Di malam yang dingin aku menagis di pojokan kamar bernuansa kebiruan, menagis tanpa bersuara meratapi nasib buruk yang aku alami detik ini, bukan tidak mungkin aku merindukan orang tua ku, aku sangat merindukannnya, tapi itu adalah sebuah hal yang mustahil, karena aku tak akan bisa bertemu mereka sebelum mendapat izin dari lelaki ini.
Albern Aresta, lelaki yang usianya 7 tahun lebih tua dariku, dan dia sekarang adalah suamiku, alsan aku menangis adalah kenapa aku harus menyetujui menikahinya diusiaku yang masih sangat belia,yaitu 18 tahun.
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian ku. dia datang, dan menatapku dengan tatapan dinginnya, sementara aku terus merapatkan tubuhku ke dinding untuk menghindarinya.
"Berhenti membuang air matamu, honey" lelaki itu menyentuh pipi ku yang basah, lalu menyeka bulir air mata yang terus mengalir.
"Pergi dari hadapanku" aku mendorongnya, tetapi dia hanya tersenyum kecil.
"Ku peringatkan untuk yang kedua kalinya, berhenti menangis dan membuang air matamu"
"Bagaimana bisa kau mengatakan itu, kau menikahiku karena... "
Tangan kekarnya mendarat di leherku, mencekik leherku tanpa rasa kasihan sedikitpun, rasa hangat keluar dari kulitnya, deru nafasnya membuat aku takut seakan- akan ingin segera berlari dan pergi dari tempat itu
"Aku tak suka seseorang yang cengeng sepertimu, aku membenci hal itu, dan aku menikahimu karena.... " dia menahan ucapannya, kedua matanya terus menatap mataku.
"Aaa, lupakan apa yang akan aku ucapakan tadi, tugasmu sekarang adalah harus melayaniku, karena sekarang aku adalah suamimu"
***
Ares duduk sembari menyeruput minuman berwarna merah pekat itu, di hadapannya, seorang lelaki yang mungkin adalah temannya hanya menatap Ares dengan berbagai pertanyaan di kepalnya.
"Bagaimana waktu malammu bersamanya apakah itu menyenangkan?" tanya lelaki itu
"Menurutmu? sama sekali tak ada yang menyenangkan, dia terus menangis sepanjang malam, dan itu membuat aku kesal" Ares berujar kesal, mengingat betapa berisiknya gadis itu semalam
"Bersikap baiklah padanya, kalau dilihat lihat, dia perempuan yang lemah"
"Apa hak mu menilai wanitaku?"
"Huft, sejak kapan kau mau menyebutnya sebagai wanitamu? kau mendapatkannya dengan cara membelinya"
tak terima dengan kata kata itu, Ares mengusir temannya ini dengan umpatan kasar.
Sepeninggalan tamunya itu, Ares berjalan menuju sebuah ruangan, tempat dimana gadis itu berada, dari luar ruangan, dia bisa mendengar gadis itu seperti sedang berbicara dengan seseorang, melalui telpon, dan karena penasaran, Ares pun masuk."Dengan siapa kau berbicara?"
Aku terkejut atas kedatangan Ares yang tiba-tiba, dengan cepat ku sembunyikan ponsel itu ke belakang tubuhku
"Umhhh, aku..... hanya.... "
"Berikan padaku" Ares mengulurkan tangannya padaku, meminta ponsel itu secara baik-baik, tapi aku hanya diam saja.
Karena tak mendapatkan respon apapun, dia merampas sendiri ponsel yang kupegang lalu membantingnya ke lantai.
"Aku sudah bilang untuk tidak menghubungi nya, kenapa kau terus melanggar perintah dariku?" Ares menarikku,sedetik kemudian dia menjatuhkan tubuh mungilku keatas kasur miliknya
"Aku benci gadis pembangkang, kau harus ingat siapa dirimu sekarang"
"Bisakah kau melepaskan aku, aku berjanji tidak akan muncul dihadapanmu lagi, Tuan"
Ares tersenyum , mungkin karena aku memanggilnya dengan sebutan 'tuan'
"Melepaskanmu? apakah kau bodoh? aku membelimu dengan harga mahal, dan keluarga mu menyetujuinya""Tapi aku ingin pulang" kembali menangis dan memohon, meski usaha ku tak akan membuahkan hasil apapun.
"this is your home, kau bisa melakukan apapun disini"
Ares duduk disampingku yang ketakutan, lelaki itu merapatkan tubuhnya dengan tubuhku.
"Tingkat kesabaranku sudah menipis, sekedar memberimu peringatan, aku akan melakukan hal kasar padamu jika kau membantah perintahku"
Untuk kesekian kalinya, aku menahan tangisanku agar dia tidak marah.
"Kau tau apa tugasmu sekarang?" tanyanya,aku hanya menggeleng kecil dengan tatapan ketakutan.
"Kau harus melayani aku sekarang, karena aku adalah suami sekaligus tuan mu, meskipun aku sama sekali tak menginginkanmu" ucapnya dingin
Mendengar itu, aku menolaknya, aku tidak bisa melakukan itu kepada orang yang tidak aku cintai.
"Aku tidak mau"
Mendengar penolakan itu, Ares langsung menampar pipiku, tangan kekarnya kembali mencekik leherku tanpa ampun.
"Aku bisa saja membunuh orang tuamu dalam hitungan detik, kalau kau masih sayang pada orang tuamu, turuti perintahku, Azella"
Aku terdiam, saat dia menyebutkan namanya tepat di telinga ku . dia menarik tubuhku dalam peluknya mencium ku dengan kasar, sementara aku tak bisa melakukan apa apa, kecuali menangis, dan membiarkan lelaki itu melakukan apapun atas tubuhku.
**
Aku terbangun saat hari mulai gelap, saat udara dingin mulai masuk melalui celah jendela dan mengenai kulitku, sejenak aku menatap sekeliling, hanya diriku seorang diri dalam ruangan putih biru nan mewah itu.
Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku , Ares benar benar melakukan hal itu kepadaku.
Aku memakai kembali pakaianku sembari menangis, bagaimana aku tidak menangis, saat mahkota ku telah diambil oleh lelaki yang sama sekali tidak ku cintai, meskipun lelaki itu adalah suamiku.
"Aku akan pergi" .
***
Happy Reading.... and semoga suka.Janlup vote dan komen yaww.
Thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
AMYGDALA
Teen FictionKarena kesalahan sepele yang dilakukan adiknya, gadis itu harus menjalani hukuman seumur hidup dengan menikahi lelaki yang usianya 8 tahun lebih tua darinya. lelaki yang penuh dengan nafsu, dan selalu bersikap kasar dan semaunya, apapun yang dia ing...