Bab 56 (Pelaku Sebenarnya)

652 66 9
                                    

Sudah dua bulan berlalu, perut Jimin sudah terlihat membuncit karena usia kandungannya sudah memasuki bulan keempat. Sudah seminggu ini ia fokus mengurus toko bunga bersama kakaknya. Memutuskan untuk berhenti sekolah dengan alasan pindah domisili. Tidak ada alasan yang lain yang lebih tepat, selain domisili.

Jimin pun tidak masalah jika harus berhenti sekolah dan fokus pada hidupnya juga toko bunga yang sampai saat ini menjadi satu-satunya penghasilan yang ia punya. Ia justru merasa senang karena memiliki Yoongi, mochi dan juga Chanyeol dalam hidupnya. Sudah cukup baginya, ia tidak mau serakah.

Seperti saat ini, ia sibuk merapihkan meja setelah ia gunakan untuk merangkai bunga. Tadi, ada pelanggan yang datang mengambil bucket bunga berukuran besar, sepertinya untuk diberikan kepada kekasihnya. Romantis sekali. Mengingat bagaimana Yoongi yang juga melamarnya dengan cincin permata dan kelopak mawar merah yang tertabur indah, membuatnya tersenyum hangat.

Chanyeol yang melihat Jimin tersenyum pun menegurnya, "ada apa dengan adikku ini? Tersenyum lebar seakan ingin menunjukkan isi hatinya." Ia sedikit menggoda adik manisnya.

Jimin refleks menoleh pada Chanyeol yang memegang lap di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang cairan pembersih kaca. Melihat kakaknya yang tidak terlihat gagah sama sekali, justru terlihat seperti ibu rumah tangga. Akhirnya, ia tertawa kecil.

"Hyeong, kenapa penampilan hyeong lucu sekali?" Masih diiringi gelak tawa Jimin.

Chanyeol memindai penampilannya, menurutnya baik-baik saja. Namun, mengapa Jimin sampai tertawa begitu keras seperti itu.

Langkah kakinya mendekat pada Jimin, tangannya mencubit gemas pipi gembil Jimin. "Terus saja meledek hyeong seperti itu, ya. Lihat saja nanti hyeong akan jadi pegawai kantoran!" Ucap Chanyeol penuh keyakinan.

Ia memang berniat mencari pekerjaan, tidak bisa hanya mengandalkan hasil dari toko bunga. Apalagi toko bunga ini adalah milik Jimin dan ia tidak mau membebani Jimin dengan dirinya. Jimin juga memiliki banyak kebutuhan untuk dirinya dan juga calon bayinya. Ia harus bekerja untuk membantu Jimin, bukan malah menambah beban Jimin.

Jimin meringis dan menarik tangan kekar Chanyeol agar melepaskan pipinya. "Aku akan bangga jika hyeong bisa bekerja di sebuah perusahaan," ucap Jimin. Ia berharap sang kakak memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Ia bahkan sadar betul jika mengandalkan dari toko bunga tidak sepenuhnya cukup.

Chanyeol tersenyum, kemudian mengusak gemas surai Jimin. Jimin yang tersenyum mendapat perlakuan manis dari sang kakak.

Sampai sebuah lonceng di pintu yang menarik atensi keduanya untuk menoleh ke arah pintu.

Lelaki tampan dengan setelan kemeja cream dan celana bahan cokelat berjalan sambil tersenyum ke arah Jimin. Senyum yang begitu hangat membuat Jimin ikut tersenyum.

Sudah lama sekali Jimin tidak melihat lelaki tersebut, sekitar dua bulan lalu mereka terakhir bertemu. "Suho hyeong," sapa Jimin ramah.

Lelaki tampan bernama Suho itu berdiri tepat di hadapan Jimin. Menatap Jimin yang tersenyum manis membuat hatinya semakin berdesir hangat. Tangannya terulur mengusak surai Jimin.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Suho. Seolah melupakan sosok lain yang terdiam kaku memandang interaksi keduanya.

"Aku baik, hyeong. Bagaimana dengan hyeong?" Jimin balik bertanya, senyum masih setia menghias wajahnya.

Suho mengangguk, "aku baik," singkatnya. Setelahnya mereka berdua sibuk berbincang dengan menanyakan kegiatan masing-masing.

Hingga, Chanyeol yang merasa diabaikan menarik kembali atensi keduanya. "Kim Suho?" Panggilnya tak yakin. Ia sekilas mengingat wajah tersebut, wajah yang sudah dua tahun ini tidak pernah ia lihat. Wajah yang kembali mengingatkan dirinya pada sosok yang begitu ia cintai. Iya, Kim Suho, sahabat yang menghancurkan hidupnya, membuatnya kehilangan sosok yang ia cintai.

Because, I Love You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang