Bab 43 (Keinginan)

575 69 8
                                    

Pagi yang menujukkan pukul sembilan, langit terlihat begitu mendung, enggan menampakkan mentari. Sepertinya hujan akan segera turun. Mengingat hari ini adalah hari Minggu, beruntung bagi Jimin tidak beraktivitas di luar rumah. Entah mengapa, hari ini ia merasa begitu malas untuk sekedar beranjak dari ranjang empuknya.

Maniknya memandang kaca jendela yang menampilkan awan gelap yang berjalan begitu cepat. Perlahan hawa dingin memasuki kamar hangatnya. Uh, jika seperti ini ia semakin malas beranjak.

Berbeda dengan suasana mendung di luar sana, senyumnya yang begitu cerah menjadi satu-satunya indikasi bahwa ia bahagia. Dalam pikirannya, ia ingin sekali memakan makanan pedas dan panas. Cocok sekali dengan suasana dingin yang menyelimuti dirinya.

Sedikit menggosok lengan atasnya untuk memberikan rasa hangat. Menyibak selimut birunya, perlahan tubuhnya bangkit walaupun ada rasa malas yang tiba-tiba datang. Namun, tekadnya untuk memakan makanan pedas dan hangat semakin besar. Mengalahkan rasa malas yang sempat menghampiri.

Berlajan pelan ke dapur, sedikit mual ia rasakan tetapi ia bisa mengatasinya. Sesampainya di depan kompor, ia melihat lemari di atas, membukanya dan menemukan ramyeon kuah pedas. Ia bahkan sampai menjilat bibirnya karena nafsu untuk memakan ramyeon tersebut begitu besar.

"Ini kemauanmu, 'kan, mochi?" Tanya Jimin pada calon bayi yang ada di dalam perutnya. Ia menamai calon bayinya dengan sebutan mochi. Ia tahu, calon bayi akan mendengar apapun dari luar, oleh karena itu ia memilihkan nama untuknya agar calon bayinya bisa mendengar ia memanggilnya.

"Aku dengan senang hati memakan apapun yang kau inginkan, bukan begitu, mochi?" Monolognya, sedikit terkekeh karena merasa lucu dengan kalimat yang baru saja terlontar dari bibirnya.

Saat sedang memasak air dalam panci, tiba-tiba pintu rumahnya begitu ricuh. Seperti ada yang menggedornya dengan cepat. Di hari Minggu pagi seperti siapa yang bertamu tidak sopan seperti itu.

Langkah mungilnya sedikit cepat ia bawa menuju pintu. Sedikit kesal karena hari Minggu yang begitu ia idamkan diganggu begitu saja. Berteriak untuk mengatakan sebentar pada tamu tak diundangnya.

Saat pintu terbuka, dihadapannya terdapat dua sosok makhluk yang tidak ia harapkan. Dua sahabatnya sedang tersenyum begitu lebar, di kedua tangan masing-masing memegang bingkisan yang Jimin bisa menebak bahwa isinya adalah makanan.

Mau tidak mau, Jimin ikut tersenyum. Ia pun mempersilahkan sahabatnya masuk ke dalam rumahnya. Mengantarkan keduanya pada meja makan.

"Kau sedang memasak apa, Jimin?" Jungkook bersuara sambil mendudukkan bokongnya setelah meletakkan bingkisan yang ia bawa ke atas meja.

Jimin hampir lupa, ia tadi 'kan sedang memasak air.

"Aku mau buat ramyeon," jawabnya.

Baekhyun menggelengkan kepalanya, "tidak, tidak. Kita akan makan jjajangmyeon dan juga chicken di pagi hari ini."

Jungkook mengangguk setuju, "aku juga membeli beberapa camilan juga ice cream vanilla kesukaanmu," ucapnya.

Jimin mengerucutkan bibirnya, ia kan ingin makan ramyeon. Lagipula, itu 'kan keinginan mochi, mana tega ia menolak keinginan janinnya.

"Aku ingin makan ramyeon," lirihnya, kepalanya ikut menunduk dalam.

Ucapan lirih Jimin mengundang kerutan di dahi Jungkook dan Baekhyun. Bagaimana bisa ekspresi Jimin sesedih itu hanya karena ingin makan ramyeon.

"Hei, kau sedih hanya karena ingin makan ramyeon? Serius?" Jungkook mendekat dan memegang bahu Jimin. Sedangkan Jimin hanya mengangguk kecil. Keinginannya untuk menikmati ramyeon begitu besar.

Because, I Love You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang