44

488 16 0
                                    

Lucy

Zio, kamu masih marah
sama aku?

Zio maaf

aku gabakal apa-apain Berly

asal kita bareng lagi

aku gamau kita diem-diem an

aku gasuka kita kayak gini

Zio hanya membaca pesan itu lalu mematikan ponselnya, masa bodoh ia tidak bisa bersama Lucy lagi, atau bahkan tidak berhubungan intim dengan Lucy lagi, ia sama sekali tidak peduli sekarang.

Berly pasti memiliki trauma, hanya saja gadis itu berusaha terlihat biasa saja, Zio jelas tau cara gadis itu menyembunyikan sebuah fakta.

Zio duduk disofa dengan rokok ditangannya, ia menghisap dan menghembuskan asapnya ke langit-langit sembari menatap kosong kearah depan.

Berly, ia memikirkan gadis itu lagi, ia sudah lega dimaafkan oleh Berly tapi..... Ia ingin hubungannya lebih dekat dengan Berly, atau bisa seperti dulu.

Tapi apakah Berly akan memberinya kesempatan? Ia sungguh ingin menanyakan hal itu padanya.

Zio egois, dia benar-benar egois. Ia butuh Berly sekarang, ia baru sadar bahwa hanya gadis itu yang dapat memberikannya kenyamanan dan juga kekuatan, berbeda dengan Lucy yang hanya memberikannya kepuasan.

Hening setelahnya, saat hendak memejamkan matanya tiba-tiba ponselnya berdering. Lucy menelfonnya.

Berdecak malas, ia menjawab panggilan itu.

"ZIO?! akhirnya kamu ngejawab telfon aku, aku bener-"

"Mau apa lo?" Potongnya langsung.

"Aku mau kita perbaikin semuanya, kamu mau kan?"

"Ga minat, lebih baik lo urusin dulu cowok-cowok yang lagi sama lo disana."

"E-enggak, disini aku s-sendiri."

"Gausah bohong, mana janji lo? Lo bilang lo gabakal having sex sama siapapun kecuali gue kan? Tapi sekarang apa? Orang-orang yang nyulik Berly itu lo janjiin sama tubuh lo, berarti lo ngelanggar perjanjian kan?"
Kata Zio panjang lebar, bagaimana pun juga ia sudah sangat muak dengan Lucy.

"Aku terpaksa Zi! Aku gak-"

"Kapan banget lo jadi orang gampangan? kapan lo mau dipaksa-paksa? Itu kemauan lo sendiri."

"Kamu gak ngerti Zio, posisi aku-"

"Dasar cewek murahan." Setelah mengatakan itu, Zio mematikan panggilan tersebut sepihak, ia tidak mau berurusan dengan gadis itu lagi.

Hatinya tidak bisa berbohong, bahwa Berly lah yang masih memilikinya.

••••

Paginya, Berly tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, ia menggunakan bedak dan lip balm di meja riasnya.

Ketika sedang menepukkan bedak tersebut ke pipinya, terlihat Hendra menelfonnya. Berly pun mengangkat panggilan itu dan mengaktifkan loudspeaker. Ponselnya ia taruh dimeja, sedangkan ia sedang menggunakan bedak tersebut.

Kimberly [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang