21 : Gaun Malam

772 128 62
                                    

Sudah cukup lama, pikir Soojae.

Ia tidak pernah berdandan lagi. Dulu, ia berdandan dan memakai gaun terbaiknya pada pesta kelulusan demi menutupi kedukaan atas perceraian orang tuanya. Setelah 4 tahun berlalu, akhirnya ia memakai gaun lagi. Gaun yang sungguh cantik, gaun wanita-melekat di tubuhnya dengan anggun bagaikan aura dengan warna ungu lembut.

Selama hampir 10 menit lamanya ia berdiri di sana, terpaku menatap dirinya sendiri. Sudah lama sejak ia memakai dress atau gaun yang feminin, pakaian yang menyiratkan bahwa ia seorang gadis menarik.

Yeah, sejak kejadian di mobil itu. Saat King menciumnya dulu, ia takut untuk berpakaian mengundang. Karena King cukup mengajarinya untuk tidak berbuat macam-macam pada pria dewasa. Sekarang Soojae malu. Malu pada dirinya sendiri. Betapa lamanya ia mengabaikan untuk menyenangkan hati dengan berpakaian manis.

Sejak matahari tenggelam, Soojae pergi dengan Jungkook tanpa membuat keributan. Pria itu membawanya ke kota, ke sebuah tempat tinggal yang dikatakan Jungkook milik temannya. Ia baru tahu satu fakta itu, bahwa Jungkook punya teman pria yang tahu sesuatu tentang gaun dan alat rias, yang selama mereka kembali dari salon-langsung sibuk mendandaninya.

"Kau sempurna."

Soojae menanggapi dengan malu-malu, melihat Rion muncul di belakangnya sambil tersenyum puas. Pria nyentrik itu punya gaya bicara yang cepat dan tingkahnya agak aneh, potongan rambutnya seperti jamur dan dicat dengan warna kuning terang-di luar dari penampilan, dia tentu saja sangat ahli dalam bidangnya.

"Kau maha karya yang luar biasa."

"Terima kasih, itu berkat dirimu."

"Tentu saja! Tapi selain daripada itu, kau memang sudah cantik. Hanya tinggal sedikit poles-poles dan selesai."

Secara mendadak Rion mendekat dan mengecup pipinya. Membuat Soojae berpaling dan membelalak. Rion tertawa, tawa santai.

"Maaf, kebiasaan. Aku selalu gemas melihat gadis cantik, selalu refleks ingin mencium mereka."

Masih belum pulih dari keterkejutan, Soojae mendengar Jungkook menimpali dari ambang pintu, "Wajar saja kau tak punya panggilan kerja, kau lancang."

"Itu apresiasi, Sayang."

Rion beranjak menjauhi Soojae, meninggalkannya terdiam malu di depan cermin. Soojae bisa mendengar suara langkah kaki Jungkook, mendekat dan mendekat.

"Jangan sampai kau merusak riasannya," kata Rion, masih belum pergi-memperingatkan Jungkook kalau-kalau pria itu ingin mencium Soojae dengan ganas.

"Aku tahu."

Jungkook menanggapi dengan santai, lalu pria itu berdiri di belakang Soojae. Matanya mengunci mata Soojae dari pantulan cermin. Sejenak Jungkook sangat terpana sampai-sampai tidak bernapas, melihat bagaimana gaun ungu itu meliuk dan membungkus tubuh Soojae dengan apik. Cantik, cantik sekali. Soojae terlihat seperti wanita yang baru saja turun dari langit, dengan aura kelembutan, begitu anggun dan bercahaya. Kalung mutiaranya indah, tetapi jauh lebih indah saat berada di leher Soojae, begitu pula dengan giwang yang tertanam di masing-masing tindikan kupingnya.

 Kalung mutiaranya indah, tetapi jauh lebih indah saat berada di leher Soojae, begitu pula dengan giwang yang tertanam di masing-masing tindikan kupingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sᴡᴇᴇᴛ Sᴛᴀʟᴋᴇʀ  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang