Bab 37 (Ungkapan Cinta)

549 65 9
                                    

Yoongi terdiam, memandangi wajah Jimin yang tertidur lelap. Namja mungil itu menceritakan semua yang ia tahu tentang Yoongi. Setelah memohon maaf pada Yoongi di toko bunga, Yoongi mengajak Jimin untuk pulang ke rumah dan memintanya untuk jujur tentang apa yang ia ketahui. Benar saja, Jimin tahu semuanya karena mulut bodohnya yang suka sekali jujur saat tertidur.

Ia merasa bersalah pada Jimin, apalagi melihat Jimin yang menangis membuat hatinya sakit. Kalimat yang terlontar dari bibir ranum itu pun masih terngiang jelas dalam pikirannya.

"Jika hyeong membenciku, maka teruslah membenciku. Aku sudah ikhlas menerima semua balas dendam yang akan hyeong lakukan padaku," ucap Jimin.

Masih teringat jelas bagaimana Jimin yang tersenyum saat mengucapkan sederet kalimat menyakitkan itu. Satu bulir mengalir deras dari manik matanya, membuat Yoongi memeluknya.

"Tidak, Jimin, maafkan aku," sergah Yoongi. Tangannya mengusap kepala belakang Jimin dengan begitu lembut.

"Benci saja aku, hyeong. Aku ikhlas," racau Jimin dengan mata terpejam. Hatinya terlalu sakit untuk mengalami semua kejadian ini.

"Bagaimana kalau aku mencintaimu?" Tanya Yoongi.

Jimin menggeleng lemah, ia tidak percaya dengan ucapan Yoongi. Bagaimana bisa mencintai jika saat Yoongi tidak sadar ia terus mengucapkan kata benci padanya. Itu kejujuran yang Yoongi katakan, jadi bagaimana bisa Yoongi mencintai dirinya? Mustahil.

"Tidak, hyeong. Kau tidak boleh mencintaiku," tegas Jimin.

"Mengapa?" Yoongi mengerutkan keningnya. Rengkuhannya ia lepas untuk sekedar menatap manik Jimin. Mengapa Jimin tidak memperbolehkannya untuk mencintai namja mungil itu?

Setelah rengkuhan itu terlepas, Jimin mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh wajah Yoongi. Mengusap lembut pipi Yoongi membuat namja pucat itu bingung. Manik keduanya saling menatap dalam. Terpancar cinta diantara mereka.

"Hal yang kakakku lakukan begitu fatal. Tidak termaafkan olehmu, 'kan?" Jimin memastikan.
"Lakukan seumur hidupmu untuk membenciku, hyeong. Akan sangat wajar jika kau membenciku dan juga kakakku," lanjut Jimin.

Yoongi menggeleng tidak terima dengan pernyataan Jimin. Karena perasaannya untuk Jimin sudah ada entah sejak kapan. Ia pun tidak menyadarinya.

"Tidak, aku hanya membenci kakakmu, bukan dirimu." Yoongi meyakinkan Jimin dengan terus menatapnya.

Hati Jimin sakit saat dengan jelas Yoongi mengatakan bahwa ia membenci kakaknya. Air matanya kembali mengalir.

"Benci aku, hyeong, benci aku. Ayo, benci aku! Benci aku dengan sangat dalam." Diiringi dengan isak tangis yang semakin keras. Kepalnya tertunduk, tak sanggup menatap Yoongi.

Namja pucat itu kembali merengkuh tubuh bergetar itu dengan kuat. Jika bisa, ia ingin membenci dirinya saja daripada membenci Jimin. Ia tidak sanggup melakukan itu. Jelas bertolak belakang dengan hatinya.

***

Yoongi sibuk dengan peralatan dapurnya, ingin membuat makan malam untuk ia dan juga Jimin. Biarkan kekasihnya beristirahat sebentar setelah sekian lama menangis.

Walaupun ia tidak bisa memasak, ia ingin membuat makan malam yang dapat dinikmati keduanya. Ia ingin mengambil hati Jimin untuk terus mencintainya. Jujur saja, ia takut Jimin tidak lagi mencintainya setelah tahu kebenarannya. Ia takut jika Jimin pergi meninggalkannya. Ia tidak mau, ia tidak sanggup tanpa Jimin.

Ia membuat ayam goreng dengan bumbu pedas manis, juga tumis sayuran dan sup tahu. Ia melihat semua resepnya di internet.

Setelah kurang lebih satu jam setengah ia memasak, hidangannya ia letakkan di meja makan. Menyusunnya dengan rapih, tak lupa semangkuk nasi dan susu vanilla kesukaan Jimin.

Because, I Love You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang