6- Memories

107 18 1
                                    

Akhlak obso, apdet jam segini😌










"Calon menantu?" tanya nya. Kemudian menoleh ke arah yang di lihat Jiyeon.

"Iya," kata Jiyeon antusias.

Jihyun juga langsung menatap ke arah nya dan ia langsung terkejut di buat nya. "Loh! Pak Jihoon," kata Jihyun seraya menutup mulut nya shock. Jihoon juga memanggil Jiyeon dengan sebutan Bunda??

"Jihyun?" kata cowok bernama Park Jihoon itu dan ia menatap Jihyun dari atas sampai bawah.

Jiyeon menatap Jihyun dan Jihoon bergantian.

"Aku mau makan dulu deh." Jihoon kelabakan. Lalu, ia pun langsung pergi karena merasa malu dengan tingkah nya barusan, padahal di sekolah Jihoon ini memang di kenal dengan sikapnya yang cuek dan galak. Tapi yang barusan siapa, nada bicara nya juga sengaja agar terdengar imut.

Jihyun menatap kepergian Jihoon, "kenapa pak Jihoon ada disini bun?" tanya Jihyun.

"Kamu nggak tau, Jihoon anak bunda juga dia abang nya Jeongwoo. Dia wali kelas kamu di sekolah yah?"

Jihyun mengangguk pelan, "iya dia wali kelas aku. Tapi di sekolah pak Jihoon itu galak dan cuek banget loh bunda. Tapi...."

"Kamu ini, anak bunda gak ada yang normal sayang. Di luaran sana memang sikapnya beda-beda tapi kalo di rumah pada manja banget bahkan Jihoon leb—"

"Bunda!" teriak Jihoon dari arah dapur.

"Ngambek dia, kalo aib nya di sebar." ucap Jiyeon sambil tertawa gemes, "Udah ah. Mau ke kamar nya Jeongwoo kan."

Jihyun hanya mengangguk mengiyakan.

"Bunda sengaja, nyuruh Jihoon jadi wali kelas di sekolah. Biar dia bisa mantau Jeongwoo yang udah kelebihan micin itu. Tapi, tetap aja gak mempan kalo di suruh pake atribut lengkap atau seragam rapih itu tuh nyuruh nya harus pake ancaman dulu, baru mau dia tapi beberapa minggu kebelakang dia udah agak sering pake atribut lengkap dan jarang pake kaos di dalam kemeja nya.

"Awalnya bunda emang senang aja, kayaknya Jeongwoo udah berubah eeh. Tapi, ternyata dia pacaran sama ketua osis cantik pantesan dia nurut dan luluh. Siapa coba yang bakal ngebantah kalo pacaran sama ketua osis yang cantik baik juga, makasih yah udah mau jadi pacar nya Jeongwoo meski Jeongwoo mirip-mirip orang punya dendam." tutur Jiyeon saat mereka sedang berjalan menuju kamar Jeongwoo.

Jihyun tertawa kecil, "iya. Tapi, kadang aku juga marahin Jeongwoo biar nurut gitu, tapi mungkin ini didikan bunda yah soalnya kalo aku lagi marahin dia dia nggak pernah ngelawan atau ngebantah kecuali sama kelakuan nya. Dia malahan sering minta maaf terus tapi beberapa saat dia ngulangin lagi."

Mendengar itu Jiyeon pun tersenyum simpul.

Tiba nya di kamar Jeongwoo, Jiyeon masuk duluan.

"Ampun deh ini kamar, atau tempat pesugihan gelap banget." Jiyeon meraba-raba tembok untuk mencari saklar lampu nya. Jiyeon ini emang tipe kocak dan humoris, apa-apa pasti di bikin bercanda.

Setelah lampu di nyalain, "ayo masuk,"

Jihyun perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar bernuansa abu-abu itu, kamarnya lumayan nyaman dan juga bersih.

Jihyun mengitari setiap sudut dari kamar tersebut. Lalu, pandangan nya tertuju pada sebuah dua bingkai foto yang ada di meja belajar milik Jeongwoo.

"Ini fotonya pak Jihoon sama Jeongwoo pas masih kecil yah?" tanya Jihyun.

Jiyeon mengangguk.

"Iya, mereka sama-sama anak tengil. Eeuh apalagi Jeongwoo," ujar Jiyeon.

"Tapi sekarang beda yah," ucap pelan Jihyun.

Namun, Jiyeon tetap mendengar nya, "iya beda dong, kan waktu itu Jihoon lahirnya secara operasi cesar nah kalo Jeongwoo lahir secara normal. Tapi, pas gedenya gak normal." Jiyeon berucap sambil tertawa.

"Gak normal gimana?" tanya Jihyun lagi. Entah kenapa Jiyeon itu orangnya sangat random dan terus menjelekan nama anak-anak nya.

"Iya gak normal nya itu, kok bisa anak tengil kayak dia pas udah gedenya ganteng banget dan badannya tinggi- tinggi tapi dia nakal juga." jelasnya. Jihyun kembali tertawa ketika normal yang di maksud Jiyeon itu ternyata begitu.

Lalu, Jihyun pun melirik pada satu bingkai foto lagi, "jangan di sentuh, dia punya Jewu." Jihyun membaca tulisan yang ada di belakang bingkai itu yang memang bingkai itu menghadap belakang.

"Jewu?" Jihyun terkekeh gemas.

"Jeongwoo tuh romantis tapi gengsian." Jiyeon mengambil bingkai itu.

"Lihat siapa ini?"

Jihyun shock ketika melihat foto siapa yang ada di bingkai foto tersebut. Foto itu adalah foto dirinya yang entah darimana Jeongwoo mendapat kan nya.

"Waahh!" ucap Jihyun kagum.

"Ini baru kemarin bunda liat nya, sebelum nya bunda gak berani nyentuh karena takut Jeongwoo marah tapi kemarin maksa pengen liat siapa yang di foto nya eeeh perempuan cantik tapi aslinya lebih cantik sih," ucap nya sedikit menggoda Jihyun.

Jihyun hanya tersenyum simpul, Jeongwoo bisa bucin juga ternyata.











Pagi harinya.

Karena sekolah libur maka, hari ini adalah hari santai untuk seorang Park Jeongwoo. Apalagi sekarang ada Jihyun, waktunya untuk pacar-pacaran.

"Yeuuh pagi-pagi bukan nya beres-beres, malah pacaran!" tegur Jihoon dengan nada meledek.

Jeongwoo mendelik kesal, "makanya situ juga nyari pacar jangan mau jomblo terus, udah tua lo!" balas nya.

Jihyun hanya tertawa melihat adek abang yang terus saja saling adu bicara itu.

Jihoon menyugar rambut ke belakang, "eeeh di raguin, pacar? Gue gak butuh pacar. Tapi, gue mau nyari yang udah pantes di jadiin istri dan asal lo tau yah pacaran itu haram apalagi sampe nempel-nempel kayak gitu, dikira baik di lihat apa. Lagian gue ganteng, siapa coba yang bakal nolak sama gue. Di sekolah aja juga banyak tuh yang naksir. Daripada lo, yang kerjaan nya bikin orang naik darah aja teroosss." celoteh Jihoon tak lupa di beri bumbu julid juga.

Jeongwoo yang tidak terima dengan perkataan Jihoon pun langsung bangkit dari rebahan nya dan langsung ia mengejar Jihoon yang sudah lari duluan. Jihyun hanya bisa geleng-geleng kepala saja.

My Favorite Boy's | Jeongwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang