05 : Pengakuan

1.1K 204 35
                                    

Lagi dan lagi, entah sebanyak apa pun King mencoba. Soojae selalu berhasil menemukannya, muncul dengan wajah belia dan rasa penasaran.

Mereka bagaikan orang yang tengah bermain kucing-kucingan, dan King selalu jadi pihak yang berusaha untuk keluar dari permainan itu.

Bulan kemarin, King terkejut ketika Soojae dengan bar-bar meminta untuk dicium.

Ya ampun! Gadis itu bahkan tidak tahu risiko meminta hal seperti itu pada pria dewasa seperti King.

Tentu saja King masih punya akal sehat. Tidak mungkin pula ia akan melakukan hal demikian terhadap gadis yang bahkan belum genap berumur 18 tahun.

Meskipun King selalu berhasil keluar dari segala upaya Soojae untuk mendekatinya, King sedikit banyak merasa bersalah karena telah mengabaikan gadis kecil itu. Soojae seakan-akan melakukan semua upaya penguntitan untuk meluapkan kesedihan, menghindari diri dari sesuatu yang menyakitkan. Namun, King terlalu sibuk untuk memikirkan perasaan gadis kecil itu.

Malam ini, setelah melakukan perjalanan panjang. Ia berhasil tiba di rumah neneknya dan mendapati wanita itu tengah duduk memangku kepala Soojae di pahanya.

King tahu kalau selama ini Soojae dan neneknya sering bersama, tetapi tidak pernah menduga mereka menjadi begitu akrab. Seperti nenek dan cucu.

"Sstt ...."

Wanita tua itu menggunakan satu tangannya untuk memberi isyarat agar King segera pergi ke kamar. King melakukan hal demikian, tetapi hanya untuk meletakkan barang-barang bawaannya sebelum kembali menghadap sang nenek.

"Ini sudah larut, mengapa nenek belum tidur? Apakah Marin tidak bekerja dengan baik? Di mana dia?" King mencari-cari Marin yang bekerja sebagai perawat untuk neneknya, wajah pria itu sudah mengeras karena amarah. Kalau saja Marin ada di sana, sudah pasti King akan memarahinya habis-habisan.

"Marin sudah kusuruh tidur. Aku tidak bisa meninggalkan Soojae yang kesepian ini sendirian. Dia baru saja selesai menangis. Kasihan sekali, merindukan mama dan papanya."

King menunduk, tatapan matanya melembut saat memandang sebelah sisi wajah Soojae yang nampak lelap tertidur. Gadis itu meringkuk di sofa seperti bayi dalam timangan, mungil dan rapuh.

"Pergilah untuk istirahat, Nek. Kau harus menjaga kesehatanmu."

"Bagaimana dengan Soojae nanti?"

King mengusap punggung sang nenek. "Tenang saja, aku yang akan mengurusnya."

"Ada beberapa kamar kosong di sini, tapi belum dibersihkan."

"Soojae bisa memakai tempat tidurku."

"Bagaimana denganmu, Sayang? Kau baru saja kembali dari perjalanan jauh, bukan?"

"Aku pria dewasa, aku akan baik-baik saja."

"Baiklah."

Sementara neneknya menggeleser menjauh. King memegangi kepala Soojae yang terkulai di atas bantalan sofa. Selama beberapa saat yang lama, King hanya memandangi wajah gadis itu sebelum menyelipkan tangan ke belakang lututnya.

Soojae sama sekali tidak terganggu, gadis itu menggeliat nyaman, bibirnya yang mungil dan berwarna cerah nampak membuka lucu. King membaringkan gadis itu ke atas tempat tidurnya yang luas.

Mereka bisa saja berbagi tempat tidur itu tanpa melakukan apa pun, tetapi sebagai pria dewasa yang bijak. King tidak akan memanfaatkan hal-hal seperti ini terhadap gadis mana pun.

Ya, tapi sial!

Soojae begitu cantik dengan kaus dan celana jins lembut yang sewangi bunga-bunga liar. King tidak tahu sejak kapan jemarinya menelusuri garis wajah Soojae. Dari sepasang alis yang terbentuk rapih, ke hidung kecil yang mancung dan pipi bersih pucat. King berhenti bergerak saat Soojae membuka mata, kemudian menutupnya kembali.

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang