Menolong

14 2 1
                                    

Selamat membaca ❤️

Cinta paling indah adalah saat Lo berada di masa putih abu-abu
___ Nicholas Abirsam ____

Bel pulang berbunyi, menandakan pelajaran hari ini telah usai, semuanya mulai berlalu meninggalkan perkarangan sekolah. Berbeda dengan ketiga inti Dynamic geng, yang masih betah berada di parkiran. Siapa lagi kalau bukan Arverdo, dan kedua curutnya Angga dan Nicholas.

"Lo napa senyum senyum Ar. Dapet undian Lo" ucap Angga meningntip surat yang dipegang Arverdo. Belum sempat dilihatnya Arverdo langsung memasukkan kembali ke dalam sakunya.

"Kepo Lo" ucapnya.

"Kayaknya kita duluan pulang aja deh, gue baru dapet pesan dari Madhavi. Katanya dia masih latihan. Mungkin lama." Ketiganya mengangguk lalu mulai menyalakan kendaraan mereka masing-masing.

Keduanya sudah meninggalkan Arverdo yang seperti sedang menunggu seseorang.

"Kok ga keliatan ya" batinnya. "Ck, kok tiba-tiba gue kepikiran dia. Ga,ga,ga ga mungkin gue mulai ada rasa sama seseorang." Lanjutnya.

"Woii, ngelamun baek Lo" ucap Feli membuyarkan lamunan Arverdo.

"Ck, Lo dateng dateng bukannya ucapin salam malah ngagetin." Ucapnya kesal.

"Iya iya, yaudah ulangi. Assalamu'alaikum Ar." Ucap Feli.

"Syalom" jawaban singkat.

Deg... Feli lupa bahwasannya Arverdo katolik "mampus lupa, dia kan katolik gila. Kok gue buat salam agama Islam, colab dong" ucapnya membatin.

Arverdo menatap sekilas ke arah Viona, tumben sekali bocah satu ini anteng. "Tumben nih orang" batinnya. Lalu melihat kembali Feli yang masih melamun, entah apa yang dipikirkannya. Dira sudah pulang lebih awal. Jadilah hanya tinggal keduanya.

"Napa, kok Lo yang ngelamun?". Feli hanya menggelengkan kepalanya, dirinya mulai berjalan mengambil sepeda motornya. Tiba tiba ia merasa ada yang aneh. "Lah, ban-nya kempes" ucapnya lesu.

Arverdo yang mendengar ucapan Feli turun dari motornya dan melihat sepeda motor Feli. Lalu memeriksanya "ini mah bukan kempes, memang bocor ege" ucapnya.

"Sama aja kali." Sewot Feli tidak mau kalah. Viona hanya diam menyimak keduanya, lagian dia tidak akan mengerti apapun itu.

"Terakhir Lo bawa ke bengkel kapan"

Feli meletakkan jarinya di bawah dagu seolah olah sedang mengigat sesuatu "emm, mungkin 6 bulan yang lalu. Itu pun yang bawa ke bengkel supir papi gue, buat ganti oli" ucapnya. Arverdo menganga tak percaya.

"Gila Lo, 6 bulan lalu?" Tanyanya. Feli hanya mengangguk. Biasalah cewek ya kan, taunya tinggal make sama naik doang. Yang penting ada minyak, aman.
Author juga gitu kok (⁠◔⁠‿⁠◔⁠)

"Udah bawa ke bengkel aja. Lo ganti tuh ban dalem nya." Feli menggaruk wajahnya yang tidak gatal "mana ngerti gue"

"Ck, yaudah gue temenin. Viona bareng gue aja, ga mungkin Lo bawa dia dalam kondisi ban yang kaya gitu" Feli mengangguk, berbeda dengan Viona yang menggelengkan kepalanya.

"Ayolah Na, Lo mau nungguin gue di sekolah sampai lumutan." Bujuk Feli melihat penolakan dari Viona.

"Kalau Lo ga mau yaudah sih, tunggu aja di halte depan. Tapi hati hati ya, soalnya gue denger denger sering ada penculikan gitu." Ucap Arverdo menakuti. Keduanya mulai menjalankan sepeda motornya.

"Yaudah deh kalau Lo ga mau, Lo tunggu di halte ya Na." Ucap Feli. Arverdo pun mulai memakai helm full face-nya. Lalu mulai bersiap pergi meninggalkan perkarangan sekolah.

Senja Terakhir  (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang