Seperti ucapan nya waktu di sekolah tadi, Jihyun betulan pergi ke rumah Jeongwoo untuk menjenguk cowok itu. Tak lupa, Jihyun juga membeli sesuatu untuk di bawa ke rumah itu.
Jihyun sudah sampai di rumah Jeongwoo. Jihyun menekan bel rumah itu. Lalu, pintu itu pun di bukan Jiyeon.
"Mau jenguk Jeongwoo, bunda!" ucap antusias Jihyun pada wanita yang berstatus calon mama mertua nya.
"Oh yaudah ayo masuk, Jeongwoo bandel banget tau. Dia kalo mau tidur harus di bius dulu." celetuk Jiyeon membuat Jihyun terlonjak kaget. Jiyeon. Wanita itu juga merangkul bahu nya.
"Nggak sayang, bunda becanda," ucap nya sambil cengengesan.
Setelah itu, Jihyun di suruh pergi ke kamar Jeongwoo.
Jihyun pun masuk ke dalam kamar Jeongwoo yang bernuansa abu-abu dan sekarang kamar itu hanya di terangi lampu cahaya minim, di dalam sana nampak Jeongwoo yang meringkuk dengan selimut putih menutupi tubuhnya. Ada rasa iba pada Jihyun yang tidak menyangka Jeongwoo akan separah ini kalo lagi sakit.
Jihyun meletakan tas nya di sofa. Lalu, ia berjongkok menyesuaikan tinggi ranjang. Kebetulan posisi Jeongwoo menghadap ke sisi kasur.
Tangan Jeongwoo perlahan menyentuh kening Jeongwoo yang dapat di rasakan sangat panas.
"Cepet sembuh jagoan nya Jihyun," bisik Jihyun.
Jeongwoo nampak terlelap dengan dada nya yang naik turun, dengkuran halus terdengar, wajah nya nampak damai sekali walaupun wajah nya agak pucat.
Jihyun menarik selimut dan menutupi tubuh Jeongwoo hingga ke leher, cowok itu memang nakal dan keras kepala tapi siapa yang mengira jika seorang Yoon Jihyun benar-benar menyayangi cowok itu. Jihyun tidak peduli apa kata orang lain karena Park Jeongwoo hanya miliknya seorang.
Rasa depresi atau pun itu akan segera hilang bila ia bertemu dengan Jeongwoo, Jihyun adalah seseorang yang terjebak di kolam es dan Jeongwoo adalah matahari yang membuat es itu mencair.
Tiba-tiba Jeongwoo menggeliat pelan dari tidur nya dan Jihyun mengusap lembut kepala Jeongwoo.
.
Jeongwoo terbangun dari tidur nya ketika ia merasa haus, ia bangun lalu mengambil segelas air yang memang sudah di sediakan di sana. Setelah meneguk air itu Jeongwoo kembali merebahkan tubuh nya lalu ia melirik jam yang menunjukan pukul sembilan malam.
Saat baru saja ia akan memejamkan matanya, ia langsung menoleh pada seseorang yang tidur di sofa. Jihyun tidur disana.
Jeongwoo pun bangkit.
"ini gak mimpi kan? Bidadari gue ada disini." monolog nya. Lalu, Jeongwoo pun turun dari ranjang dan mendekat pada sang pujaan hati.
Gantian, kini giliran Jeongwoo yang memandangi wajah damai Jihyun.
Lalu, Jeongwoo pun mengangkat tubuh Jihyun dan bermaksud membawanya ke kasur. Tapi, baru saja akan melangkah, Jihyun langsung bangun.
"Loh kok bangun, udah lanjut aja tidur nya," kata Jeongwoo. Jihyun memaksa ingin turun dari gendongan Jeongwoo.
"Turunin gue," pinta Jihyun dengan suara serak.
Jeongwoo pun menurunkan nya secara perlahan. "Masih demam?" tanya Jihyun lalu menyentuh dahi Jeongwoo, panas nya sudah lumayan turun.
"Udah mendingan," jawab Jeongwoo yang merasa.
Jeongwoo menatap Jihyun dengan tatapan yang sulit di artikan. Jihyun ngeuh dengan tatapan mata Jeongwoo.
"Kenapa? Ada yang sakit?" tanya Jihyun memegang dua tangan kekar milik Jeongwoo.
Jeongwoo menggelengkan kepalanya pelan. "Gue kangen sama lo, tau gak, gue kangen di marahin sama lo. Lo harus tau kemarin-kemarin gue ngerokok di sekolah sampe di marahin sama guru Bk, terus kemarin juga gue ke bar buat minum-minum dan kemarin lagi gue di ke kantor polisi karena gue gak bener bawa motor,Nsegila itu gue gak ketemu sama lo, gue kangen sama lo." tutur Jeongwoo penuh penekanan.
Jihyun hanya diam seraya menatap setiap inci wajah Jeongwoo.
"Kenapa lo lama banget nemuin gue nya, jadinya gue makin ngadi-ngadi kan? Gue janji gak bakal gitu lagi. Asalkan lo jangan jauh-jauh dari gue, gue gak bisa jauh-jauh dari lo."
"Ayo marahin gue, gue tau lo kesel sama gue kan?" mata Jeongwoo kini berkaca-kaca. Jihyun masih geming.
"Kenapa diem aja?" tanya Jeongwoo.
"Gue juga kangen banget sama lo." Jihyun akhirnya buka suara. Jihyun pun mengusap sudut mata Jeongwoo yang akan meneteskan air mata dan giliran Jeongwoo mengusap pipi Jihyun dengan tangan kanan nya.
Jeongwoo mendekatkan tubuhnya pada tubuh Jihyun. "Boleh kan?" tanya Jeongwoo, mereka melakukan kontak mata.
Jihyun mengangguk mengerti. Lalu, Jeongwoo pun langsung mendekat pada Jihyun dan memeluk Jihyun dengan erat. Wajahnya ia tenggelam kan di pepotongan leher Jihyun dan menghirup aroma khas yang menguar di tubuh cewek itu.
"I love you," bisik Jeongwoo sensual.
"I love you too." jawab Jihyun.
"Mau di temenin gak?" tanya Jeongwoo.
Jihyun menggeleng, "gak usah, biasanya juga gue sendirian."
Jeongwoo mengangguk paham, "yaudah cepat masuk sana, udah malem dan langsung tidur yah jangan lupa cuci muka dulu."
"Siap pak" cewek itu memberi hormat.
Jeongwoo terkekeh pelan, "gue masuk yah, lo hati-hati di jalan nya. Jangan kebut-kebutan, awas aja lo," kata Jihyun.
"Siap bu." kali ini Jeongwoo yang memberi hormat.
"Yaudah, dadahh." Jihyun pun masuk ke area apartemen sewa nya itu.
Setelah tadi Jeongwoo berpelukan dengan Jihyun, rasanya tubuh Jeongwoo langsung segar kembali makanya dia yang mengantar Jihyun pulang.
Jeongwoo senyum-senyum mengingat bagaimana Jihyun yang tadi terus menggerutu karena ia memeluk nya terlalu kuat dan mengakibatkan cewek itu sesak napas.
Setelah itu Jeongwoo pun pulang.
TBC
Yaa gitu, kalo bulol mah lagi sakit aja langsung sembuh seketika😁
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Boy's | Jeongwoo✔
Fanfiction[SEBELUM BACA, FOLLOW DULU BOLEH KALI] Ketua Osis berpacaran dengan cowok nakal di sekolah? "Si ganteng emang punya si cantik. Tapi, Jeongwoo punya gue. Titik!"