tanya pria kaya misterius itu, sambil menenteng keranjang berat seolah tanpa ada beban berarti.

Berulang kali mengejapkan mata dengan cepat, wajah Patricia benar-benar tampak konyol, tapi sangat menggemaskan untuk di pandangan oleh pria itu. Pria itu tahu jika Patricia sedang kebingungan hingga hanya bisa terdiam, dan pria itu juga tidak akan pernah keberatan diberikan tatapan penuh selidik dari iris amber indah milik Patricia.

"Baru ini, ada seorang wanita yang mencurigaiku." Rahang kokoh itu bergerak bersamaan dengan suara kekehan halus. "Jangan khawatir. Aku tidak akan membawa kabur angur-angur ini," jelasnya penuh jenaka.

Well ... yaaa ... Patricia mengakui jika ia memang mencurigai pria itu. Namun dengan setelan mahal berkelas mentereng yang melekat di tubuh atletisnya, mana mungkin pria itu adalah seorang pencuri anggur hasil panen, kan?

"Sungguh, Anda tidak perlu repot, Sir," tolak Patricia sopan. Gadis itu masih belum menyerah menolak tawaran bantuan untuk membawakan keranjang. Dengan sigap, Patricia mencoba menarik kembali keranjang persegi hasil panen. Namun, lagi-lagi percuma.

"Biarkan aku membantumu. Percayalah, aku tidak akan membawa kabur anggurmu," janji pria itu sambil tersenyum tampan. Kemudian kaki pria itu mulai melangkah. "Aku tidak akan terang-terangan mencuri anggur," katanya dengan enteng.

Menahan cepat langkah pria itu, Patricia menarik ujung punggung jas mewahnya. "Berarti Anda memang ada berniat mencuri?" tanya Patricia mulai penuh selidik. Patricia bahkan terlihat sudah siap jika harus bertarung sekarang.

Bertarung demi menyelamatkan hasil panen tuan tanah dari pencuri berpenampilan parlente.

"Iya," jawab pria itu cepat, terselip nada geli. "Aku berniat mencuri hatimu."

"Hah?" Tercengang. Patricia benar-benar tercengang. Apa-apaan pria ini?

"Tolong letakkan keranjang itu, Sir!" Perintah Patricia dengan tegas, terselip rasa kesal. "Anda sangat aneh," lanjutnya dengan geram.

Between Love And LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang