Happy Reading guys ❤️
Tandai kalau ada typo...Kita punya keinginan, semesta punya kenyataan, dan tuhan punya keputusan.
_Sadira Maheswari_"Eh, ada si cupu nih. Kebetulan banget" Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dan menghampiri Viona. "Enaknya kita apain ya guys." Lanjutnya sambil menatap remeh Viona.
"A-dda ap-pa Syaa" takutnya. Dirinya hanya sendirian sedangkan, Alesya bersama dengan kedua temannya.
"Eemm, gapapa sih. Gue cuma pingin ngasih pelajaran buat Lo aja sih."
"Aku salah apa lagi ya, Sya?"
"Salah Lo itu banyak bi*ch. Lo diam aja menurut gue salah, ngerti Lo" ucapnya sambil mencekam tangan Viona.
"Aawwss, Sya sakit" ringisnya. "Ini belum seberapa, kira kira kita apain guys." Tanyanya sambil tersenyum smirk.
"Gimana kalau kita siram pakai air" ujar Tiara salah satu teman Alesya.
"Gila, gue gaa setuju. Kalau kita siram bisa aja dia ngadu ke guru, ketara banget. Mending kita kurung aja gimana?" Ucap salah satunya lagi Salsa.
Viona menggelengkan kepalanya semakin takut. "Ide yang bagus, tapi dimana?" Tanya Alesya. Ketiganya sama sama saling berfikir "Sya jangan lakuin itu, aku mohon" ucapnya sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Alesya
"Oh, iya. Toilet paling ujung kan pintunya rusak kadang ga bisaa dibuka makanya ga pernah dipakai lagi, kita kurung disitu aja gimana Sya."
"Bagus Sal, ide lo emang paling cemerlang"
"Iya dengan begitu guru guru ga akan ada yang percaya kalau kita yang kurung dia. Pasti guru akan ngira kalau Viona ga tau toilet paling ujung itu ga bisa digunain lagi. Lagian ga ada bukti" sahut Tiara.
"Sya, jangan Sya. Aku mohon hikks"
"Udah Lo diem aja, tunggu sampai ajal Lo datang menjemput, hahahaha." Alesya dan teman temannya langsung menarik Viona dan mengurungnya.
Viona yang ketakutan terus teriak memohon kepada Alesya sambil menangis. "Sya aku mohon hikks, buka Sya"
Ketiganya hanya tertawa mendengar permohonan Viona "Hahahaha, yakali gue bukain, udah deh Naa, mending Lo diam disitu sampai Lo ditemukan dalam keadaan mati. Hahahaha"
"Oh, iya satu lagi. Ga usah banyak banyak teriak ya, mau sekencang apa pun Lo teriak ga bakalan ada yang dengerin. Karena apa?, Karena sebenarnya kamar mandi ini tuh mau direnovasi minggu depan, jadi toilet yang dipakai itu di lantai 1 dan 2. Jadi tunggu aja ajal Lo. Mungkin mayat Lo bakal ditemukan membusuk minggu depan"
"Sya, tolong bukain Sya, aku bakalan kasih apa yang kamu mau. Tapi tolong lepasin aku Sya" lirih Viona. Dirinya tidak tau harus berbuat apa.
"Eemm, tawaran yang cukup menarik, tapi gue lebih suka liat Lo mati mengenaskan. See you sayang sampai bertemu di akhirat" teriak Alesya dan langsung pergi bersama dengan kedua temannya.
"Sya, jangan tinggalin aku hikks, tolong hikks, siapapun tolong." Tangis Viona.
Viona bingung, ia mencoba mendobrak pintu tersebut tapi sayang tenaganya tidak sebanding. Apakah mungkin yang dikatakan Alesya, bahwa ia akan segera menemui ajalnya.
Dilain tempat tiga orang gadis tengah menunggu kedatangan Viona, yang tak kunjung datang.
"Mana sih, tu bocah. Bikin khawatir aja"
"Udah tenang dulu Olin, jangan panik. Kita tunggu bentar lagi"
"Ya tapi masalah ini tuh udah lama banget Ra, orang berak aja gak selama ini" geram
Feli."Bahasa Lo bisa difilter dikit ga sih, BAB gitu ga usah berak"
"Kalian bisa diam ga sih, ini lagi panik loh" sentak Olin, perasaannya mengatakan ada yang tidak beres.
"Pagi anak anak" ujar seorang guru matematika Bu Yuyu. "Baik ibuk absen dulu ya".
Bu Yuyu mulai mengabsen sesuai dengan abjad "Laviona Mahira Azain" ucapnya terhenti di nama Viona. Semuanya senyap, tidak ada yang menjawab. "Laviona Mahira" ucapannya sekali lagi, tapi masih tidak ada jawaban.
Arverdo yang mendengar tidak ada jawaban bingung. Bukannya tadi Viona datang bahkan gadis itu menyapanya. Nicholas membalikkan badannya ke belakang dan terlihatlah Ar yang selalu melamun. "Woii, Ar. Menurut Lo tuh bocah kemana. Dari tadi ga balik ke kelas"
Arverdo hanya mengangkat bahunya acuh "ga tau, ngapain nanya gue"
"Biasanya juga dia selalu bilang sama Lo, kemana pun dia pergi"
"Emangnya gue siapanya dia, pakai laporan segala"
"Ya---" ucapan dari Nicholas terpotong saat Bu Yuyu menegur dirinya "Arverdo, Nicholas. Kalian berdua ngapain berdiskusi gitu, Nicholas balik badan kamu ke depan guru kamu saya bukan Arverdo. Coba Nicholas kamu tau Viona dimana"
Nicholas hanya menggelengkan kepalanya. "Jadi keterangannya apa saya buat. Alpa, sakit, atau izin"
"Maaf Buk, tadi sebenarnya Viona udah datang. Bahkan ini tas dia, tadi dia izin ke toilet. Tapi sampai sekarang ga balik balik buk." Ucap Olin
"Dia tau kan kalau toilet lantai 3 ditutup?"
Olin mengangguk ragu "mungkin buk, soalnya kan udah diumumkan di grup kelas masing-masing"
"Coba dulu di telpon, mungkin dia bawa handphone tadi" Olin mengeluarkan handphone nya dan langsung mencari nama Viona. Lalu langsung menelepon nya.
Tiba tiba terdengar suara dering telepon dari tas milik Viona, Olin yang mendengarnya langsung menge-cek tas tersebut dan benar saja hp nya ada di dalam tas itu. "Buk, Viona ga bawa hp. Ini handphone nya ada di dalam tas."
"Yasudah, kita lanjutkan saja pelajaran kita." Ucap sang guru. "Oh iya, kemarin masih sampai permutasi ya. Sekarang kita masuk ke bab dua yaitu kombinasi." Lanjutnya menjelaskan.
Suasana kelas IX- MIPA 1 mulai hening mendengarkan penjelasan dari sang guru.
Hedeh nih nenek lampir buat masalah lagi, ga ada capek capeknya yaa...
Kira kira respon Arverdo gimana yaa🤔
See you next part....🤗🤗
Jangan lupa tinggalkan komen yaaa..
Follow Ig
@tulisan_senja0
Wp
LuftiNisa05
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Terakhir (ON GOING)
Novela Juvenil"Ar, bisa temenin aku lihat senja?" ucap seorang gadis yang memakai pakaian rumah sakit. "Tapi Lo lagi sakit, nanti aja ya kalau Lo udah sembuh." Gadis tersebut menggeleng "kali ini aja, besok gak deh. Janji" FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ❤️ TERIMAKAS...