25 : Kembang Api [M]

1.3K 142 59
                                    

Gemuruh di langit, rintik hujan yang mengetuk kaca jendela, suara ranting bergesekan, selimut yang berdesir, tarikan napas yang terengah-engah. Menjadi lagu paling menghipnotis saat desakan-desakan itu datang. Desakan yang tentunya tidak bisa sepenuhnya menyenangkan, tetapi mampu Soojae hadapi sambil menikmati kehangatan tubuh pria telanjang di atasnya.

King begitu tampan, pikir Soojae sambil mengamati suaminya dari bawah. Pria itu di sana, menatapnya, begitu serius, begitu tegang dan bergairah.

"Bernapaslah," kata King, sambil lalu berhenti untuk mengecup dagunya.

"King ...."

"Tunggu sebentar, Sayang. Aku harus menenangkan diri."

Saat King hendak menarik diri, Soojae melingkarkan kakinya ke pinggul pria itu. King bernapas gemetar. Dadanya yang bidang naik turun dengan berat, hati-hati Soojae mengulurkan tangan untuk menyentuh dada yang dialiri keringat itu.

Soojae tahu ini sulit bagi mereka berdua. Ia dengan pengalaman pertama. King dengan gairah yang telah dipendam selama 4 tahun lamanya. Mereka ingin menikmati ini, melakukannya dengan perlahan dan hati-hati, mengingat setiap detail, setiap ledakan emosi, dan King berjuang keras untuk itu.

Jelas sekali King kesal karena tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, padahal sejak awal King telah memperlakukannya layak benda pecah belah. Soojae tidak akan kecewa hanya karena King sedikit lepas kendali, justru ia ingin King lepas kendali.

Sejak tadi Soojae ingin melakukan sesuatu, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain berbaring pasrah dan mengikuti arahan suaminya, dengan kedua tangan mencengkeram erat seprai yang telah kusut. Tubuhnya gemetar, oleh kerinduan, oleh gairah, oleh sentuhan King.

Sejak tadi mulutnya sibuk mengeluarkan suara-suara aneh setiap King menyapu kulitnya dengan sentuhan intim. Sayangnya, King terlalu tegang untuk meneruskan. Setiap desakan itu datang, King menahan diri. Itu membuat King lebih kesal. Soojae tahu ini waktunya melakukan sesuatu.

"Tak perlu, kau bisa langsung menerobosnya."

"Tidak, sial! Aku sangat menginginkanmu sampai-sampai rasanya aku tidak bisa bersikap lembut."

"Kau terlalu tegang dengan tongkat bisbol itu. Kupikir minum sampanye bisa membuatmu lebih santai," kata Soojae dengan napas masih tersengal, mencoba meniru ucapan suaminya.

"Yeah sial, kau benar. Kurasa tongkat bisbol ini akan membunuhku lebih dulu sebelum membunuhmu." Mereka berbagi tatapan intim, begitu panas sampai-sampai mereka berdua merasa seolah tengah berada di Padang pasir yang terik.

"Kau harus santai. Biarkan aku membantumu, Suamiku."

"Aku cenderung mengatasi masalahku sendiri."

Soojae mencium King dengan ciuman yang lembut, lalu saat menyudahinya, ia berkata tegas, "Tidak kali ini."

Sebelum King mampu menjawab, tangan Soojae sudah menyusuri setiap lekuk tubuh jantan itu. Dari punggung, ke pinggang ramping dan berhenti di bokong King yang kencang, ia meremas bokong itu sampai King menggeram. Bagian bawah tubuhnya yang lembab terasa lebih lembab setiap mendengar King menggeram seperti itu. Ia merasa rapuh, tetapi nakal dan liar. King merintih saat jari-jarinya turun ke perut, terus turun ke bawah sebelum menemukan sebuah tuas kendali yang menunjukkan seberapa bergairah pria itu.

Oh! Ingatkan Soojae bahwa ia melakukan ini karena ingin King lepas kendali, tetapi di sini malah ia yang lepas kendali. King begitu kokoh, memenuhi genggamannya dalam godaan berbahaya, membuatnya kepanasan. Dengan napas pendek-pendek, digenggamnya diri King lebih mantap, disentuh dan dibelai-belainya sampai King merintih memanggil namanya.

Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang