17 : Kejadian Tak Terduga

983 163 44
                                    

Kemarin lalu, setelah malam di mana King dan Jungkook menginap. Sebisa mungkin Soojae menjauhi kedua pria itu, atau mungkin lebih tepatnya melarikan diri. Saat King dan Jungkook mencoba mencari-cari cara untuk menemuinya, ia selalu punya keberuntungan untuk menghindar dan tidak tertangkap basah. Selama seminggu terakhir, Soojae benar-benar bisa menghindari kedua pria itu.

Setiap mengingat mimpi yang dialaminya, tubuh Soojae merinding seperti orang yang habis bertemu hantu. Entah mengapa, rasanya menakutkan. Soojae bahkan tidak berani menatap wajah King saat melihat pria itu bersama pamannya di ladang pada suatu hari.

King menyapanya, tetapi ia bahkan tidak berani menatap mata pria itu atau mencoba terlibat pembicaraan apa pun. King cukup bijaksana dengan tidak mengganggunya, meskipun ia tahu King sangat ingin berbicara dengannya.

Hari ini, Soojae bekerja seperti hari-hari biasa. Karena ia bertukar jam kerja dengan Bora. Ia akan tinggal di toko sampai pukul 11 malam nanti. Selama beberapa hari terakhir, Soojae merasa seolah ketakutan tanpa sebab. Mimpi itu membuatnya malu dan gelisah.

"Soojae?"

"Oh."

"Melamun, Sayang?"

"M-maaf."

"Kau tidak enak badan?"

"Tidak, aku baik-baik saja."

Meletakkan seluruh belanjaan di meja kasir untuk dihitung. Seorang nyonya yang di kenal Soojae sejak lama, tersenyum di bawah tatapan genitnya. Seperti biasa, mencoba merayu Soojae untuk tidak memberi tahu suaminya bahwa dia memasukkan sekotak rokok di antara barang-barang belanjaan.

"Tolong jangan beritahu suamiku, ya?"

"Kalau dia tidak bertanya."

"Soojae, Sayang ... ayolah, jangan beritahu suamiku kalau dia bertanya."

"Katanya paru-paru Nyonya bisa dalam masalah kalau merokok lagi."

"Aku kan baru 45 tahun dan paru-paruku masih sehat."

Soojae mengenal nyonya Jung Dami sejak tinggal di sana, sekaligus sering berhubungan karena bibinya sahabat wanita itu.

Kendati sering bolak-balik ke rumah sakit karena gangguan pernapasan. Wanita itu jelas tidak kapok dengan yang dialaminya akibat pengaruh merokok. Meskipun wanita itu punya rumah besar dan kaya, dia tidak ragu berjalan kaki di gang-gang sempit untuk sampai ke toko serba ada satu blok dari rumahnya, hanya demi membeli sebungkus rokok tanpa terendus sang suami. Tentu saja pada akhirnya ketahuan juga, sampai-sampai Soojae dibebani tugas untuk mengawasi sang nyonya.

Yeah, Soojae tidak keberatan. Toh, paman dan bibinya berhubungan baik dengan pasangan suami-istri Jung itu. Mereka sering sekali membantu keluarganya.

"Mulutku pahit kalau tidak merokok. Aku tidak berbohong, ini pertama kalinya dan yang terakhir. Aku janji, Sayang."

"Kemarin juga sudah berjanji."

Soojae mulai menghitung barang belanjaan, memasukan pasta gigi yang yakin diambil secara sembarangan bersama dua kotak susu. Ia melirik wanita langsing itu dan mengagumi betapa hebatnya Nyonya Dami menjaga kulit dari penuaan dini—seolah kulitnya disetrika saja—meskipun tetap ada garis-garis halus di sekitar mulut, wanita itu terlihat 10 tahun lebih muda.

Nyonya Dami benar-benar wanita yang cantik meskipun umurnya sudah menginjak 45 tahun. Karakternya ceria dan gaya pakaiannya selalu anggun, dengan riasan wajah yang sederhana, ramping dan tinggi semampai. Kalau seseorang melihat nyonya Dami, mereka pasti akan berpikir wanita itu seperti seorang bangsawan dan tidak akan pernah mengira bahwa nyonya Dami perokok aktif. Kendati demikian, nyonya Dami tetaplah wanita yang baik dan tidak pernah ragu untuk menolong orang lain. Wajar kalau tuan Jung sangat tergila-gila pada wanita itu.

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang