Bab 59 (Menggenggam)

977 73 60
                                    

Genggaman tangan yang sejak bermenit-menit lalu masih tidak terlepas. Banyak hal yang bisa dirasakan hanya dari sebuah genggaman tangan. Kehangatan, perasaan cinta, kasih sayang, dan perasaan memiliki.

Setiap orang bisa menggenggam, setiap orang bisa saling berpegangan tangan. Namun, tidak semua orang bisa merasakan arti dibalik genggaman tangan tersebut.

Jika tidak memiliki perasaan apapun, kita hanya tidak perlu merasakan apa-apa. Namun sebaliknya, jika kita memiliki perasaan satu sama lain, dari sebuah genggaman tangan lah hal itu bisa dirasakan.

Nyaman, hangat, aman, cinta dan sayang. Semua hal yang juga dirasakan Jimin saat Yoongi terus menggenggam tangannya erat. Seolah tak ingin terlepas barang sedetik saja.

Yoongi yang mengikuti kemana pun Jimin pergi. Tidak mau kehilangan atensi Jimin, padahal namja mungil itu hanya sekedar ke dapur untuk mengambil air.

Tidak, Yoongi hanya tidak bisa melepaskan wajah cantik Jimin dari pandangannya. Jimin-nya terlalu cantik hingga ia tidak rela untuk mengalihkan pandanganya.

Pipi gembil yang terlihat begitu putih, mulus tanpa cacat. Hidung mungil Jimin yang tertarik pipi. Rona merah di wajahnya yang membuat Jimin terlihat semakin cantik. Bahkan, hanya memakai kaos oblong berwarna cokelat muda dan celana training hitam saja Jimin sudah terlihat seperti bidadari, kata Yoongi.

Melihat Jimin yang duduk di kursi meja makan, menegak air bening dalam gelas membuat Yoongi ikut menelan salivanya. Sungguh, hal baik apa yang Yoongi lakukan di masa lalu sampai mendapatkan Jimin sebagai istrinya. Ah, iya mereka sudah menjadi suami istri sejak dua hari yang lalu.

Masih mematai Jimin, ia menopang dagunya dengan tangan tangan. Tangan sebelah kiri ia lipat diatas meja makan. Jantungnya berdegup cepat hanya karena melihat Jimin dengan segelas air. Sampai sebuah suara gelas yang beradu dengan meja kaca membuat Yoongi tersenyum semakin lebar.

Jimin memandang Yoongi heran, mengapa Yoongi menatapnya dengan senyuman lebar seperti itu? Apakah ada yang lucu darinya?

"Hyeong, ... ada apa tersenyum seperti itu?" tanya Jimin sambil memandang Yoongi.

Namja pucat itu hanya menunjukkan deretan giginya yang rapih, membuat Jimin semakin bingung akan tingkah suaminya.

"Sayang, mengapa kau terlihat begitu cantik saat kau minum segelas air putih ini?" Tunjuk yoongi pada gelas yang berada di hadapan Jimin.

Jimin mengernyit heran, memilih untuk menggeleng daripada meladeni ucapan Yoongi yang berakhir memujinya tiada henti. Yoongi yang akan berbicara panjang lebar bagaimana cantiknya Jimin saat tersenyum, saat memakai baju oversize, bagaimana Jimin yang menuang air ke dalam gelas, bagaimana Jimin yang mengiris sayuran untuk makan malam, bagaimana Jimin yang merebahkan tubuhnya diatas kasur, bagaimana Jimin yang menutup matanya, dan bagaimana Jimin yang mengusap lembut surai Yoongi saat akan tidur.

Semua yang Yoongi lihat tentang Jimin adalah kecantikan alami Jimin. Kebaikan hatinya membuat Jimin terlihat cantik. Senyumnya membuat Jimin terlihat cantik. Kesederhanaannya membuat Jimin terlihat cantik. Mandirinya yang membuat Jimin terlihat cantik. Semua tentang Jimin adalah cantik.

Semua juga tahu bahwa Yoongi memang begitu mencintai Jimin sampai Chanyeol menjuluki dirinya bucin Jimin. Yoongi tidak membantah ataupun menyanggah, ia justru terlihat baik-baik saja dengan panggilan itu.

Melihat Jimin yang meninggalkannya menuju kamar, Yoongi bergegas menyusulnya. Berlari secepat mungkin untuk dapat menggenggam kembali tangan mungil Jimin.

"Sayang, jangan tinggalkan aku!" Yoongi sedikit berteriak agar Jimin mendengarnya.

Tepat disamping Jimin, ia menggenggam lembut jemari Jimin. Mengusap pelan dengan ibu jarinya sambil berbisik kecil, "Sayang, bolehkah malam ini aku menyapa mochi? Sepertinya ia merindukan appa nya."

Because, I Love You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang