13- Hukumannya Mengerikan

114 18 0
                                    

Kini, Jihyun sedang berdiri di rooftop sembari mendengarkan musik lewat earphone, Jihyun menutup matanya menikmati semilir angin yang menerpa permukaan kulit wajah nya.

Sejak pagi tadi Jihyun tidak menemui Jeongwoo bahkan untuk berpapasan pun Jihyun tidak melakukannya. Ini perintah dari Jiyeon untuk mendiami Jeongwoo supaya sadar dengan kesalahan yang dia lakukan semalam. Karena Jiyeon tau kelemahan Jeongwoo adalah pasti Jihyun.

Namun, Jihyun terkejut dengan keberadaan sepasang tangan yang melingkar di pinggang nya. Jeongwoo pasti pelaku nya.

Jihyun hanya memejamkan matanya sekilas dan dia hanya diam mematung. Lalu, melepas kedua earphone yang terpasang di telinga nya.

"Maaf~" suara itu terdengar parau dengan nada bicara lirih. Jihyun masih belum mengganti posisi nya.

"Maafin gue," kini terdengar seperti isakan tangis, bukan seperti tapi memang cowok itu menangis bahkan karena dia menenggelam wajah nya di pepotongan leher Jihyun. Jihyun merasa seragam nya mulai basah.

"Gue tau gue salah, pliss maafin gue," ucapnya lagi.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Jeongwoo pun melepas pelukan nya dan langsung duduk di lantai dengan posisi ia menekuk lutut dan ia menenggelamkan wajah nya di lipatan tangannya yang bertumpu di atas lututnya.

Jihyun menghela napas berat, lalu membalikan tubuhnya dan menatap Jeongwoo yang kini terlihat bahu nya bergetar, pertama kalinya Jihyun melihat Jeongwoo begini.

"Harusnya lo nangis kayak gini di depan bunda, ngapain lo nangis depan gue? Lo pikir gue peduli," ucap Jihyun dan jelas membuat hati Jeongwoo langsung tertohok mendengar nya.

Tentu saja bahu itu semakin bergetar hebat, Jeongwoo menangis dalam diam. Sebenarnya Jihyun tidak tega melihat nya tapi lihat dulu, akan seperti apa kelanjutan nya.

"Disini gue bukan siapa-siapa lo, meskipun ada sebutan dikit. Tapi, gue gak berhak apapun dalam kehidupan lo, lo ngerasa bersalah harusnya sama bunda, minta maaf sama bunda," lanjut Jihyun.

"Bunda gak ngizinin gue masuk ke rumah tadi malam," ujar Jeongwoo masih diiringi dengan isak tangis nya. Jihyun diam lagi.

"Bunda juga gak ngasih gue uang jajan, motor di sita, hp di ambil, gak di izinin makan juga." jelas nya.

Jihyun meringis mendengar ucapan nya, bagini cara Jiyeon menghukum putra nya.

Ternyata hal itu yang membuat Jeongwoo menangis hingga sesegukan, Jihyun ingin tertawa sebenarnya tapi kasihan juga.

"Ya lo pikir dong, bunda ngeluarin banyak uang berapa buat bayar denda coba. Masih baik bunda rela ngeluarin banyak uang daripada lo harus di kurung di penjara,"

Jeongwoo hanya sesegukan.

"Bersyukur aja, lo gak keluarin dari KK." ucap Jihyun yang benar-benar menusuk ke jantung Jeongwoo

Karena kasihan, Jihyun pun berjongkok didepan Jeongwoo dan mengusap lembut rambutnya. "Kan kata gue juga apa, jangan berani balapan apalagi sampe tawuran kayak gini. Gak ada untung nya malah lo yang harus ke kantor polisi, harus bayar denda, harus bonyok-bonyok juga kan muka lo. Mana yang lain gak ada yang tanggung jawab lagi."ucap Jihyun yang masih setia membelai lembut rambutnya.

Setelah itu, Jeongwoo pun menarik Jihyun ke dekapan nya. Jeongwoo menangis lagi disana, Jeongwoo sangat cengeng.



Karena kejadian tadi malam, ada sangkut pautnya dengan teman nya Jeongwoo. Maka, Jihyun pun menemui Haruto sekarang.

Jihyun melayangkan tendangan dan.

"Aarghh!" Haruto meringis ketika betis nya di tendang kuat oleh Jihyun, jelas Haruto langsung meringis karena Jihyun menendang nya dengan kaki yang berbalut sepatu.

"Aarkh pelanggaran lo, masa ketua Osis kayak gini arghrh!" gerutu Haruto sambil meringis dan mengusap-usap kaki nya itu.

Jihyun membelalak, "Ini bukan masalah ketua Osis, tapi lo keterlaluan. Bisa-bisanya lo yang ngajak Jeongwoo tapi lo gak ada tanggung jawab nya sama sekali," sarkas Jihyun dengan emosi menggebu-gebu.

"Apasih!" tanya heran Haruto.

"Lo kan yang ngajak Jeongwoo buat tawuran sama anak-anak sekolah lain, tapi kenapa cuman dia yang di bawa ke kantor polisi tapi lo sama anak-anak geng lo enggak!" bentak kesal Jihyun.

Mendengar itu, Haruto melotot. "Heh! Dengerin gue dulu. Kalo soal tawuran itu. Gue, Jeongwoo sama anak-anak lain emang udah sepakat dan udah di rencanain, tapi kalo soal tanggung jawab itu mau nya Jeongwoo sendirian. Tadinya gue sama anak-anak lain juga bakalan ikut ke kantor polisi tapi Jeongwoo keras kepala ngelarang kita!" jelas Haruto sedikit ngegas karena turut kesal juga.

Jihyun pun diam, mencerna ucapan Haruto itu.









Pulang sekolah, Jihyun sengaja mengajak Jeongwoo ke sebuah cafe supaya cowok itu bisa makan. Kasihan saja, dari kemarin dia belum makan. Setelah itu, makanan yang mereka pesan pun sudah datang.

"Ngapain tadi nemuin Haruto?" tanya Jeongwok menatap Jihyun yang kini sedang menata makanan di meja.

"Gak ngapa-ngapain," jawab nya. lalu, dia duduk di sebelah nya.

Jeongwoo menatap Jihyun dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ngapain sih, ngeliatin gue kayak gitu?" tanya heran Jihyun lalu ia menoyor dahi Jeongwoo lumayan kuat. Jeongwoo hanya diam.

"Udah lah, makan cepet. Gue gak mau yah nanti lo mati kelaperan," kata Jihyun.

Jihyun kurang peka, Jeongwoo itu termasuk cowok posesif bila menyangkut dirinya. Tapi, Jihyun selalu saja mengelak. Padahal Jeongwoo cemburu karena hal itu, walaupun tidak ada tanda-tanda apapun, Jeongwoo hanya takut Jihyun akan berpaling darinya. Sebab sejauh ini, hanya Jihyun yang mau menerima nya sebagai pacar.











TBC
(〜^∇^)〜

My Favorite Boy's | Jeongwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang