Badai telah berlalu menyisakan kerusakan di daerah yang dilewatinya. Berita pagi mengabarkan beberapa atap rumah rusak dan pohon di kota tumbang ke jalanan akibat badai. Karena hal demikian. Lalu lintas terpaksa di alihkan ke jalur alternatif. Pembawa acara menghimbau agar semua orang menyiapkan payung dan berhati-hati saat berpergian untuk beberapa hari ke depan.Suara televisi yang samar-samar telah membangunkan Soojae, gadis itu masih belum menyadari di mana dan seperti apa keadaannya saat tertidur. Ia meregangkan tubuh bagai busur panah dan mengusap-usap mata setelah membukanya.
Begitu dirasa cukup, ia duduk untuk melamun di bibir ranjang.
Memikirkan mengapa kaus kakinya berwarna hitam dan hanya sebelah saja, lagi pula Soojae tak ingat punya kaus kaki warna hitam. Warna seprainya juga terlalu monoton, putih, dan ia tak pernah ingat pernah mengubah struktur kamarnya menjadi seperti itu."Ya ampun! Kepalaku pusing."
Soojae memijat-mijat kepala, merasa pusing dan mual. Ia tak tahu mengapa tempat tidurnya terasa asing tapi nyaman, juga kamar tidurnya menjadi aneh sekali. Di atas meja ada setumpuk buku, surat-surat dan juga laptop, di sisi lain terdapat bingkai foto. Pria muda dan wanita tua. King dan nyonya Haewon.
King ....
King!
Soojae membelalak sambil berdiri. Oh, tidak mungkin!
Apakah semalam ia tidur di sana?
Di tempat tidur King?
Tempat tidur King!
Soojae ingat dengan apa yang terjadi semalam. Ia terjebak badai di rumah King! Dan ia minum sedikit, mungkin ia agak mabuk dan tertidur. King pasti langsung memindahkannya ke tempat tidur, dan ia bermimpi aneh. Ia bermimpi King menciumnya. Mereka berciuman panas, berpelukan, saling tindih di tempat tidur.
Apakah King mencoba memerkosanya seperti waktu itu?
Oh tidak! Oh tidak!
Itu pasti mimpi. Benar kan?
Panik, Soojae spontan berlari ke depan cermin di mana ia bisa memeriksa penampilan meskipun kepalanya terasa mau pecah. Tidak ada yang aneh, tidak ada yang berubah. Ia tidak tidur dengan King, dan King tidak melakukan apa pun padanya, tapi mimpi semalam terasa sangat nyata.
Sambil menahan rasa mual, ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di closet. Ia muntah-muntah dengan hebat, merasa pusing dan gugup. Saat seseorang datang untuk memijat tengkuknya, ia cepat-cepat berkumur dan menoleh.
"Masih mual?"
"Tidak."
King berpakaian santai, kaus dan jins longgar selutut. Padahal Soojae terlihat kacau sekali, bagaimana mungkin King justru setampan itu?
"Kau ingin muntah lagi?"
Soojae menggeleng pelan, diam saja saat King menangkup wajahnya dengan satu tangan sementara ibu jarinya membelai pipi.
"Bibimu datang tadi pagi, kuberitahu kau masih tidur."
"Oh baiklah ... terima kasih karena sudah menampungku di sini. Kurasa aku harus pulang sekarang."
"Yeah ... tidak gratis."
Saat King menunduk untuk menatapnya, ia menahan napas.
"Tidak gratis bagaimana?"
"Kau setidaknya harus memberiku sedikit ciuman pembuka. Hari ini aku akan sibuk sekali."
"Ciuman pembuka?"
King menyatukan dahi mereka, napas pria itu berembus di wajahnya, begitu hangat dan menenangkan. Aroma obat kumur, maskulin.
"Berikan aku sedikit ciuman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ [End]
Short StoryBermula dari rasa penasarannya terhadap laki-laki, Han Soojae berani menguntit tetangganya dengan niat untuk menggoda. Namun, sore itu King Taehyung mengejutkan Soojae dengan perbuatannya yang tak terkendali. Bertahun-tahun mengalami trauma, takdir...