60

202 13 0
                                    

"Yaudah, kita pamit ya Ber." pamit Digo mewakili semua temannya.

"Iyaa, hati-hati."

Ini sudah jam 12 malam, dan Ravegas juga Devillies baru saja pamitan untuk pulang kerumah mereka masing-masing. Kecuali Zio tentunya, pria itu mau menginap di rumah Berly untuk hari ini.

Terlihat motor-motor tersebut mulai menjauh. Ketika sudah di pastikan menjauh, Berly pun menutup pintu rumah tersebut dan menguncinya.

Berly kembali ke arah kamar tamu---yang Berry tempati. Ia masuk kedalam dan melihat kearah Berry yang sedang tertidur pulas, terukir senyuman di wajahnya melihat Berry tertidur seperti itu.

Tadi Berry bilang pada Berly bahwa ia tidak bisa tertidur karena kejadian di kamar itu masih berputar di otaknya.

Berly mematikan lampu di kamar Berry lalu menutup kembali pintu kamar itu.

Sekarang gadis itu berjalan ke kamarnya, di kamarnya ada Zio yang tengah duduk di kadurnya sembari memainkan ponselnya.

Melihat Berly masuk membuat Zio menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Berly lamat, terlihat dari wajahnya, Berly terlihat sangat lelah.

"Kenapa lo liatin gue kayak gitu?" tanya Berly heran. Ia tidak suka di perhatikan terlalu intens oleh Zio.

"Emang gak boleh?" tanya Zio.

"Ya gapapa sih." jawab Berly seadanya.

"Sini Ber," Zio menepuk pahanya, mengisyaratkan gadis itu untuk duduk di pangkuannya. Berly pun menurut saja, ia duduk di paha Zio.

Zio memegang erat pinggang gadis itu, rasanya sudah lama tidak berduaan dengan Berly. Terlalu banyak masalah dan halangan ketika hendak berduaan dengan gadis itu.

Tangan Zio beralih untuk mengelus pipi gadis itu.

"Kamu capek ya hari ini?" tanya Zio lembut.

Berly menghela nafasnya. "Iya.., aku bingung cara bilang ke Mama sama Papa gimana? Pasti mereka bakal nyalahin aku, karena aku gak ngejaga dia dengan baik."

Zio tersenyum tipis. "Tenang aja, aku yakin Mama sama Papa kamu bakal ngerti, gak mungkin mereka nyalahin kamu." katanya sembari mengelus pipi gadisnya lembut.

Berly pun mengangguk. "Iya, aku bakal berusaha berpikiran gitu deh."

Tiba-tiba Berly menginginkan sesuatu. "Hmmm boleh gak kamu peluk aku pas tidur, kalau bisa elusin kepala aku juga dong." pintanya pada Zio.

Jelas Zio tertawa pelan.

"Kok malah ketawa!?" sewot Berly.

"Ahahahaha enggak! Kamu lucu banget kalau lagi manja gitu."

Berly mendelik. "Kamu juga manja ya!"

Setelah itu mereka berdua langsung berbaring di ranjang tersebut. Zio memeluk erat Berly sembari mengelus kepala hingga Berly dengan cepat tertidur pulas.

••••

Hari ini adalah hari jumat, kini Berry, Berly dan Zio tengah sarapan pagi di meja makan. Berry duduk berhadapan dengan Berly, dan Zio duduk di sebelah Berly.

Mereka memakan sarapan yang di masak oleh Zio. Pria itu membuat nasi goreng, sebab tidak tau harus memasak apalagi, dan Zio juga tidak terlalu pintar memasak sebenarnya.

Hari ini Berly merasakan perbedaan dari Berry, gadis itu lebih banyak diam dan menunduk. Bahkan saat makan seperti ini biasanya Berry selalu bercerita hal random atau mengobrol, tapi sekarang ia hanya makan dengan pelan.

Zio juga merasakan perbedaan itu. Ia yakin Berry akan trauma dengan laki-laki, hanya karena masalah yang di alaminya kemarin.

"Kamu makan nya kok lama banget? Masakan Kak Zio gak enak?" tanya Berly mencoba bertanya pada adik tersayangnya itu.

Kimberly [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang