Chapter 04 - Lady Blanchett's arrival.

192 94 46
                                    

Matahari belum terbit. Tapi kehangatan sudah menyeruak. Sereia bangun lebih awal, bersemangat untuk hari pertama menyebarkan rumor.

Sereia meminta bantuan Emma untuk membantu membersihkan diri dan merias, hari ini juga dia memakai gaun milik mendiang Grand Duchess. River sudah memberikan izin meminjam gaun ibunya selama Sereia tinggal di Grand Duchy.

"Emma, bisakah kamu mengantarku berjalan-jalan? Otot-ototku rasanya akan kaku jika terus beristirahat."

"Tentu, Nona. Saya akan memandu anda."

Emma dengan semangat mengajak Sereia berkeliling, memperkenalkan kediaman Grand Duke. Sereia hanya tersenyum mendengarkannya.

Aku sudah berkeliling hampir ke seluruh kastil, tapi kenapa aku tidak menemukan tempat River berlatih? Huh, seharusnya aku tanyakan saja kemarin.

"Apakah anda lelah, Nona? Haruskah kita beristirahat?"

Sereia mengangguk sebagai jawabannya. Emma langsung mengantar Sereia ke taman, di tengah taman itu ada sepasang kursi dan meja bundar. Sereia duduk di salah satu kursi, Emma tetap berdiri di sampingnya.

"Kenapa kamu tetap berdiri? Duduklah, Emma."

Emma menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana bisa saya yang hanya seorang pelayan ini duduk bersama Nona, seorang bangsawan yang terhormat."

Sereia tidak suka jika seseorang tidak menuruti perkataannya.

"Duduklah, Emma. Ini perintah."

Pertama kali Emma mendengar Sereia berbicara dengan intonasi yang datar dan tegas, membuat Emma sedikit terkejut. Emma segera duduk menuruti perintah Sereia.

Sereia melihat sekeliling taman, ada berbagai macam jenis bunga dan kupu-kupu yang sedang beterbangan. Emma menceritakan bagaimana taman ini tetap indah meskipun pemiliknya, Nyonya Grand Duchess, sudah tiada, mereka tetap merawatnya dengan baik.

Suara ribut dan dentingan pedang membuat Sereia kembali fokus dengan misinya hari ini. Sereia menatap ke arah benteng. Sekarang dia tahu dimana River berada.

Emma memperhatikan Sereia yang sedang melihat ke arah benteng. Dia mulai mengganti topik pembicaraannya.

"Para kesatria pasti sudah memulai latihannya."

"Dibalik benteng itu ada markas latihan kesatria?"

"Benar, Nona. Hampir setiap hari Tuan Muda River yang memimpin latihan."

"Bolehkah aku melihatnya?"

Sereia dan Emma berjalan menuju gerbang benteng. Ada dua kesatria yang sedang berjaga. Emma meminta izin masuk kepada penjaga, salah satu penjaga masuk ke dalam benteng untuk bertanya kepada sang pemilik benteng, River. Tidak lama, penjaga itu kembali dan membuka gerbang. Sereia dan Emma diizinkan untuk masuk.

"Wah, saya sungguh beruntung bisa masuk kesini karena Nona. Biasanya saya hanya melihat para prajurit masuk dengan semangat dan keluar dengan keringat yang masih bercucuran. Nona tahu, itu adalah pemandangan yang menakjubkan."

Emma sangat bersemangat saat masuk ke dalam benteng. Sereia tertawa kecil mendengar celotehan Emma.

Salah satu prajurit datang menghampiri Sereia dan Emma. Perawakannya tinggi dan gagah, memiliki kulit kecoklatan, rambut hitam dan iris mata berwarna hazel. Dia membungkukkan badannya, memberi hormat pada Sereia.

"Selamat pagi, Nona. Saya Dante, saya diperintah untuk mengantar anda menemui ketua. Tolong ikuti saya."

Sereia dan Emma mengikuti Dante. Emma terlihat gugup, sifat cerewetnya hilang dalam sekejap saat Dante datang. Sereia memperhatikan markas latihan yang sangat luas dan besar.

DEVIL'S CONTRACT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang