18 : Peraturan Adil

744 137 52
                                    


Hari ini cuaca cerah. Awan-awan terbang rendah di langit yang berwarna biru, ringan bagai sekumpulan kapas putih bersih. Angin berembus tenang, menerpa pepohonan yang menghijau karena tersiram hujan sebelumnya. Cuaca yang cerah seharusnya bagus untuk melakukan kegiatan di luar.

Sayangnya, karena kejadian 2 hari yang lalu. Soojae memutuskan untuk tetap berada di sekitar rumah saja. Ia masih belum diizinkan untuk bekerja, juga merasa seolah belum mampu berdiri di balik meja kasir dan melayani pelanggan. Meskipun sudah mengatakan pada diri sendiri berulang kali, bahwa semua akan baik-baik saja. Ia tetap khawatir.

King serta paman dan bibinya sepakat ia tidak perlu bekerja sebelum para buronan itu tertangkap. Mereka ingin Soojae menikmati hari yang cerah dengan bersantai. Sayangnya, bagi Soojae yang selalu punya kesibukan. Mendadak tidak boleh melakukan sesuatu justru membuatnya frustrasi.

Akhirnya gadis itu memohon pada sang bibi untuk diizinkan mengantar bekal ke ladang tempat pamannya sedang berkebun. Tentu saja gadis itu bisa pergi setelah Jungkook dengan rendah hati menawarkan diri untuk menemani Soojae, hal yang tidak bisa ditolak mentah-mentah.

Sepanjang jalan, Soojae dan Jungkook bercakap-cakap kecil. Sesekali Jungkook melontarkan candaan yang membuat Soojae tersenyum—meskipun masih enggan terlalu sering bertatapan mata. Ketakutannya terhadap kejadian malam itu memudarkan segala hal yang ada di kepala Soojae, tetapi begitu mendapatkan kendali dirinya lagi. Soojae tidak bisa untuk tidak tersipu tiap kali bertatapan dengan Jungkook.

"Aku di sini bekerja untuk melindungi King."

"Aku sudah menduga kau bukan sekadar sopirnya saja. Begitu mengejutkan kau bekerja untuk biro keamanan semacam itu."

Jungkook tersenyum. Hari ini memakai kaus putih longgar dan celana jins yang sudah belel. Saat tidak sengaja melihat sabuk pistol di pinggang Jungkook di balik kaus longgarnya, Soojae lemas. Namun, Jungkook dengan segera memberitahunya bahwa senjata itu tidak akan digunakan untuk mencelakakan siapa pun, kecuali jika dalam keadaan terpaksa. Jungkook punya izin atas kepemilikan senjata dan memang bagian dari pekerjaannya dengan selalu membawanya. Takut-takut orang-orang nekad itu datang dan mendadak saja memberondong mereka.

"Keluargaku pemilik perusahaan, tentu saja secara tidak langsung aku sering melihat kegiatan dalam pelatihan dari dekat. Orang tuaku tidak pernah memaksakan apakah aku harus menjadi seperti ini atau menjadi seperti itu."

"Di antara banyaknya godaan. Itu berat kan?"

"Berat sekali, aku rasanya ingin bermalas-malasan saja."

"Bagaimana kau bisa menghadapi godaan itu?"

"Dengan bersungguh-sungguh. Aku tahu aku mungkin akan dibebani untuk memimpin perusahaan suatu hari nanti, tetapi sejak kecil aku memang sudah menyukai hal-hal yang berhubungan dengan bela diri dan hal heroik lainnya."

"Hm, kurasa kalau tidak mengambil pilihan karir sebagai bodyguard profesional. Kau akan jadi petugas pemadam kebakaran atau seorang detektif."

"Kurasa kau benar," kata Jungkook ceria.

"Kau sangat cocok dengan pekerjaanmu."

"Yeah, aku melakukan pelatihan seperti anggota lain dan mulai terjun langsung setelah lulus SMA. Pekerjaan pertamaku waktu itu mengawal idol kemana pun mereka pergi."

"Idol papan atas?"

"Untuk pertama kali? Tidak, tapi begitu aku sudah cukup besar dan dewasa. Aku menerima banyak tugas. Salah satunya mengawal IU ke Prancis."

"IU!"

"Kaget?"

"Oh, tentu saja. Bagaimana penampilannya dari dekat?"

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang