69

152 13 0
                                    

Berry dan Berly pergi ke supermarket. Mereka berdua sengaja memilih supermarket yang lumayan besar dan luas agar barang-barang di dalamnya lengkap. Seperti bahan dan alat masakan atau yang lainnya harus tersedia.

Kini kedua adik-kakak itu tengah berada di tempat alat-alat pembersih tersedia. Seperti sapu, pel, kemoceng dan sebagainya.

Berly lah yang mau ke tempat ini, sebab katanya ia membutuhkan sapu lebih untuk di apartemen.

"Apa di apart gak ada sapu, kak?"

Berly yang tengah sibuk memilih-milih itu menggeleng.

"Engga sih, ada sapu cuma udah rusak."

Berry hanya ber-oh mengerti saja.

Mereka berdua sibuk memilih kebutuhan kebersihan tempat tinggal mereka masing-masing.

Setelah selesai di stand alat kebersihan, keduanya langsung berpindah ke stand alat dan bahan masakan.

Mereka membawa trolinya masing-masing, jadi mereka hanya fokus dengan kebutuhan mereka masing-masing pula.

Begitu terus hingga mereka berdua berakhir di kasir.


••••


Berly dan Berry tidak langsung pulang, mereka berdua mampir ke salah satu restoran karena kelaparan. Tentu saja mereka kelelahan karena telah membawa banyak sekali belanjaan.

Disini Berry memesan salad saja, karena Hendra bilang Berry harus memperbanyak makan sayur. Namun Berly, gadis itu memesan pasta carbonara kesukaan Zio. Awalnya Berly merasa bahwa rasa carbonara itu membosankan, tapi ketika menikah dengan Zio, gadis itu jadi sering menyantap sesuatu yang berhubungan dengan carbonara. Dan sekarang sepertinya Berly menyukai rasa itu.

Saudara kembar itu duduk berhadapan. Terlihat sekali orang-orang di restoran banyak yang memperhatikan atau bahkan curi-curi pandang pada keduanya. Mereka berdua sangat mirip dan juga sangat cantik. Siapa coba yang tidak akan terpikat?

"Hmm Berry, Kakak boleh nanya sesuatu gak?" tanya Berly setelah selesa mengunyah pastanya.

Jelas Berry pun mengangguk.

"Iya, tanya aja, Kak."

"Hendra baik kan sama kamu? Dia jagain kamu kan? Dia gak bodo amat kan sama kamu?"

Berry yang mendengarnya pun terkekeh.

"Ahahaha! Iya pasti, Kak! Kak Hendra itu selalu merhatiin aku malahan, kita juga udah mulai deket. Sampe Kak Hendra ceritain ke aku soal masa-masa sekolahnya dan aku pun juga ceritain masa-masa sekolah aku. Kak Hendra baik kok, dia selalu jagain aku. Kakak gak perlu khawatir ya?" ceritanya panjang lebar.

Berly bernafas lega. Syukurlah, Berly sempat mengira Hendra akan cuek pada adiknya. Ternyata itu tidak benar. Mungkin hanya pikirannya saja yang terlalu negatif.

"Baguslah, Kakak takut aja. Kalau Hendra ngapa-ngapain bilang aja ya? Kakak bakal hajar tuh orang kayak waktu dulu!"

"Ahahaha iya iya!"

Keduanya pun kembali sibuk memakan pesanan mereka masing-masing.

Setelah menyuapkan salad ke mulutnya. Berry memanggil sang Kakak.

"Kak Berly."

Berly sedikit mendongak menatap Berry.

"Kenapa??"

Berry tersenyum tipis.

"Takdir memang gak ada yang tau ya ternyata, Kak.."

Seketika Berly menatap adiknya itu lekat.

Kimberly [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang