"Ada pepatah mengatakan, muda berkelana, tua bercerita. Indonesia itu luas dengan segala keindahan di dalamnya. Hidup terlalu membosankan jika tidak menjelajahinya." ~ Sandyakala Eidan
Sean memergoki April yang sedang berdiri di ambang-ambang pintu dengan membawa sebuah rantang di tangannya.
Belum saja gadis itu mengetuk pintu, Sean sudah keluar terlebih dahulu. Laki-laki itu keluar dengan membawa sebuah gitar di tangannya."Ada apa?" tanyanya.
"Ah maaf ganggu. Aku cuman mau nganter sup. Kamu lagi sakit. Sepertinya butuh yang hangat-hangat."
Sean menunduk menatap rantang yang gadis itu berikan kepadanya. Laki-laki bertubuh tinggi tersebut tersenyum sambil menerima rantang tersebut.
Tidak bermaksud apa-apa. April hanya merasa kasihan saja. Laki-laki itu masih belum terbiasa dengan cuaca dingin disini. Jadi kena hujan langsung sakit. Tidak heran sih, soalnya dia juga begitu dulu saat pertama kali menginjakkan perdesaan ini. Tetapi lama-lama menjadi kebiasaan. Dia sudah sering hujan-hujanan sampai di marahin oleh neneknya sendiri.
"Terima kasih ya!" ucapnya yang membuat April langsung membalasnya dengan menganggukkan kepala.
"Yaudah aku pulang duluan ya!" ucapnya sambil membalikkan badannya ingin pergi tetapi langsung membuat Sean mencegahnya dengan menarik pergelangan tangannya.
"Kenapa buru-buru? Disini aja dulu!" cegah Sean.
Tampak Sean menaruh rantang tersebut ke meja. Lalu berjalan keluar. April mengikutinya dari belakang.
"Aku punya jemuran," jawabnya beralasan. Bohong.
"Gak akan hujan."
"Tau darimana?" tanya April.
"Aku mah pawang hujan. Jadi bisa ngeramal kalo hari ini hujan gak akan turun," balas nya sambil berjalan keluar.
Laki-laki itu berjalan dan duduk di kursi teras depan. April pun mengikutinya dari belakang. Sean menggeser tubuhnya untuk mengode memberi tempat duduk ke April yang masih berdiri di depannya. Gadis itu menurut saja, tidak mengomel seperti biasanya. Hal itu membuat Sean merasa sedikit senang.
"Kamu udah sembuh?" tanya April.
"Udah. Kan diobatin sama kamu," jawabnya yang membuat April langsung diam tak berkutik lagi. Sepertinya laki-laki itu berhasil membuatnya salah tingkah sekarang.
"Jen."
"Iya?"
"Gak papa. Suka aja kalo kamu udah gak galak lagi kayak pertama kali kita ketemu. Kalo gini kan jadi enak ngobrolnya."
"Emangnya pertama nya galak? Kayaknya enggak tuh. Kamu nya aja yang ngeselin."
"Siapa coba yang gak kesel tiba-tiba di bilang maling?" Gadis itu menggerutu yang membuat Sean tertawa kecil mendengarnya. Menurut Sean, gadis itu tampak lucu jika sedang marah atau kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Varsha & Ancala
Novela JuvenilAprilia Ranjena, gadis desa yang selalu bertemu dengan laki-laki yang tidak dikenal di dalam mimpinya. Laki-laki itu tidak memiliki nama jadi dia selalu memanggilnya dengan nama Varsha. Varsha dalam bahasa sansekerta artinya adalah hujan. Karena sa...