Jika ditanya apakah Jimin rindu Yoongi? Jawabannya adalah, iya. Ia begitu merindukan Yoongi sampai terkadang menangis sendiri di kamarnya. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Ia tidak mampu berbuat apapun selain beberapa kali menghubungi nomor Yoongi yang berakhir dengan panggilan tidak aktif.
Ia bisa saja mendatangi rumah Yoongi, tetapi ia tidak senekat itu untuk bertemu dengan ibunya. Ia masih merasakan sakit ketika ibu Yoongi merendahkan dirinya. Ia tidak marah, ia hanya merasakan sakit di hatinya.
Maka, dengan helaan napas yang keluar dari bibirnya, ia memutuskan untuk mencari udara segar.
Ia tidak merasakan lelah, padahal kegiatan di sekolah tadi cukup menguras energinya. Juga, saat di toko bunga, pelanggan hari ini lumayan ramai. Biasanya ia tutup toko pada jam enam sore, hari ini ia menutupnya lebih lama. Jam tujuh lewat dua puluh.
Ia mencoba menghilangkan rindunya dengan berjalan di sekitar toko bunga miliknya. Mengamati setiap orang yang lalu lalang begitu menarik perhatiannya. Ada beberapa sepasang remaja seperti dirinya yang sedang di mabuk asmara. Ada juga pasangan pekerja kantoran yang sedang bergandengan tangan. Ada juga beberapa orang yang sibuk dengan ponselnya. Juga, ada beberapa anak muda yang sedang duduk bersama di sebuh cafe.
Melihat itu semua membuatnya tersenyum kecil, tangan mungilnya secara refleks mengusap perutnya yang masih rata. Dalam pikirannya, semua orang tidak sendiri, begitupun dengan dirinya yang saat ini sedang bersama mochi. Mengingat mochi ia semakin merindukan Yoongi.
"Mochi, aku rindu sekali dengan appa mu," gumamnya sambil melihat perutnya. "Tetapi, aku tidak boleh egois bukan meminta Yoongi hyeong bersamaku."
Helaan napas kembali keluar dari bibir tebalnya. Dadanya terasa begitu sesak karena terlalu banyak merindukan namja pucat yang mungkinkah ia juga merindukan Jimin?
Jimin kembali melanjutkan langkahnya, berjalan perlahan sambil mengadahkan kepalanya menatap langit kelam berhias bintang.
Hingga sebuah rengkuhan hangat ia dapatkan dari sepasang lengan kekar nan pucat. Badannya sedikit terhuyung ke depan akibat rengkuhan tersebut.
Aroma parfum yang begitu ia kenal menyapa indra penciumannya. Senyum tersungging di bibirnya, ia tidak berhalusinasi, 'kan? Ini seperti aroma Yoongi-nya.
Perlahan ia menolehkan kepalanya ke belakang, ingin mengetahui dengan pasti siapa yang memeluknya saat ini. Saat menoleh, ia mendapati siluet yang mirip sekali dengan Yoongi.
"Yoongi hyeong?" Panggilnya ragu.
Yoongi berdeham, rasanya terlalu rindu sampai ia tidak bisa menjawab panggilan Jimin. Akhirnya, ia bisa memeluk erat tubuh kesayangannya. Akhirnya, ia bisa menghirup aroma vanilla yang menguar dari tubuh kesayangannya. Akhirnya, ia bertemu dengan Jimin-nya.
Bulir bening mengalir dari manik Jimin. Secepat mungkin ia membalik tubuhnya untuk melihat wajah yang sudah satu bulan ini tidak ia lihat. Ia tersenyum, tetapi air matanya terus mengalir, terlalu bahagia sampai ia menangis.
"Hyeong, aku rindu," Jimin menubrukkan tubuhnya pada Yoongi. Menenggelamkan wajahnya pada dada Yoongi. Ia sangat rindu dengan rengkuhan hangat Yoongi. Ini Yoongi-nya, begitu nyata ia rasakan.
"Aku pun lebih rindu padamu, Jiminie," balas Yoongi sambil mendaratkan dagunya pada puncak kepala Jimin. Tangannya mengusap lembut surai dan punggung Jimin.
Ia merasa lega mendapati Jimin-nya dalam keadaan baik-baik saja. Setelah perjanjian dengan sang ibu, ia bergegas pergi untuk menemui Jimin di rumahnya. Namun, kosong yang Yoongi dapatkan. Hingga, ia pergi ke toko bunga Jimin, berharap Jimin-nya ada disana. Namun, lagi-lagi nihil. Jimin-nya tidak ada disana. Rasanya hampir putus asa, sampai akhirnya ia menemukan Jimin yang tengah berjalan sendiri di tengah dinginnya malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because, I Love You [End]
RomanceCinta yang seharusnya berbahagia, justru menyedihkan bagi Jimin. Namun, ia adalah namja manis yang kuat. Ia tidak boleh lemah hanya karena orang yang begitu ia cintai menyakitinya. Yuk, langsung aja dibaca kalo penasaran ???? semoga sukaa~~ #M-preg...