Chapter 4 Pulang

261 16 0
                                    

Mereka semua menunggu Revano tenang dan keluar dari persembunyian mereka.

"Vano ada apa? Kenapa lutut mu berdarah?" ucap sang Oma

"Vano cuma jatuh" ucap Vano dengan nada datar dan wajah tanpa ekspresi itu.

"Ayo kita obati dulu luka Vano baru pergi dari sini ya" ucap sang Oma.

Vano hanya mengangguk.

Setelah itu sang Oma mengobati luka di lutut Revano dan sang Opa yang menggendong Vano untuk ke mobil.

Setelah itu Vano menatap ke arah pohon yang kini bukan hanya mbak kunti tapi juga para penghuni yang lain berada dan tengah melihat ke arah dirinya.

Vano menatap mereka lalu tersenyum dan melambaikan tangannya tanpa tahu dirinya diperhatikan yang lain.

Sedangkan para hantu membalas lambaian tangan tersebut dan menatap kepergian Vano yang terasa menyakitkan bagi mereka.

Para hantu tersebut sadar bahwa keluarga Vano memperhatikan interaksi mereka saat Vano terjatuh tadi.

Mereka hanya membiarkan hal itu dan membuat mereka merasa bersalah kepada Vano.

"Apa sekarang kita bisa menakut-nakuti mereka" ucap pocong.

"Boleh tuh, biar merek merasa kehilangan Vano" ucap mbak kunti.

"Boleh" ucap semua hantu yang lain.

Beberapa bulan telah berlalu kini Vano sedang mengobrol dengan para hantu yang sudah tunduk kepadanya.

Ia hanya mandi makan tidur belajar dan bermain dengan para hantu.

Itulah kehidupan seorang Revano, saat ia ingin keluar ia bertemu dengan seorang yang mengetahui mata merah itu.

Ia belajar banyak hal dari pria tersebut, ia belajar kegunaan mata merah dan jalan yang akan ia tempuh.

"Ingatlah untuk terus menutup mata itu sampai kau berumur lima belas tahun, karena jika tidak mata itu akan mengendalikan mu" ucap pria tersebut.

"Angkat senjata mu rasakan keberadaan alam, lalu hancurkan mereka karena sejak awal mata itu untuk kehancuran kau adalah orang yang dingin kejam dan paling mengerikan di dunia ini" ucap pria tersebut.

Vano dapat merasakan keberadaan pohon dan sebuah cahaya menyelimuti pedang tersebut dan tebasan demi tebasan banyak pohon yang tumbang meskipun pedang tersebut tidak kena kepada sang pohon.

'Aku sudah pernah merasakan hal tersebut tapi aku tidak gila sepertimu' batin Vano.

Sebuah tebasan mengarah kepada pria tersebut dan kepala itu menggelinding di tanah.

"Terima kasih guru, maaf tapi saya melihat seberapa banyak mental anda hancur" ucap Revano.

Saat berumur 10 tahun Oma dan Opa nya hanya tahu bahwa Revano kecelakaan dan matanya buta.

Tapi mereka tidak tahu bahwa sebenarnya Revano pura-pura buta.

Mata itu makin lama makin menjadi gelap sehingga mata itu menjadi mata hitam yang dimiliki orang pada umumnya.

Aura Revano makin terasa oleh para hantu bahkan iblis dan malaikat.

Mereka takut kepada Revano dan tunduk kepadanya.

Revano menjadi pria yang paling dingin dan kejam, ia tidak peduli pada sekitarnya.

Saat berumur lima belas tahun ia membuka penutup matanya yang membuat mereka terkejut karena mereka tahu bahwa Vano menjadi buta karena kecelakaan.

Mata merah Vano sudah menghilang digantikan oleh mata hitam legam yang dapat membuat semua orang merasakan kegelapan.

Bahkan saat mata itu terbuka semua hantu, iblis dan malaikat merasakan aura yang sangat membahayakan mereka semua.

Transmigrasi RevanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang