Bab 45 (Hari Kelulusan)

653 78 24
                                    

Malam ini, seperti malam sebelumnya. Yoongi dengan begitu telaten membuatkan susu rasa cokelat untuk Jimin. Sebuah rutinitas yang Jimin lakukan sebelum tidur adalah meminum susu hamilnya dengan rasa cokelat. Sudah tiga hari ini Yoongi selalu membuatkan susu cokelat untuknya.

Awalnya, Yoongi bingung dengan perubahan rasa susu dari vanilla menjadi cokelat. Yoongi tahu betul bagaimana maniaknya Jimin dengan rasa vanilla, lalu sekarang, tiba-tiba saat akan membuatkan susu untuk Jimin ia hanya melihat satu-satunya susu yang berada di toples kaca adalah rasa cokelat.

Alih-alih penasaran, Yoongi lebih baik bertanya secara langsung pada Jimin. Sambil membawa segelas penuh susuh berwarna cokelat itu, langkahnya perlahan mendekati Jimin yang tengah merapihkan ranjangnya.

"Sayang, sejak kapan kau mengganti rasa susumu menjadi cokelat?" Tanyannya sembari menyodorkan gelas itu pada Jimin yang tengah duduk manis di ranjang.

Jimin pun bingung, mengapa seleranya kini berubah menjadi menyukai hal-hal yang ber-varian cokelat? Apakah ini kesukaan calon bayinya?

Jimin memiringkan kepalanya ke kanan, ia sendiri juga heran. Bahunya terangkat acuh, tidak ingin memikirkan hal yang menurutnya tidak penting.

Memilih mengambil gelas tersebut sambil tersenyum senang. "Entahlah, hyeong. Akhir-akhir ini aku suka sekali dengan rasa cokelat." Tatapannya tidak teralihkan pada gelas di tangannya, masih fokus menatap cairan cokelat yang menggugah selera.

Selagi Jimin meminum susunya, Yoongi tersenyum sambil mengacak surai Jimin gemas. Kemudian, ia ikut duduk disamping Jimin. Mengamati bagaimana Jimin-nya begitu lahap hanya karena meminum susu cokelat itu.

Segelas sudah tandas susu cokelat tersebut berpindah pada perut Jimin. Melepaskan gelas tersebut dari bibirnya, tersenyum senang karena hatinya ikut merasa senang.

Refleks Yoongi mengambil gelas tersebut dan meletakkannya di atas nakas.

"Sudah kenyang?" Tanya Yoongi yang hanya diangguki oleh Jimin. Perutnya terasa begitu penuh hanya karena segelas susu. Mungkin, sekarang calon bayinya tengah menikmati susu cokelatnya.

Masih memikirkan bagaimana cara calon bayinya menyerap susu yang ia minum, ibu jari yang kasar milik Yoongi mendarat di sudut bibirnya dan mengusapnya lembut. Sedikit terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Yoongi.

Manik sipitnya terbuka lebar, pigura wajah Yoongi yang tersenyum menatap bibirnya membuat Jimin membeku.

Ibu jari Yoongi yang semula mengusap sudut bibirnya, kini berpindah pada bibir tipis di hadapannya. Yoongi menjilatnya dengan tatapan yang lekat menatap Jimin.

"Manis," gumamnya.

Jimin sampai cegukan melihat Yoongi yang terlihat begitu seksi. Oh, apa-apaan Jimin!

Jimin mengedipkan matanya, seolah menarik atensi yang semula pada Yoongi. "Ah, aku mengantuk sekali," ujarnya sambil berpura-pura menguap.

Yoongi justru terkekeh melihat Jimin yang begitu menggemaskan. Niatnya 'kan hanya menggoda Jimin, rupanya Jimin sedikit tergoda.

"Baiklah, mari kita tidur, sayang," ajak Yoongi sambil membaringkan tubuh Jimin. Menyelimuti tubuh mungil itu sampai batas dada, kemudian memberikan kecupan mulai dari kening, mata, hidung, pipi dan bibir. Jimin sudah terbiasa dengan ritual itu.

Setelahnya, Yoongi ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Jimin. Masuk ke dalam selimut dan memeluk Jimin yang tengah telentang. Menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Jimin. Men-charge energinya lewat aroma khas Jimin.

Lima belas menit hening tercipta, masih mencoba tertidur, tetapi tidak bisa. Waktu masih menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh dua. Yoongi membuka obrolan diantara mereka, memecah keheningan yang ada.

Because, I Love You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang